Chapter 9

Ruangan putih itu hanya terdengar suara ringisan dari seorang gadis yang duduk di brangkar.

"Aduh duh... Keenan, udah aku ga papa..." Ucap Andira menghentikan Keenan. Lelaki itu menghela nafasnya, dia hanya ingin mengurut sebentar pergelangan kaki cewek di depannya ini karena kakinya terkilir.

"Gue cuma mau ngurut sebentar, Lo tahan." Ucap cowok itu datar.

"Tapi-" baru hendak Dira protes, tatapan Keenan menatapnya mampu membuat gadis itu bungkam seketika.

Selesai sudah mengurut Andira, berkat menahan semua rasa sakit itu, perlahan Dira mampu menggerakkan kakinya kembali, setidaknya sudah lebih membaik.

Cewek itu kemudian memberikan senyumannya kepada Keenan "Makasih ya," ucap gadis itu tulus, Keenan hanya memutar bola matanya.

"Lo pulang aja, biar nanti gue izinin sama wali kelas Lo." Kata Keenan.

"Ga papa kok, lagi juga tanggung sebentar lagi istirahat dan jam olahraga juga udah selesai," seperti biasanya, Andira dengan ucapan yang selalu terkesan membantah Keenan, dan entah mengapa membuat lelaki itu menatapnya tak suka.

"Kenapa sih Lo sering banget ngebantah gue? Cukup Lo turutin apa yang gue bilang apa susahnya?!" Andira terkejut saat Keenan malah sedikit menaikan intonasi bicaranya dan cowok itu terlihat marah.

"Bukan gitu maksudnya.... Aku cuma gak mau ngerepotin..," Lirih gadis itu.

"Ngerepotin? Lo sadar kalau selama ini Lo selalu merepotkan tapi Lo tetap melakukan itu?" Setelah mengatakan semua itu, Keenan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Andira yang menatap punggung tegap itu dengan pandangan sendu.

******

Andira kembali ke kelasnya dengan wajah ditunduk, lalu kedua temannya sontak langsung menghampiri gadis cantik itu.

"Yaampun Ra, Lo gak papa?" Tanya Keira.

"Kaki Lo? Sumpah gue kesel banget sama si medusa!" Timpal Lula saat melihat Andira berjalan tadi yang masih sedikit pincang.

Dengan senyum yang dipaksakan, gadis itu menatap kedua temannya lalu tersenyum.

"Aku ga papa kok, tapi aku mau izin pulang..," ucap Dira.

"Yaudah, nanti gue izini Ama Wali kelas." Kata Lula.

Andira mengangguk "Iya, makasih ya." Ucapnya.

*****

Andira tiba di mansion tersebut berkat ojek online yang dia pesan. Gadis itu langsung merebahkan dirinya di kasur empuknya, tak lama setelah itu pintunya di ketuk. Dan terlihatlah Alif yang mampu membuat Dira tersenyum begitu melihat adik laki-lakinya itu yang masih mengenakan seragam merah putih.

"Alif sayang, kamu udah pulang?" Kata Andira lembut sambil mengusap rambut adiknya dengan sayang.

"Kakak kok udah pulang aja jam segini? Tumben," kata Alif.

"Hu'um, kakak... Cuma sedikit ga enak badan, tapi kakak gak papa, nanti juga kakak baik lagi." Ujar Andira.

Bocah laki-laki di hadapannya mengangguk "Kak, kita... Sampai kapan tinggal disini?" Tanya Alif membuat Andira terdiam.

"Alif takut kak... Walaupun mereka baik, Alif merasa asing," ucap Alif di benarkan Andira dalam hatinya. Sifatnya dengan sifat adiknya itu sama persis, Alif itu bagaikan dirinya versi anak laki-laki. Maka dari itu Andir sangat menyayangi Alif lebih dari apapun, satu-satunya keluarga yang dia punya.

"Sabar sayang, ka Dira janji. Kalau kakak udah sembuh, kakak janji akan bawa kamu ke rumah kita ubah dulu, lalu kakak cari pekerjaan yang gajinya besar, dan kita bisa makan enak lagi! Kayak dulu," kata Andira berusaha menyemangatkan adik nya itu, dengan perlahan senyum terbit di bibir Alif membuat Andira ikut tersenyum.

"Alif sayang kak Dira,"

*****

Malam ini, Mellisa memanggil Andira. Dengan segera gadis itu turun, lalu wanita yang bersandang sebagai ibu tiri dari Keenan itu menyuruh Andira untuk mengantar makanan ke kamar Keenan.

"Kamu tahu? Dia akan menolak makanan yang saya beri, jadi, berikan ini sama anak itu." Ucap Mellisa dengan datar sambil menyerahkan nampan yang berisi makanan mahal itu, lalu wanita itu berlalu begitu saja.

Entah kenapa Andira merasa gugup saat sudah berada di depan pintu kamar Keenan. Perkataan Keenan saat mereka di UKS siang tadi masih menjadi pikiran gadis itu.

"Apa dia masih marah ya?" Batin Andira.

Dengan perlahan tangan gadis itu mulai mengetuk pintu, namun tak ada sahutan. Dan begitu juga untuk ketiga kalinya, sampai akhirnya lelaki dari dalam kamar itu membuka pintunya dengan Shirtless dan muka bantalnya. Sontak Andira langsung menutup matanya seketika.

"Ka-kamu... Harus makan," kata Andira gugup masih dalam menutup matanya.

Keenan menghela nafasnya "Gue gak lapar,"

"Tapi-" Perkataan Andira terpotong kala lelaki itu menarik paksa tangan Andira untuk membawanya masuk dalam kamarnya.

Cowok itu dengan cepat mengambil kaosnya lalu memakainya "Buka mata lo." Kata Keenan, dengan perlahan Dira membuka matanya dan bernafas lega saat cowok itu sudah memakai pakaiannya.

Gadis itu lalu buru-buru menaruh nampan di tangannya itu ke meja nakas Keenan. Andira menatap Keenan yang masih memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

"Kamu masih marah?" Cicit Andira.

"Gue gak marah," Kata Keenan begitu saja.

Andira mengangguk saja sambil masih menundukkan wajahnya, lalu matanya melirik ke arah nampan makanan di atas nakas itu.

"Makanannya di makan dulu, aku permisi."

"Temenin gue makan!" Itu bukanlah sebuah pernyataan, tapi sebuah perintah dari seorang Keenan. Andira hanya mengangguk pasrah, masih berdiri di tempatnya sambil memperhatikan Keenan yang mulai mengambil makanan itu dari nakas dan memakannya.

Dan setelah beberapa menit lamanya Dira mulai jenuh saat dengan sengaja Keenan memperlambat gerakan makannya.

"Lo harus tunggu sampai makanan ini habis," kata cowok itu.

"Kamu... Masih lama makannya?" Ujar Dira, Keenan mengangkat sebelah alisnya.

"Sebenernya, gue lagi gak berselera." Kata cowok itu lesu.

"Terus kamu mau apa?" Tanya Andira membuat Keenan tersenyum tipis.

"Siapin gue."

"Ap-apa? Tapi kan kamu gak sakit," Elak Andira.

Tiba-tiba saja Keenan berlagak seperti orang sakit yang membuat Andira mengerutkan keningnya.

"Sshh badan gue tiba-tiba ga enak, kepala gue pusing," keluh lelaki itu.

Dengan panik Andira menempelkan tangannya pada kening Keenan, tapi gadis itu mendengus saat kening Keenan gak panas.

"Badan kamu gak panas sama sekali, kamu gak usah boong." Kata Andira datar dan setengah kesal.

Keenan menatapnya tak percaya lalu dia terkekeh pelan "Wah, Lo bener-bener udah berani ya sama gue?" Lelaki itu kemudian bangkit lalu menyeringai, mendekati Dira yang otomatis mundur dan menatap Keenan was-was, lelaki itu sekarang tampak mengerikan.

"Kamu mau ngapain? Jangan macem-macem!" Kata Dira yang semakin mundur saat Keenan bertambah maju, dan sialnya tubuh gadis itu sudah mentok tembok.

*****

V

ote and comment kalian sangat berarti untuk saya :). Walaupun kalian tidak akan PEDULI HAHAHAHHA


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top