Chapter 1 - Innocence

Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers. And I don't own the songs that I use as prompt, they're belongs to Avril Lavigne.

Summary: Semua orang tahu bahwa Kagome adalah miko penjelajah waktu yang berhati besar. Tapi, bagaimana jika ia tidak sepolos yang terlihat jika berdua dengan Inu Yasha?

Warnings: OOC, maybe.

Ame to ai's note: This four-shots is just for fun. Please, don't take it seriously.

Prompt: Innocence.

***

**

*

Langit senja yang kemerahan menjadi latar belakang. Binatang diurnal penghuni hutan sudah bergegas kembali ke sarangnya, tempat teraman untuk berteduh dan berlindung. Namun, lain halnya dengan seorang hanyou dan miko yang masih sibuk mencari pecahan bola empat arwah yang kembali terpecah setelah kematian laba-laba yang menjadi musuh terbesar mereka. Inu Yasha dan Kagome masih berada jauh di pelosok hutan yang jarang terjamah oleh manusia.

"Kau yakin di sini tempatnya?" tanya Inu Yasha tak sabar.

"Mm-hm... kurasa."

Jawaban tak pasti dari gadis yang ia gendong membuat sang inu hanyou jengkel. Secara tiba-tiba, Inu Yasha menghentikan larinya, dan itu membuat tubuh Kagome membentur punggungnya sedikit keras. Laki-laki itu menoleh ke kiri untuk menatap sahabatnya lalu berkata dengan ketus, "Cepatlah, matahari sebentar lagi akan tenggelam!" Gerutunya.

Sudah tentu ketergesa-gesaan Inu Yasha bukan karena ia takut gelap, tapi itu semata-mata demi Kagome. Agar gadis itu dapat segera beristirahat dan mengisi perut.

"Gomenasai, tadi terasa dekat sini," balas Kagome dengan nada tanpa dosa dan sebuah lengkungan yang dimiliki semua anak kecil, senyum manis dan tulus. Tak lama ia menunjuk. "Mungkin di depan sana."

Laki-laki itu kembali menatap ke depan. Dengan satu hentakan di tanah, Inu Yasha melompat ke atas, melesat di antara rimbunnya dedaunan, cabang-cabang pohon yang kekar ia jadikan sebagai lintasan. Kagome mengeratkan pelukannya, dada gadis itu menempel pada punggung Inu Yasha, kedua pahanya memeluk pinggang inu hanyou itu kuat-kuat, sang miko menyandarkan pipi kirinya di bahu kiri Inuyasha. Inu Yasha tahu yang sahabatnya lakukan hanya demi keselamatan diri, mereka berada dalam kecepatan tinggi dan beberapa meter di atas tanah, itu reaksi alami yang dilakukan siapapun yang menaiki punggungnya.

Tapi ...

'Yap, dahan itu.'

'Kulit paha yang halus.'

'Harus cepat!'

'Embusan napas yang hangat. Gundukan lembut yang menempel di punggung.'

'Ugh, sial!'

Tak pelak, perhatian laki-laki itu terpecah. Fokusnya tak lagi penuh pada keamanan jalur yang mereka lalui, ada atau tidaknya youkai yang 'kan menghadang terlupakan. Pusat atensinya adalah napas hangat gadis itu di lehernya. Pikiran Inu Yasha merambat pada bagaimana gundukan lembut Kagome di punggungnya, akankah terasa sama di tangannya? Dan kehangatan di bagian intim gadis itu yang berada di pinggang bagian belakangnya. Pikiran terakhir laki-laki itu membuat aliran darah mengalir deras ke salah satu bagian tubuhnya. Rambut-rambut kecil di lengan dan kaki Inu Yasha berdiri secara serempak tatkala cerita-cerita yang bouzo-nya pernah kisahkan berkelebat di kepalanya.

Inu Yasha mendengus, mencemooh diri sendiri karena mempunyai pikiran yang tak kalah mesum dari teman biksunya itu. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir berbagai hal yang menyimpang dari misi. Pencarian pecahan shikon setelah kematian Naraku seharusnya lebih mudah. Tapi ternyata tidak segampang yang ia pikirkan, dengan Miroku dan Sango yang sibuk dengan bayi kembar yang baru saja terlahir, dan Shippou yang mengikuti ujian Sekolah Sihir Kitsune selama satu minggu membuatnya tak dapat berkonsentrasi. Tidak mudah, selama ia berdua saja dengan Kagome.

Memikirkan Kagome membuat sifat mesum kembali mencekik otaknya. Seperti kedipan mata, seperti diafragma yang terjadi di setiap hembusan napas, serefleks itulah jari-jarinya yang bergerak secara diam-diam membelai paha mulus sahabat perempuannya itu sepintas lalu.

'Sialan! Apa yang kulakukan?'

Umpat Inu Yasha dalam hati selagi menahan otak dan tubuhnya. Sungguh, Inu Yasha sendiri pun sangat tersiksa dengan imajinasi liarnya.

Tanpa diketahui laki-laki itu, sebuah senyum terpahat di wajah sang miko modern.

'Aroma yang menguar dari Kagome semakin harum. Memabukkan ... Brengsek!' Umpatnya pada diri sendiri.

Inu Yasha tertarik keluar dari rentetan pikirannya kala gadis itu berkata, "Tidak apa bila kita harus berkemah malam ini, besok sekolah libur." Kagome berkata dengan suara lembutnya, bibirnya yang bergerak-gerak mengelus kulit di leher Inuyasha. "lagipula berada di atasmu terasa menyenangkan."

Napas laki-laki itu tercekat atas intonasi suara dan perilaku Kagome yang bersifat seduktif.

'APA!?'

Apa yang didengarnya itu benar? Di atasmu? Mengapa pernyataan itu terasa memiliki makna lain untuknya. Makna sensual yang membuat darahnya bergolak dan fundoshi yang dikenakannya terasa terlalu ketat.

Mungkinkah Kagome sedang menggodanya? Pertanyaan-pertanyaan silih berganti berebut tempat 'tuk memenuhi benaknya.

Kagome meluruskan kepalanya, kini dagunya bersandar di atas bahu sang inu hanyou, suaranya terdengar riang ketika ia menambahkan. "Pemandangan dari atas sini terlihat sangat indah, ya 'kan, Inu Yasha?"

"Keh!" Inu Yasha menahan diri untuk tidak menggeram. Kagomenya tidak mungkin memberi kode hal semacam itu. Satu-satunya yang patut di persalahkan hanyalah khayalannyalah. Sudah pasti.

Ingin rasanya Inu Yasha menendang bokongnya sendiri atas pikiran tak senonoh yang dimilikinya barusan. Walau ia miskin secara materi, bagaimanapun juga ia adalah hanyou yang penuh harga diri. Inu Yasha adalah seorang laki-laki yang memegang teguh janji, menghormati wanita, dan dia tidak akan mengambil keuntungan dari situasi seperti saat ini. Karena, telah lama ia berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyentuh Kagome sebelum seluruh pecahan Shikon terkumpul. Dan tidak pula sebelum ia meminta gadis yang dicintainya itu sebagai pendamping hidup dengan cara terhormat yang Kagome amat pantas dapatkan.

Sinar sang surya sudah mulai menghilang ketika gadis itu berseru sambil menunjuk arah jam dua dari tempat mereka berada. "Inu Yasha! Di sana!"

Secepat kilat Inu Yasha mendekat, dan dengan satu sapuan sankon tetsusou, mononoke lemah pemilik sementara pecahan bola empat arwah yang memiliki tubuh serupa ular raksasa itu lenyap. Kagome mengambil pecahan hitam yang tergeletak di atas tanah. Pecahan shikon itu kembali murni di tangannya, warna merah muda terang yang memancar itu indah.

Inu Yasha menepuk-nepuk kedua tangannya, membersihkan debu imajiner yang tersisa. "Perjalanan jauh hanya untuk sebuah pecahan kecil, menyusahkan," suara laki-laki itu terdengar kesal seperti biasanya.

"Hari sudah gelap, bagaimana kalau kita cari tempat bermalam?" usul Kagome.

Sebagai jawaban, laki-laki itu mengangguk. Sudah lebih dari tiga puluh enam bulan mereka mengelana bersama, seharusnya usulan itu terdengar sangat normal. Namun, sepersekian detik lalu, ia menangkap kilat tak biasa di mata Kagome. Dan, entah mengapa, Inu Yasha merasa saat itu Kagome tidak sepolos biasanya.

'Sial!'

Sepertinya, memenuhi janji yang Ini Yasha teguhkan dalam hati akan sedikit sulit.

~Tsudzuku~

*Singing* 'Good girls are bad girls that hasn't been caught ... ' XD

Originally published: 01/28/2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top