The Best Part. 13

"Mas Bar-Bar, emang kalau orang balas budi itu wajib di lakukan, ya?"

Yang ditanya menoleh sambil menaikan alisnya. "Kamu ada masalah apa sama orang, Ca?" tembaknya seakan sudah tahu apa yang dipikirkan gadis itu.

Caca terkejut. "Wah! Makin terlatih indera kepekaannya!" seru gadis itu.

Bukan hanya sekali dua kali Caca bertanya suatu hal, lalu kakak iparnya itu akan menebak dengan sesuatu yang mepet dengan masalahnya. Seperti sekarang, contohnya.

Akbar--kakak ipar Caca--kini membuat tanda ceklis di dagu dengan ibu jari dan jari telujuknya. "Woh iya, jelas dong!" balasnya dengan bangga.

"Tapi, masalahnya bukan aku yang mau balas budi, Mas."

"Lho, terus siapa?"

"Manusia."

Jawaban yang diberikan Caca membuat Akbar mendengus. "Nggak mungkin juga debu polusi, atau pasir pantai, Ca," sahutnya tidak mau kalah.

"Bisa aja knalpot motor bodol, dot dot dotttttt!"

"Itu kentut!"

"Kentutnya Azhar waktu kecil, hahaha ...."

"Apaan bawa-bawa Azhar?" Sang empu muncul dengan wajah bantalnya.

Ini masih pukul 8 pagi. Karena hari libur, semua anggota keluarga ada di rumah. Kakek Fadil di halaman belakang, sedang melihat tanaman-tanaman yang pria itu rawat sendiri. Esha ada kamar sedang mandi pagi. Azhar baru bangun dan itu dibangunkan oleh sang Mami. Jika tidak dibangunkan, mungkin sampai adzan dzuhur pun tidak akan bangun. Anak itu juga melewati sarapan bersama.

"Iler diusap dulu, baru nyaut," ucap Akbar pada Azhar saat anaknya itu merebahkan kepala di pahanya. Lalu mendusel di perutnya. Ia dengan senang hati mengusap kepala Azhar. "Kasurnya diberesin nggak?"

Caca yang menyaut, "Gak mungkin diberesin, paling gulingnya juga masuk ke kolong tempat tidur."

Azhar mengeram dalam perut papinya, "Masih ngantuk, tahu!" dumelnya.

Menunduk untuk mengecup rambut Azhar, Akbar terkekeh setelahnya. Anaknya itu memang manja. Faktor karena belum mempunyai seorang adik. "Tadi dibangunin sama mami, kan?"

"Dicipratin air!" ungkap Azhar. Sontak membuat Caca dan Akbar tertawa.

"Bandel, sih, dibilang bangun pagi, gak mau nurut!"

"Untung nggak diguyur lho, Zhar."

Azhar menjauhkan wajah dari perut papinya. Anak itu memasang wajah cemberut. "Hari libur, apapun juga libur. Bebas mau ngapain aja," ujarnya.

Akbar manggut-manggut mendengar ucapan anaknya itu. "Hooo ... gitu? Oke, berarti uang jajan juga libur. Ya, kan, Ca?"

Caca tertawa. "Hahaha ... Bener, Mas. Gak usah dikasih uang jajan. Katanya tadi 'hari libur, apapun juga libur', dan itu tanpa pengecualian!" paparnya dengan senang. Kemudian gadis itu beranjak.

"Zhar, main, yuk? Ke Bu Maya, papi kamu yang antar," ajak Caca.

Azhar bangkit dengan semangat. "Asik! Ayo, Kak!" Anak itu menarik lengan Caca dengan semangat menuju pintu utama.

Caca terpekik, "Eh! Mau ke mana?!"

Azhar berhenti melangkah. Masih dengan tangan yang memegang lengan Caca. "Katanya, ke rumah Bu Maya." Caca langsung melongo.

"Ya ampun, Zhar! Ya, kamu mandi dulu! Emangnya main ke sana mau pakai boxer spiderman?"

...

"Caca? Azhar?"

Dengan rasa senang yang menggebu, Bu Maya memeluk keduanya dengan erat. Setelah dua bulan lamanya, Caca dan Azhar baru sempat main ke rumah Bu Maya lagi. Meski sering berkunjung ke rumahnya, Bu Maya selalu merasa rindu kepada mereka berdua. Terlebih pada Caca.

Bu Maya merasa senang ketika--dulu--Esha menikah dengan seorang laki-laki dari golongan berada--dalam artian berkecukupan, hingga bisa memenuhi kebutuhan Esha dan Caca agar Esha tidak usah bekerja lagi.

Meski awalnya Bu Maya sempat ragu dan khawatir jika Esha bisa bahagia dengan Akbar, namun asumsinya itu terhapus ketika di hari, minggu dan bulan berikutnya, Esha bahagia.

Masih ingat betul waktu dulu, Esha bercerita bagaimana bahagia dan beruntungnya perempuan itu menikah dengan Akbar. Laki-laki yang mau berjuang untuknya. Laki-laki yang mau mengulurkan tangan mengajak dirinya bahagia. Sejak saat itu, Bu Maya lega. Ternyata Esha sudah pulang ke rumah dan dekap yang sesungguhnya.

Setelah Azhar lahir, Caca sering mengajak Azhar berkunjung ke rumah Bu Maya, lalu mampir ke rumahnya. Jelas saja itu ketika Azhar sudah berumur lebih dari 5 tahun. Kadang mereka berdua juga datang bersama Akbar dan Esha. Tapi, kali ini hanya berdua saja. Esha memilih di rumah saja bersama dengan Akbar.

Caca dan Azhar digiring masuk ke dalam rumah oleh Bu Maya. Di sambut oleh Nina--anak kedua Bu Maya--yang sedang menonton televisi. Nina seumuran dengan Caca, itulah kenapa dulu Caca selalu bermain ke rumah Bu Maya. Nina memiliki kakak laki-laki yang umurnya sekitar 25 tahun.

"Acaaa!"

Merentangkan kedua tangannya, Caca langsung mendapatkan pelukan dari Nina. "Nanaaa ... Kangen," ucapnya.

Azhar memilih duduk di sofa sederhana yang ada di ruang tamu. Rumah Bu Maya lebih besar daripada rumah Esha yang letaknya bersampingan. Bu Maya ke dapur untuk membuatkan Caca dan Azhar minuman.

"Akhirnya, kamu ke sini juga."

Caca dan Nina duduk bersampingan. Azhar sedang menikmati acara televisi. "Harusnya kalau aku nggak ke sini-sini, ya kamu ke rumah aja, Na," ujar Caca.

"Mager, hehehe ...." Nina menyengir tanpa dosa.

"Oh, iya, Mas Nino ke mana, Na?" tanya Caca merasa heran karena Mas Nino--kakak Nina--tidak terlihat sedari tadi.

Nina menyeringai jail. "Hayo ... Kangen, ya?" godanya sambil menunjuk wajah Caca.

Caca tertawa dan mendorong jauh jari Nina. "Emangnya salah kalau kangen? Paling juga mas Nino yang kangen sama aku," balas Caca.

Bu Maya muncul dengan Mas Nino di sana. Melambaikan tangan dan menarik senyuman lebar, Mas Nino nampak senang dengan kedatangan Caca dan Azhar. Bu Maya menaruh nampan di atas meja.

"Nih, Mas, ada yang nyariin," celetuk Nina sambil melirik Caca.

Caca mengangkat dua jarinya membentuk tanda peace. "Hehehe ...."

Mas Nino duduk di samping Azhar dan mengacak rambut anak itu dengan gemas. "Apa kabar, Ca, Zhar?" tanyanya.

"Alhamdulillah, sehat. Mas Nino, sibuk kerja, ya? Kata Mas Akbar, gitu," ujar Caca.

Bu Maya duduk di antara Caca dan Nina. Dengan senang hati kedua gadis remaja itu melingkarkan kedua tangannya di lengan Bu Maya. Bu Maya sekarang sudah seperti mempunyai anak gadis kembar.

Kepala Mas Nino mengangguk. "Iya, Mas kamu tuh yang buat aku jadi sibuk, hahaha ...." balasnya diiringi kekehan.

Mas Nino adalah sekretaris Akbar di kantor. Dulu, ketika masih remaja, Akbar menawarkan pekerjaan pada Nino. Jelas saja, ketika Nino sudah lulus kuliah, sejak itulah Nino melamar di kantor Akbar. Kebetulan, posisi sekretaris Akbar sedang kosong. Meski awalnya cukup sulit, namun Nino akhirnya bisa belajar dengan baik. Hingga sekarang, menjadi sekretaris tetap Akbar.

"Papinya Azhar," timpal Caca.

"Tapi, kan, Mas Nino jadi punya duit karena kerja sama papi," ucap Azhar membela papinya.

Bu Maya tertawa. "Iya, bener, kok. Pinter banget, sih, Azhar!" pujinya.

Mereka mengobrol dengan diselingi candaan. Lalu memutar memori masa lalu di mana dulu Caca dan Nina menangis jika digoda oleh Nino.

...

"Nin, ini lho Caca udah cocok jadi kakak ipar kamu," ucap Bu Maya.

Nina tertawa lebar. Tidak habis pikir dengan ucapan ibunya sendiri.

Caca sontak melongo mendengar ucapan Bu Maya. "Ngawur ibu mah. Mana mungkin aku jadi istrinya mas Nino, Bu," balasnya.

Mereka saat ini ada di dapur, sedang memasak untuk makan siang karena Bu Maya belum sempat memasak. Mas Nino dan Azhar sedang bermain di halaman depan.

"Mas Nino mana mau sama Caca, Bu, jangan ngada-ngada deh," timpal Nina masih tertawa sambil memotong sayuran.

"Lho, kenapa? Caca, kan, pinter, rajin, Insya Allah sholehah. Dah, tuh, kurang apalagi?"

Caca yang sedang mengulek sambal itu menoleh sejenak pada Bu Maya yang berdiri di depan kompor sedang mengaduk panci. "Aamiin," katanya.

Nina membulatkan matanya. "What? Aamiin? Jadi, kamu mau nikah sama Mas Nino?!"

"Ih, enggak, gitu!" elak Caca. Menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Maksudnya aamiin kalau aku rajin, pinter, sholehah, gitu. Lagipula, aku masih kecil gini, gak boleh bahas-bahas nikah."

Nina mengangkat pisaunya. "Tuh, Bu, jadi jangan jodoh-jodohin Caca lagi sama Mas Nino. Ibu mundur alon-alon aja, oke?"

Bu Maya tersenyum tipis tanpa repot-repot memutar badannya untuk melihat Caca dan Nina.

...

Alon-alon = pelan-pelan

Gimana part ini? Nyambung atau menyimpang?🙈 maaf bgt ya slow update hihihi

Follow instagram Nung @Enungg20

Ditunggu spam komennya🤗

Indramayu 24 agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top