The Best Part. 12

Yg nunggu Afkar-Caca mana suaranya?

Vote dan komen jangan lupa ya, ditunggu!

...

Keempat laki-laki yang memiliki postur tubuh yang beda-beda itu, kini berjalan menuju salah satu ruang kelas. Beberapa orang yang ada di koridor itu menatap mereka dengan takjub. Namun, tidak ada yang berani menegurnya. Paling hanya memberi senyuman tipis jika salah satu dari mereka tidak sengaja menatap para orang-orang itu.

Di barisan depan, ada Raka dan Misbah yang berjalan sebagai pemimpin. Saling merangkul bahu. Lalu, di belakangnya ada Afkar dan Ganda yang memang lebih pantas disandingkan berdua seperti itu--karena sama-sama tidak berisik. Lain dengan Raka dan Misbah yang memang cocok berdua karena sama-sama cerewet.

"Kar, jantung lo deg-degan, gak?" tanya Raka dengan usil. Menyeringai jail sambil menoleh ke belakang.

Afkar menaikkan satu alisnya tinggi. "Atas dasar apa gue deg-degan?" tanyanya balik.

Skak mat, lo Raka!

"Kan, mau ketemu gadis impian. Ahay!" Misbah berdecak girang. Kepalanya ia gelengkan sekali membuat rambutnya bergoyang indah.

Di antara mereka berempat, hanya Misbah yang memiliki wajah manis. Cute, begitu. Jika Afkar sangar dan tatapannya tajam, maka berbeda dengan Raka. Raka, sih, levelnya di bawah Misbah. Tidak manis, namun cukup tampan. Kalau Ganda, ia terlihat macho karena badannya yang tinggi, tegap dan cukup berisi. Kekar, begitu.

Ganda terkekeh melihat wajah sangar milik Afkar. Sepertinya, temannya itu sudah siap menyakar Raka dan Misbah bergantian. Ia menggelengkan kepala karena ketiga temannya memang tidak ada yang normal.

Afkar membuang pandangannya. "Gak jadi, puter balik!" tandasnya. Ia langsung memutar badan. Membuat Raka dan Misbah heboh.

"Wah, wah, gak bisa gitu, dong! Berani melakukan, harus bisa bertanggungjawab!"

"Tahu lo, Kar! Tadi, lo udah janji, ya, mau samperin itu si Arsya!" sembur Misbah.

Dengan santai, Ganda menarik kerah belakang kemeja yang dipakai Afkar. Membuat temannya itu tercekik. Raka dan Misbah sudah tertawa melihat wajah Afkar yang masam. Mungkin sebentar lagi akan meledak-ledak seperti petasan.

"Inget, laki-laki yang genggam itu janjinya, ya! Lo laki apa bukan, hah?" desis Ganda. Mengundang Raka dan Misbah bersorak. Mereka tidak sadar jika sekarang menjadi tontonan orang-orang.

Afkar menghempaskan lengan Ganda. Ia membenarkan kerah kemejanya. Kemudian berjalan mendahului ketiga temannya. Memasang wajah angkuh. "Gue bakal buktiin kalau gue layak disebut laki-laki!" tandasnya.

"Emejing!"

"War byasah!"

Ganda tertawa dan menarik lengan Raka juga Misbah agar mengikuti langkah Afkar yang mantap. Sudah dipastikan, beberapa saat lagi akan terjadi hot news yang beredar karena kelakuan mereka.

...

"Arsya!"

Hening seketika. Semua orang yang ada di dalam kelas menatap keempat remaja laki-laki yang memasuki kelas mereka dengan mulut terbuka. Segerombol orang yang tadinya sedang bercanda itu kini mengatupkan bibirnya rapat. Seorang gadis yang namanya disebut, membulatkan matanya tidak percaya.

"Arsya, mana?" tanya Afkar sekali lagi. Tatapannya menelisik ke seluruh isi kelas.

Dika, lelaki itu duduk di samping Caca. Mencolek lengannya dengan pulpen yang ia pegang. "Ca, itu," bisiknya.

Caca mengerjap. Menatap teman-temannya. Ada Gigi, Bilqis, Raihan dan Dika yang duduk melingkar. Kemudian mengangkat sebelah tangannya ke udara, tapi kepalanya menunduk. Ia memejamkan matanya. "Siaga satu, keadaan darurat! Ambulance!" jeritnya dalam hati.

Raka mendorong bahu Afkar. "Sana!" titahnya.

Raka, Misbah dan Ganda berdiri di pintu. Raka dan Ganda menyandarkan tubuhnya di sisi pintu kelas, sedangkan Misbah di tembok--di depan meja barisan paling depan. Salah satu gadis menahan napas saat tidak sengaja bertatap mata dengan lelaki itu.

Ya ampun, kenapa para laki-laki yang cukup menjadi pentolan sekolah bisa mampir di kelas 11 IPA 2?

"Ca, lo punya masalah apa sama dia?" tanya Bilqis berbisik. Tidak kalah takut saat melihat kedatangan Afkar cs, apalagi saat ini Afkar melangkah mendekat.

"Ca, telpon pihak penanganan gawat darurat, Ca. Bintang, delapan-delapan-delapan, pagar! Buruan," bisik Raihan.

Dika menoleh dan menjitaknya. "Itu buat cek pulsa sama kuota ke operator kartu sim, dodol!" dumelnya.

Raihan terkikik geli. Ya ampun, bukannya membantu malah memperkeruh suasana. Caca masih asyik menunduk. Tangannya sudah ia turunkan.

"Ikut gue," ucap Afkar saat tiba di tempat duduk Caca.

Bilqis perlahan menyingkir. Berpindah tempat duduk. Aura Afkar tidak kuat untuk ia resapi kehadirannya. Gigi masih bungkam. Menatap Caca dengan waswas.

Caca masih menunduk. Memilin ujung jilbab berwarna denim--karena hari ini memakai batik berwarna biru. "Ke-kenapa, Kak?" tanyanya gugup. Entah kemana keberanian yang kemarin-kemarin ia miliki itu.

"Ikut gue, free juga, kan?" Afkar menaikkan satu alisnya.

Dika menoleh ke Caca dulu sebelum menatap Afkar. "Tapi, kita gak boleh keluar kelas, Kak." Ia masih sadar berbicara dengan siapa, jadi memakai embel-embel Kak.

Afkar beralih pada Dika. "Arsya dihukum, gue yang tanggungjawab, gak usah repot," sahutnya padat. "Arsya, ayo!" lanjutnya.

"Gue temenin, gak papa, Kak?" tanya Dika dengan ragu. Raihan langsung menyenggol kakinya. Memberi kode kalau Dika jangan ikut campur.

Afkar berdecak, "Ck, ribet. Arsya, sebentar aja!" Ia mulai kesal.

Misbah berjalan mendekati Afkar. Memang, ya, temannya itu tidak bisa menahan emosinya sama sekali. Padahal hanya masalah sepele seperti ini. Masa menahannya saja tidak bisa?

"Arsya," panggil Misbah pada Caca. Sontak gadis itu mendongak menatapnya. "Inget gue, dong?" Ia memberikan senyuman lebarnya. Duduk di tempat yang Bilqis tempati tadi--di hadapan Dika.

"Kak Misbah?" tebak Caca. Misbah menjetikkan jarinya. "Tepat sekali!"

"Ini, Afkar mau ngomong sesuatu sama lo, bentar doang. Bisa, kan? Tenang, gue temenin, gak bakal macem-macem, kok," jelas Misbah. Afkar memutar bola matanya.

"Penting banget ya, Kak?"

Afkar mengeram kesal. Tadi saja diajak bicara dengannya tidak mau. Sekarang, diajak bicara dengan Misbah, jawabnya mantap sekali. Dirinya salah apa, sih?

Misbah mengangguk antusias. "Penting, dong! Kalau gak penting, mana mungkin kita berempat sampai ke kelas lo gini, Sya," ungkapnya.

Caca akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Dari tadi, dong!" sungut Afkar. Lalu memutar badan untuk keluar dari dalam kelas.

...

"Makasih."

"Un-untuk apa, Kak?"

"Lo udah balikin gelang gue yang hilang," terang Afkar.

Caca menatap ke segala arah. Asalkan tidak menatap Afkar yang memberikan tatapan tajamnya. Apa matanya tidak perih karena terus memperhatikannya? Lama-lama ia colok juga itu mata.

Mereka berbicara agak jauh dari kelas Caca. Raka, Misbah dan Ganda memperhatikan dari jarak cukup jauh. Membiarkan Afkar mempertanggungjawabkan apa yang temannya itu janjikan. Yaitu, mengucapkan terima kasih kepada Caca secara langsung.

"Emm ... Ya, sama-sama," jawab Caca.

Afkar menoleh pada ketiga temannya saat ia bingung harus mengatakan apalagi kepada Caca. Tidak ia sangka, Raka malah memperagakan tangannya seperti mulut yang sedang berbicara. Seolah menandakan kalau ia harus mengajak Caca berbicara lagi.

Ia beralih pada gadis pendek di depannya. Tarik napas dulu, sebelum berkata, "Soal dm itu, dari gue."

Caca sontak mendongak. Mengerjapkan matanya beberapa kali. "Iya? Aku kira dibajak sama kak Raka atau kak Misbah," ungkapnya. Lantas, mengalihkan tatapannya lagi sambil mengulum bibirnya. Kelepasan, ya ampun!

"Bukan."

Hening.

Afkar mengepalkan tangannya di balik celana sekolahnya. Lelaki itu geregetan karena respon yang diberikan gadis di depannya itu, sangat di luar dugaannya.

Mau gue hih, rasanya, batik Afkar.

Kalau dengan temannya--Raka atau Misbah--gadis itu ramah sekali. Suka berbicara. Sedangkan, dengan dirinya? Ah! Sudahlah! Tidak penting juga. Kan, tujuannya hanya ingin berterima kasih saja. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu.

"Gak ada lagi kan, Kak?" tanya Caca.

Afkar berpikir sebentar. "Ada," jawabnya.

"Apa?"

"Sebagai balas budi, kalau butuh bantuan, lo bisa minta ke gue."

Setelahnya, lelaki itu berbalik badan. Meninggalkan Caca sendirian yang melongo. Mimpi kah?

...
Baru part 12😭

Maaf banget ngaret, 3 minggu gak update huaaaaaa

Jadi, setelah ini bakal gimana? Ada yg bisa nebak?

Yg mau ikut PO novel AKRESHA boleh banget lho! Dm aku aja ya!!

Sampai ketemu di part selanjutnya👐

Indramayu, 5 agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top