maaf
"hai kak Aline. "
Kulongok lorong. Radit sudah tak terlihat Disana.
"Dia sudah masuk lift.jangan takut begitu kak .. "
Aku berniat menutup pintu tapi ternyata kalah cepat.
Aldo sudah melesat masuk dan duduk manis di sofa kuning ku, mengambil biskuit di meja.
"Apa-apaan kamu? Tolong jangan ganggu aku lagi. aku akan segera menikah 3 bulan lagi. "
Aldo mematung. lalu meletakan kembali toples pink ku.
"Aku kangen biskuit bikinanmu. Tapi kalimat tadi menghilangkan seleraku."
Aldo beranjak mendekatiku.
Aku harus mundur.
Aku tidak boleh mengulang kesalahaku dulu.
Aku punya Radit yang setia padaku.
3 bulan lagi aku akan menjadi nyonya Radit .
Persetan! Aku tidak boleh lemah.
Dengan keras kudorong Aldo yang sudah memojokanku di tembok.
Dan setengah berlari menuju ke arah kamar. lalu menguncinya.
Tuhan .....aku takut Radit dan keluarganya tau dan kecewa padaku.
Tiba tiba ponselku berdering nyaring di kasur.
Dan itu? Tab Radit tergeletak disebelah ponselku..!
Aku semakin gelisah.
Pasti dia akan segera kembali mengambilnya. Karena aku tahu dia selalu membutuhkan tab nya untuk bekerja.
Lagi lagi ponselku bernyanyi nyaring.
Itu dari Radit .
Tok.. tok...
God.. Berondong gila kenapa belum pergi juga ?
"Sayang..."
Radit??
Aku semakin meringis..
"Sayang.. tab aku tertinggal. Kamu sudah tidur? "
Dengan was was kubuka pintu.
"Kamu lupa mengunci pintu depan sayang."
Kusapukan pandangan.
"Ah. Ya. "
"Kamu baik baik aja kan?"
Berlalu mengambil tab dan menghampiriku kembali yang masih terdiam dengan nafas entah disadari oleh Radit atau tidak, aku tidak bisa bernafas normal.
"Sudah malam. Istirahat..
I love you.. "
Cup..
Kupeluk erat Radit . Air mataku lolos begitu saja. Aku takut Radit tau dan akan meninggalkanku.
Radit meninggalkan apartemen ku setelah mengusap pipiku yang basah. Dan mengecup singkat bibirku.
Aku malu padamu Radit .
Entah sampai kapan ini akan kusimpan.
***
Setelah kejadian itu, aku sering menginap di apartemen Radit. Awalnya dia menolak .
Radit adalah pria modern dengan etika ketimuran yang dijunjung tinggi.
"Ga enak sama tetangga." Itu jawaban dia.
Tapi aku tetap merengek. Dan akhirnya dia mengiyakan.
Aku takut.
Bukan takut pada godaan Aldo .
Tapi aku takut Radit akan tahu lalu marah dan meninggalkanku.
Apa kata orang tua kami nanti.
Aku sayang Radit. Aku yakin dia adalah imam yang baik untukku.
Dia tidak pernah mengecewakan aku.
Dan Aldo, sudah 2 bulan setelah kejadian itu aku tak pernah bertemu dengannya.
Sedikit lega.
Tapi tidak untuk kali ini. !!
Dia. Aldo. Menampakan Batang hidung di cafe Radit .
Apa dia mau cari mati ?
Oh tidak. Maksudku aku yang pasti akan mati ketahuan disini.
Aku yang sedang duduk di kasir menggantikan karyawan Radit yang sedang istirahat siang, kalang kabut.
Mana pelanggan lagi banyak.
Shit.. !! Dia mendatangi kasir.
"Biar aku yang jaga sayang. Makan siang lah dulu ."
Ku toleh Radit yang mengelus kepalaku.
"Ya..."
Oke aku harus menjauh dari muka Aldo.
Beruntung aku tidak terlambat.
Aku bernafas lega di pantry.
Tapi sampai kapan ini?
*****
" Sayang ini undangan yang buat tamu tamu kamu ."
"Terimakasih." Ucapku riang.
Sepekan lagi resepsi kami akan digelar dijakarta.
Di cafe Radit.
Itu ideku. Biar sekalian mempromosikan cafe alin's ini.
Karena kita punya outdoor dibelakang yang lumayan lebih luas dari indoornya.
Jadi kami memakai outdoor saja.
Karena cuaca sekarang sedang musim kemarau jadi kemungkinan hujan tidak akan datang.
Kalian tahu?
Rasa takutku sedikit berkurang. Karena kami sudah ijab qobul 3 hari lalu di kota asalku.
Dan kami sekarang tinggal satu apartemen.
Sementara apartemen lamaku kosong. Rencana akan kami sewakan nanti.
Semoga si Berondong tidak akan mengganggu perempuan yang sudah menikah.
"Dicek lagi, ada yang kelupaan tidak?"
Ucapnya.
"Kan sudah aku kasih daftarnya? Aku percaya padamu sayang."
Aku bergelayut manja pada lengan kekar Radit.
"Bukan padaku. Pada percetakannya.takutnya ada yang kelupaan ."
"Mereka bilang sih sudah sesuai dengan list yang kita berikan." Tambahnya.
"Aku cek list-nya aja deh."
Mengambil kertas yang berada di atas tumpukan undangan. Membaca satu persatu sepertinya sudah semua. Karena aku dan Radit tidak mengundang banyak tamu.
Ku ambil list tamu undangan Radit .
"Aku mengundang sita. Tidak apa apa kan?"
Aku tersenyum menggodanya.
"Kamu tidak cemburu kan? Itu masa lalu.dan kurasa kita itu bukan lagi anak kecil yang berlarut-larut pada kenangan masa lalu. "
"Buat apa bermusuhan, tidak saling sapa, menghindar, yang seperti itu malah bikin mereka berpikir kita masih ada rasa sama mereka "
"Iya suamiku sayang...aku tahu.. sita juga udah punya calon kok "
Ucapku menoel dagunya.
"Dan.. aku juga mengundang Aldo ."
Deg. Senyummu pudar seketika.
"Aldo adia Pratama."
Aku semakin terpaku. Tadi aku memang membaca nama tersebut di list undangan Radit.
"Laki laki yang kutemui di depan pintu apartemen mu 3 bulan lalu "
Tuhan.. aku baru 3 hari menikah. Aku tidak mau kehilangan Radit.
Apa mereka bertemu?
Dan kenapa Radit baru bicara sekarang?
Aku merunduk. Terlalu malu untuk menatap Radit . Tapi Radit menangkup pipiku dan membawaku untuk menatapnya . Kini wajah kami sudah berdekatan. Aku semakin takut dengan muka datarnya .
"Maaf Radit ." Ucapku bersama lolosnya air mataku yang segera diusap oleh Radit
Aldo mengaku tetangga apartemen ku yang tidak sengaja lewat melihat pintu terbuka. Dan berniat menutupkan pintu karena aku yang tak kunjung keluar dipanggil.
Itu yang Radit ceritakan padaku.
"Tapi aku bukan pria bodoh sayang. "
Kupejamkan mataku menerima apapun yang akan Radit katakan padaku.
" Aku memang salah Radit. Aku bukan perempuan baik baik. Aku sudah jahat sama kamu. Tapi tolong .. aku sayang kamu.aku tidak mau kehilangan kamu."
Bibirku menghangat dan basah. Radit mengulum bibirku setelah usai kalimatku.
"Siapa juga yang akan meninggalkanmu."
Ucapnya setelaH bibir kami terlepas.
Keningku berkerut.
"Memang aku kecewa sama kamu. Tapi rasa sayang aku lebih besar dari pada rasa kecewaku."
Aku tambah terisak . Merasa terlalu hina dimata Radit .
"Kamu ingat ketika dia datang ke cafe?"
"....."
"Aku memintanya datang kembali malam hari."
"......."
"Dia yang lebih dulu mengaku pernah dekat denganmu.
Ini bukan salahmu sepenuhnya. Aku juga salah. Jarang komunikasi denganmu karena aku sibuk bekerja."
"Aku berterima kasih padanya karena Sudah menjaga kekasihku ketika aku tidak bisa menjaganya.tapi aku tidak akan membiarkan itu terulang lagi."
"Aku tidak pernah bertemu dengannya setelah kamu kembali. Dan dulu dia yang selalu datang padaku. Aku memang buruk.perempuan Bodoh ."
"Sst. Jangan berkata begitu. Kamu itu ibu yang cerdas untuk anak anakku nanti. " Memamerkan senyum menawannya. Lalu mengusap perutku.
"Aku tahu dia akan berenang dengan baik disini . " Ucapnya terkekeh.
Kupukul pelan lengannya.lalu meringsek pada pelukannya. Betapa bodohnya aku pernah mengkhianati pria berjiwa malaikat ini.
"Sebaiknya dia tidak usah kau undang."
"Kamu tahu dia siapa? "
Aku menggeleng.
"Adik sepupu mbak Anjar."
Mbk Anjar adalah kakak ipar Radit.
"Maafkan aku.."
"Sudah kumaafkan . Jangan ulangi lagi ."
Aku mengangguk. Radit mengelus punggungku. Dan mengecupii kepalaku.
Terimakasih Tuhan. Engkau kirimkan laki laki ini untukku. Tidak akan aku sia siakan pemberianmu.
END
Hehehe.. just iseng iseng.coba coba.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top