Chapter 6
"Gue udah bilang sama Lo, gue akan melindungi Lo dalam keadaan apapun. Selama Lo masih dalam pandangan gue, Andira."
-Keenan Melviano.
*****
"Keenan?"
Lelaki itu mengeraskan rahangnya, mata tajamnya mengkilat tanda dia sedang dilanda amarah. Menatap tajam keempat perempuan dan satu perempuan yang terduduk menyedihkan, tanpa di beri penjelasan, dia tahu apa yang sudah terjadi.
"Wa.. Keenan aku bisa jelasin, ini semua gak--"
"Gue batalkan pertunangan kita!" Potong Keenan dengan tegas. Membuat keempat perempuan itu sontak membulatkan matanya.
Lalu, cowok itu mengalihkan tatapan pada Andira yang masih terduduk. Tanpa aba-aba, lelaki itu menggendong Andira ala bridal style nya. Tak hanya Andira, keempat perempuan, apalagi Laura, menatap semua itu tak percaya.
Dengan langkah tegapnya, cowok itu membawa tubuh mungil Andira dari tempat itu.
"Gue udah bilang sama Lo, gue akan melindungi Lo dalam keadaan apapun. Selama Lo masih dalam pandangan gue, Andira."
*****
Keenan membawa Dira ke UKS sekolah. Cowok itu mendudukkan Andira di tempat tidur, lalu tanpa bicara lelaki itu mencari kotak P3k.
Lutut gadis itu berdarah, dan dengan telatennya cowok itu mengobati luka pada lutut Dira, gadis itu sedikit meringis karena perih.
"Kenapa Lo belum pulang?" Tanya cowok itu.
"Em... Tadi abis dari perpus sebentar," cicit Andira. Gadis itu belum sepenuhnya terbiasa dengan sikap yang diberikan Keenan kepadanya.
"Mereka buat apa?" Tanya Keenan lagi.
Andira menggeleng pelan "Cuma... Mereka cuma nanya-nanya doang,"
"Jangan bohong sama gue, jujur apa yang udah mereka lakuin." Keenan menatap lekat Dira, jarak mereka lagi-lagi cuma beberapa senti.
Andira pun menunduk, beberapa detik lalu dia mengangkat wajahnya. Menatap wajah Keenan yang juga sedang menatapnya, lalu dia tersenyum manis.
"Aku mau pulang," ujar gadis itu. Keenan menghela nafasnya, lalu mengangguk.
Dengan tertatih, gadis itu berjalan mengikuti Keenan dari belakang. Dan setelah sampai parkiran, Andira sedikit terkejut saat tahu kalau ternyata Keenan membawa motor besarnya yang berwarna hijau, sekelebat kejadian naas yang menimpa nya kala itu kian kembali terbayang, tapi dengan cepat Andira merubah raut wajahnya dan menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran itu.
Keenan sudah menaiki motor itu dan memakai helm, lelaki itu mengisyaratkan Andira untuk naik. Dengan bingung, gadis itu pun mencoba untuk menaiki motor yang belum pernah dia naik seumur hidupnya.
Keenan menghela nafasnya, memutar bola matanya malas. Lalu cowok itu turun dan men-standar kan motornya. Tanpa diduga lelaki itu menggendong pelan tubuh kecil Andira dan gadis itu sudah duduk di motor itu, Dira masih belum mencerna apa yang udah terjadi.
Lalu dengan santainya cowok itu kembali berkata "Pegangan."
"Hah?"
Saat cowok itu melajukan motornya dengan cepat tubuh Dira hampir terhuyung kebelakang, gadis itu terkejut lalu dengan reflek cewek itu melingkarkan tangannya ke pinggang Keenan dengan erat.
Dibalik helm nya, lelaki itu tersenyum kecil. Melihat wajah cantik Andira dari balik spion, terlihat menyipitkan matanya karena angin kencang, sangat menggemaskan menurutnya.
*****
Saat ini Andira sedang membantu Bi Marni menyiapkan makanan di dapur. Bi Marni adalah asisten tetap keluarga ini sejak dulu, dirinya berbeda dari pelayan di mansion ini. Para pelayan itu memiliki tugas masing-masing, kalau Bi Marni, dia bertugas untuk memasak, menyiapkan makanan, juga melayani anggota keluarga ini karena wanita paruh baya itu sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja untuk keluarga ini, jadi Bi Marni sungguh di percaya. Terutama Satrio, dia sangat mempercayakan wanita paruh baya itu.
Walaupun bahkan bisa saja mereka menyewa koki termahal untuk memasak, tapi menurut mereka dengan adanya Bi Marni itu lebih dari cukup.
"Eh nyonya, nyonya butuh apa?" Tiba-tiba Mellisa datang dan menyilang kan tangan di dada.
"Saya butuh bicara dengan kamu, Andira." Merasa di panggil, Andira menoleh ke arah Mellisa. Dengan patuh, gadis itu mengangguk dan mengikuti Mellisa.
"Kamu tahu posisi kamu disini?" Andira hanya menundukkan kepalanya saat mendengar pertanyaan kurang mengenakkan dari wanita di hadapannya. Dengan ragu Andira mengangguk saja.
Mellisa maju dan mengusap pelan rambut Andira, "Kamu itu cuma anak adopsi yang bahkan belum sepenuhnya di setujui oleh keluarga ini, terutama saya. Karena Keenan adalah anak satu-satunya di keluarga ini, jadi Satrio, suami saya itu selalu menuruti kemauan anak itu."
Wanita itu menghela nafas sejenak lalu kembali berkata "Dan, karena itu. Saya harap kamu tahu diri selama disini, saya tahu, kita wajib bertanggung jawab atas apa yang diperbuat oleh Keenan. Tapi, saya gak bisa kalau liat kamu malah jadi ngelunjak, saya harap itu gak akan terjadi." Ujarnya. Lalu tersenyum.
Andira hanya diam dan mengangguk saja "Iya, saya dan adik saya... Akan tahu diri, dan kami berusaha untuk tidak selamanya disini, setidaknya selama saya pulih, saya akan kembali ke rumah saya." Ucapnya.
"Yah, bagus jika seperti itu."
"Dan juga, selama saya masih disini.. saya akan membantu Bi Marni, saya akan menyuci, mengepel, menggosok... Dan lain-lain,"
"Akhirnya kamu paham, Andira. Kamu lebih cerdas dari yang saya kira, dan yang tadi kamu sebutkan tadi. Itu point yang sangat penting."
*****
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dan Andira, gadis itu belum bisa memejamkan matanya. Sejujurnya, perkataan mama nya Keenan tadi sungguh membuatnya tak enak hati. Dia terus kepikiran jika akan menjadi beban di keluarga Keenan nantinya sedangkan dia bukan siapa-siapa, belum lagi kedepannya dan kebutuhannya yang semakin bertambah.
Andira masih harus menjalani terapi di rumah sakit, walau tidak terlalu sering. Dan dia juga belum sepenuhnya pulih atas kejadian yang menimpanya.
Gadis itu memutuskan untuk pergi ke taman belakang mansion tersebut. Di taman itu di terangi banyak lampu dan juga ada kolam ikan dan air pancurannya.
Dia hanya berjalan-jalan kecil sampai matanya menangkap sosok Keenan yang duduk di sebuah gazebo yang ada di taman itu, lelaki itu tampak memetik gitarnya dari kejauhan. Dengan perlahan, Andira mulai mendekati lelaki itu.
Keenan terkejut mendapati Dira di hadapannya, lalu cowok itu bertanya "Kenapa belum tidur?"
Gadis itu hanya menggeleng pelan "Belum ngantuk, kamu ngapain disini? Main gitar? Kamu bisa nyanyi sambil main gitar?" Tanya Andira yang malah antusias dengan hal tersebut. Keenan hanya mengangguk sekilas.
"Aku juga bisa main gitar, tapi itu dulu." Ucap Andira. Keenan, lelaki itu menaikan sedikit alisnya.
"Siapa?"
"Hm? Aku?"
"Yang nanya." Dengan wajah polosnya Andira hanya mengerjapkan matanya menatap Keenan. Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya.
Keenan mulai memetik gitarnya dan alunan lagu juga suara merdu dari lelaki itu mulai terdengar, Andira pun sampai tertegun mendengarnya.
Dan, malam yang sunyi itu. Tercipta alunan gitar dan suara merdu milik Keenan, sampai suara tepukan tangan dari gadis disampingnya saat petikan gitar terakhir, lelaki itu mengernyitkan dahinya heran menatap perempuan yang dihadapannya.
"Kamu keren," ucap gadis itu tulus sambil tersenyum manis. Lalu, beberapa detik kemudian senyuman gadis itu berubah menjadi tatapan sendu.
Keenan lagi-lagi menatap heran Andira, "kenapa dia cepet banget berubah?" Batin lelaki itu.
"Aku... Jadi teringat seseorang," ucap Andira sedih seperti teringat akan seseorang, lalu menghembuskan nafasnya.
"Aneh," gumam Keenan yang dapat di dengar Andirq. Gadis itu menatap Keenan penuh tanya.
"Hm?"
"Lo aneh."
"Aneh? Kenapa?" Beo Andira.
"Iya, Lo kadang seneng terus cepat banget berubah jadi sedih." Ungkap Keenan.
"Seperti bipolar?" Tanya gadis itu, Keenan hanya mengedikkan bahunya. Dira melihat itu hanya mencebikkan bibirnya. Dan, sampai malam itu mereka menghabiskan waktu yang tak terasa sudah tengah malam dengan obrolan ringan. Dapat gadis itu simpulkan, bahwa lelaki di hadapannya ini tak sepenuhnya dingin. Buktinya, Keenan dengan santai berbicara dan menanggapinya.
Dan sebaliknya, cewek di hadapan Keenan itu tak sepenuhnya polos seperti yang dia kira saat pertama kali lihat. Andira sedikit humoris dan senang diajak ngobrol, buktinya cewek itu terus bercerita dan mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Begitulah.
*****
Sorry banget ya guys kalo ada banyak typo, but i hope u enjoy it. Sebagai dukungan kalian aku minta vote dan comment ya guys, karena itu adalah suntikan semangat untuk aku nulis lagi ;))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top