The Beauty and That Boy : 0.2
Ada apa ini? Apa maksudnya teman bertukar kenyataan hidup? Siapa yang bertukar? Changbin dan Seeun? Bagaimana bisa?
Jawabannya, mungkin takdir bercampur keajaiban yang mempertemukan Changbin dan Seeun, kemudian menukar kenyataan hidup mereka.
Mengapa? Sebab keduanya memang sempat muak dengan kenyataan hidup masing-masing.
Kita mulai dari Changbin. Sebenarnya Changbin merupakan putra tunggal dari pengusaha sukses. Hidupnya benar-benar terjamin dan terpenuhi. Namun, di balik kenyataannya itu, Changbin merasa muak. Muak dengan sikap orang-orang yang mendekatinya hanya untuk memanfaatkan uangnya.
Changbin tidak memiliki teman dekat di sekolah. Orang-orang di kelasnya hanya akan mendatanginya jika ada keperluan yang menyangkut uang.
Seperti salah satunya ini.
"Teman-teman, kakakku bilang ada tempat karoke baru, mau mencobanya sepulang sekolah?" seru salah satu anggota kelas.
"Yah, ini akhir bulan, aku tidak ada uang," timpal seseorang di kelas itu.
Tiba-tiba seseorang berdiri dari bangkunya dengan melipat tangan di depan dada. "Kenapa kau mempermasalahkan itu, kelas ini kan sangat kaya," ujarnya angkuh yang langsung disambut riuh tepuk tangan.
Salah satu dari mereka melirik Changbin yang sedari tadi hanya diam dibangkunya tampak fokus membaca buku. "Changbin, kau ikutkan?"
Changbin yang terusik menoleh dan menemukan semua orang di kelas itu tengah memandang ke arahnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang tersenyum palsu, berharap, sampai menuntut, seakan memberi isyarat dompet kelas, kau harus ikut.
Changbin tidak dapat mengelak. Satu lawan dua puluh tujuh, sangat mustahil untuk melawan. Changbin hanya bisa mengangguk singkat sebelum kemudian lanjut membaca buku, menghiraukan keadaan kelas yang kembali riuh dengan tepuk tangan dan teriakan.
Seo Changbin memang dikenal penyendiri dan tidak banyak bicara saat di kelas, tapi fakta dia memiliki banyak uang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Sejujurnya Changbin tidak nyaman dengan situasi ini. Ia sempat berpikir, andai saja dia siswa biasa dengan kondisi ekonomi biasa, mungkin ia akan lebih merasa tenang.
***
Di samping Changbin, ada seorang perempuan yang juga sedih dengan kenyataan hidupnya----Seeun.
Seeun merupakan seorang siswi biasa yang ingin melewati masa sekolah dengan penuh cerita menyenangkan. Seperti halnya memiliki sahabat dan mungkin saja pacar?
Seeun mengira dengan peringainya yang ceria orang-orang akan menyenanginya dan secara alamiah dapat menjadi sahabat. Seeun sempat mengira semuanya akan berjalan manis saat sekelompok perempuan mendekatinya dan mengajaknya berteman.
Tak lama berselang dari itu, Seeun juga dikejutkan dengan ungkapan perasaan dari seseorang. Younghoon yang merupakan kakak kelas, mengaku terpesona dengan wajah cantik Seeun dan telah memperhatikannya sejak lama. Younghoon mengajak Seeun untuk berpacaran.
Seeun yang juga ingin merasakan pacaran langsung menerima Younghoon, tanpa tahu kehidupannya akan berubah gelap. Kelompok perempuan yang sempat mengajaknya berteman itu tiba-tiba menyerangnya. Itu karena salah satu di antara mereka ternyata menyukai Younghoon.
Sejak itu, hari-hari Seeun berubah kelabu, tiada hari tanpa rundungan dari kelompok perempuan itu. Mereka adalah kelompok perempuan elite yang disegani orang-orang. Karena itu pula, Seeun tersiksa sendiri tanpa ada yang berani menolong.
Seeun memang dianugrahi wajah cantik dari lahir, tapi di samping itu, ia adalah seorang yatim piatu yang kini hanya tinggal berdua bersama neneknya. Keadaan ekonomi Seeun serba pas-pasan. Sang nenek bekerja sebagai pengumpul kardus dan barang-barang bekas.
Karena keadaan ekonominya itu pula, sekelompok perempuan itu memandang rendah Seeun dan mengatainya murahan. Seeun tidak dapat melawan karena khawatir akan menyulitkan neneknya nanti.
Seeun sempat berpikir, jika ia terlahir kaya, Seeun yakin orang-orang tidak akan seberani ini padanya. Seeun sempat sedih dengan kenyataan hidupnya.
***
Di tengah kekacauan hidup. Sebuah keajaiban mendatangi Changbin dan Seeun, kemudian menarik keduanya untuk berpindah tempat.
Sore itu Changbin baru saja keluar dari mini market saat tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan membawanya ke sebuah tenda di persimpangan jalan.
Changbin seakan terhipnotis, dan langsung duduk di sebuah kursi kayu di dalam tenda.
Selain Changbin, tampak seorang perempuan juga duduk di kursi kayu tepat di sampingnya, di depan mereka seorang wanita berpenampilan aneh tengah meraba-raba sebuah bola kristal dengan mata terpejam, dan mulut yang menggumamkan kata-kata aneh tidak dimengerti.
Changbin melirik ke arah perempuan di sampingnya itu yang ternyata juga tengah menatapnya. Tatapan keduanya sempat terkunci untuk beberapa detik.
"Ehm!" suara si wanita menengahi. Keduanya spontan mengalihkan pandangannya pada wanita berpenampilan aneh itu.
"Sepertinya ini pertama kalinya kalian bertatapan langsung, biasanya kalian saling mengabaikan," tutur si wanita yang diikuti tawa lepas membuat keduanya mengerutkan kening.
"Apa maksud Bibi?" tanya si perempuan.
Si wanita tiba-tiba menatap tajam keduanya, bola matanya yang hitam menambah kesan menyeramkan dan misterius.
"Seo Changbin, Yoon Seeun, kalian sering berpapasan di sekolah tapi tidak pernah menyadari keberadaan satu sama lain. Kalian larut dalam masalah masing-masing dan berharap bisa keluar dari kenyataan hidup. Aku dapat melihat keinginan kalian dan berniat menukarnya."
Changbin menatap tajam si wanita. "Kau berniat menipuku, ya?" tanyanya sarkas yang dijawab tawa keras. Suara tawa itu cukup menakutkan karena terdengar dikala suasana di sekitar tampak sepi.
"Seo Changbin, putra dari pengusaha kaya raya tidak menyukai kenyataan hidupnya, karena selalu bertemu dengan orang-orang yang hanya tertarik dengan uang." penjelasan si wanita membuat Changbin terdiam dengan mata menyipit penuh selidik.
Si wanita mengalihkan pandanganya ke arah Seeun yang mulai ketakutan. Wanita itu tersenyum tipis sebelum membuka mulutnya.
"Yoon Seeun, perempuan yang terlahir cantik, tapi sayangnya mengalami kesulitan ekonomi. Aku yakin kamu sempat berharap menjadi orang kaya agar tidak direndahkan orang lain, benar bukan?"
Seeun spontan mebelalakan matanya dan kemudian menunduk sedih.
Si wanita menatap keduanya secara bergantian "Aku memiliki penawaran terbaik untuk kalian. Apa kalian ingin mencoba keluar dari kenyataan hidup masing-masing? Mungkin kenyataan hidup barulah yang kalian butuhkan. Aku yakin kalian tidak akan menyesalinya."
Seeun dan Changbin kembali saling tatap. Kedua pasang mata itu memancarkan cerita sedih masing-masing, membuat hati mereka bergetar dan memunculkan perasaan ingin segera bebas.
Changbin kembali menatap si wanita dan diikuti Seeun.
"Aku ingin merubah hidupku," ujarnya singkat dengan tatapan datar.
Sedangkan Seeun masih merasa takut, meski hatinya ingin melontarkan kalimat yang sama. Bayangan kelompok perendung yang menunggunya besok di sekolah membuatnya mengangguk.
"A-ku, juga," ucapnya takut-takut membuat si wanita tertawa puas.
Si wanita memperbaiki posisi duduknya, ia menatap Changbin dan Seeun dengan mata terbuka lebar seakan sedang mengancam dua bocah SMA tersebut.
"Setelah ini, kalian akan tetap mengingat kenyataan hidup sebelumnya, tapi orang-orang di sekitar kalian akan mendapat memori baru, jadi kalian bisa langsung berakting seolah-olah kalian adalah orang yang sama dengan sebelumnya. Setelah ini akan ada keajaiban yang menyambut kalian, kalian siap?"
Keduanya mengangguk seakan terhipnotis.
Setelahnya, si wanita tampak sibuk dengan bola kristalnya. Seeun dan Changbin memperhatikan kegiatan itu. Tiba-tiba saja dunia keduanya menggelap selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali seperti semula.
Keduanya masih terdiam di kursi kayu itu, dengan kepala pening seakan baru saja dibawa melewati dimensi lain.
Keduanya tersadar dengan suara klakson mobil tak jauh dari tempat mereka.
Tak berselang lama seorang pria berpenampilan rapih menghampiri keduanya.
Changbin mengenali orang itu, tapi ...
"Nona Seeun mari kita pulang."
Changbin langsung menoleh ke arah Seeun yang sepertinya kebingungan. Masih dalam kondisi penuh dengan tanda tanya, sebuah suara hadir menyerukan nama Changbin, tapi sekarang Seeunlah yang mengenali suara itu.
Hampir saja Seeun beranjak dan menghampiri satu-satunya anggota keluarganya tersebut, tapi wanita paruh baya itu malah menghampiri Changbin yang ada di sampingnya.
"Changbin, cucuku. Sedang apa kau di sini? Mari kita pulang." Nenek berjalan ringkih menuju kursi yang diduduki Changbin, di belakangnya terparkir gerobak kayu yang dipenuhi barang bekas.
Changbin beranjak menghampiri sang nenek, dia menggenggam tangan berbalut sarung tangan itu dengan perasaan tak tentu, tapi saat melihat senyum hangat sang nenek dia seakan tertular dan ikut tersenyum, menyambut keajaibannya.
TBC
Akhirnya aku datang membawa chapter 2 The beauty and that boy. :))
Bagi yang masih bingung di chapter sebelumnya, terjawab ya di chapter ini.
Dan yang jawab golden spoon, benar cerita ini terinspirasi dari sana hehehe ...
Terima kasih telah mampir ke cerita ini semoga kalian terhibur.
Cerita ini hanyalah fiktif dan tidak bersangkutan dengan nama-nama yang dipakai hehehe, itu hanyalah sebagai visualisasi agar cerita ini lebih menyenangkan.
Terima kasih dan sampai jumpa di chapter selanjutnya, don't forget to vote and comment if you like this story. <3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top