Sembilan belas

||Kamis, 08.00||

Author's POV

"Pelaku kasus pembunuhan berantai akhir-akhir ini telah tertangkap. Pelakunya adalah Nona K yang baru berusia enam belas tahun. Ternyata pelaku memiliki gangguan jiwa berupa halusinasi dan depresi berat. Tepat di hari penangkapannya, ia berusaha membunuh dirinya sendiri. Namun digagalkan oleh polisi. Sekarang, ia sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa S."

Anne mendengarkan berita itu secara saksama. Ia mengerutkan dahinya. Bukan karena bingung. Tetapi, ia kepikiran akan sesuatu.

***

||Kamis, 12.00||

"Gila! Sumpah, masih gak nyangka banget!" teriak salah satu orang di kelas.

Seisi kelas menatap meja milik Kyla yang yang sekarang kosong.

"Dia seorang pembunuh?" tanya seseorang lalu tertawa.

"Gue gak heran sih. Kan Kyla memang aneh," ucap Jessy.

"Udah gue bilangin jangan deket-deket sama Kyla," ucap Fiora pada Ryan. "Begini kan jadinya."

"Ya, kan, cuma sebagai teman sekelas," jawab Ryan.

Sekarang sedang jam istirahat. Sebelumnya, wali kelas mereka sudah mengumumkan bahwa Kyla putus sekolah. Kyla harus dirawat di rumah sakit jiwa.

Mereka semua juga sudah mengetahui alasannyaㅡKyla telah membunuh banyak orang.

Awalnya, tidak ada yang terkejut bahwa Kyla dirawat di rumah sakit jiwa. Tetapi, saat wali kelasnya menyebutkan bahwa Nona K yang menjadi pelaku pembunuhan berantai adalah Kyla, semuanya terkejut bukan main.

"Padahal lu yang paling semangat kalo bahas pembunuhan berantai yang selalu tepat waktu itu," ucap Fiora. "Ternyata pelakunya Kyla. Apa lu merasa dikhianati?"

"Tidak," jawab Ryan singkat. "Justru ini yang gue mau."

***


Kyla's POV

Kyla
16 tahun
Depresi berat, halusinasi, percobaan bunuh diri, pembunuhan berencana

Aku tertawa melihat papan namaku yang ditempel di depan pintu.

Padahal aku sudah mengikuti psikotes. Tapi, mengapa aku tetap berada di sini? Bukankah jika psikotes menunjukkan aku normal, seharusnya aku dibebaskan?

Kalau aku normal, berarti aku akan berada di penjara?

Ah, aku harus bersyukur sekarang. Lebih baik dirawat daripada ditahan.

Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus pembunuhan berantai itu. Katanya, aku akan menjalani sidang. Persetan dengan sidang. Untuk sekarang, aku harus dirawat di rumah sakit jiwa dengan penuh penjagaan.

Aku sudah memakai seragam pasien. Memakai ini membuatku merasa sama seperti orang sakit jiwa sungguhan yang ada di sini. Aku mengitari lorong di rumah sakit. Aku harus bisa menghapalnya. Jika ada kesempatan, aku akan kabur.

Bahkan, sampai sekarang, aku merasa ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerikku.

"Kyla?"

Aku menoleh dan mendapati seorang perawat.

"Sekarang waktunya makan siang. Ayo masuk ke ruanganmu," ucap perawat itu.

"Skip," ucapku lalu berjalan melewatinya dengan santai.

Perawat itu sepertinya juga tidak memiliki pilihan lain. Ia juga hanya diam lalu melanjutkan langkahnya. Mungkin banyak pasien yang bersikap sepertiku.

Aku berjalan menyusuri lorong sambil melihat ke segala arah. Bagus juga rumah sakitnya, pikirku.

Ada satu pintu yang terbuka. Dari sana juga terdengar keributan. Aku membaca papan nama yang ada di pintu itu.

Tuan A
41 tahun
Skizofrenia paranoid

Aku mencoba mengintip.

"Tolong! Tolong! Tolong saya! Saya mau dibunuh olehnya!" teriak pasien yang ada di sana sambil menunjuk pojok ruangan terus menerus.

Nah, itu baru halusinasi sungguhan. Aku yang waras begini dibilang halusinasi? Konyol.

"Mohon tenang, Pak," ucap perawat yang ada di sana.

"Anakku! Jangan dekat-dekat! Cepat kabur dari sini! Anakku! Mengapa kau membawa pisau?!" teriaknya dengan histeris lalu disusuli dengan teriakan.

Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali. Aku memutuskan untuk kembali ke ruangan milikku saja.

Sesampainya di sana, sudah ada perawat yang menungguku.

"Kyla, tolong dimakan makanannya. Setelah itu, aku akan memeriksamu," ucapnya .

Aku memutar bola mataku malas lalu memakan makanan yang ada di nampan. Tidak enak.

Setelah selesai makan, aku diperiksa oleh perawat itu. Ia memberikanku beberapa pertanyaan. Aku bisa menjawab semuanya dengan santai.

"Kyla, kamu terlihat normal. Mengapa kau ada di sini?" tanya perawat itu.

Aneh. Mengapa ada perawat yang bertanya seperti itu? Padahal surat keteranganku sudah sangat jelas. Di papan namaku juga sudah tertera. Kenapa dia bertanya lagi?

"Aku memang normal," jawabku.

"Mau kuhubungi pihak kepolisian sekarang?"

Shit. Aku harus pura-pura menjadi gila.

"Polisi? Polisi?! Bunuh aku! Bunuh!" teriakku.

Perawat itu menulis sesuatu di catatannya lalu segera meninggalkanku.

Haha, sepertinya berhasil.

Jika dipikir-pikir, aku merasa lebih baik di sini. Rasanya aman dan bebas.

***

||Kamis, 20.00||

Aku tersenyum sendiri saat melihat jam dinding. Seharusnya, ini saatnya orang tuaku melakukan aksi pembunuhan.

Apa mereka masih melakukannya? Konyol jika iya. Pelakunya ada di sini dan mereka mau membunuh orang lagi? Ahahahaha.

Tetapi, karena orang tuaku sinting, kurasa mereka tetap melakukannya. Mungkin bukan hari ini. Tetapi tidak akan berjarak jauh dari hari pembunuhan sebelumnya.

Karena bosan, aku mengambil buku dan pen yang tersedia di sana. Rasanya aku ingin mencoret-coret kertas. Ternyata hidup tanpa sekolah dan tanpa orang tua itu rasanya hampa.

Sambil menggambar abstrak, aku mengingat kembali saat aku diinterogasi.

Aku mengingat polisi itu memperlihatkan sebelas foto perempuan. Tepat dengan total pembunuhan yang dilakukan orang tuaku.

Tunggu dulu.

Benar kalau aku pernah melihat semua perempuan yang ada di foto itu.

Benar kalau sebelas adalah total pembunuhan yang dilakukan orang tuaku.

Tetapi, orang tuaku pernah membunuh dua orang sekaligus di waktu yang sama.

Jumlah mereka bukan sebelas. Mereka dua belas!

Mengapa tidak ditemukan? Di mana mereka menyembunyikannya?

Sepertinya ada di sebuah bangunan. Bukan tempat umum seperti tempat sampah ataupun sungai.

Ah, basement rumah lamaku! Mengapa aku bisa lupa tentang itu?

Semua korban selanjutnya pasti akan disimpan di sana. Aku harus memberitahu seseorang.

======

Hae gaiz jadi aku mau bilang kalo the bill sebentar lagi tamat.

Sebenernya aku mau nambahin sidangnya kyla dan sudut pandang dari polisi, tapi kurasa terlalu ga nyambung untuk cerita ini.

Dari awal cerita kan ga ada unsur hukumnya sama sekali. Jadi, aku memutuskan untuk tidak memasukan itu semua. Kan ga enak kalo tiba-tiba jadi cerita detektif. Nanti makin ngawur jadinya wkwk.

-ines

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top