Bab 29
"Jagain ibu selama ayah pergi ya, Nak. Jangan nakal-nakal. Jangan membuat ibu lelah," ucap Ezra yang sedang berbicara dengan anaknya yang belum lahir. Galya terkekeh, dia membiarkan Ezra mengusap sayang perutnya.
"Perutmu semakin besar, apa kamu baik-baik saja?" tanya Ezra yang kini berganti mengelus pipi Galya.
Galya memejamkan matanya untuk menikmati sentuhan Ezra. "Aku selalu baik kalau ada kamu."
"Maafkan aku. Aku akan segera kembali. Perjalanan ini hanya untuk lima hari. Aku akan membawakanmu pakaian-pakaian bagus dari sana," ucap Ezra yang sudah rapi mengemasi perlengkapan yang akan dia butuhkan.
"Apakah kamu benar-benar harus pergi? Besok akan ada perayaan Musim Cinta di Negara Disappear. Aku berharap bisa ke sana dan menemui Alenda," kata Galya, dia jadi tidak bisa mengajak Ezra maupun ikut perjalanan karena mencemaskan kandungannya.
"Bersabarlah satu tahun ini untuk anak kita. Tetaplah di rumah dan jangan ke mana-mana, ya? Aku akan segera kembali." Setelah mengatakan itu, Ezra mencium kening dan perut Galya. Dia mengusap sayang puncak rambut istrinya dan membagikan tenaganya agar perempuan itu tetap baik-baik saja.
"Cepatlah kembali. Berjanji padaku untuk menjaga dirimu." Galya mendekat dan membenah dasi yang dipakai Ezra.
Perjalanan cinta mereka hingga sekarang tidaklah mudah. Semuanya dipenuhi batuan kerikil yang menghambat langkah demi langkah mereka. Hingga akhirnya kini mereka bisa bersama setelah memperjuangkan hubungan beda kasta sejak lama. Ayah Galya yang dari awal menentang hubungan ini pun kini mulai menerima Ezra. Kalau dikenang kembali, itu adalah momen yang menyakitkan sekaligus mengharukan. Galya banyak belajar tentang berharganya seseorang dalam hidup.
"Aku mencintaimu, Galya," ucap Ezra setelah mengecup bibirnya. Kalimat favorit yang selalu menjadi kebahagiaan Galya setiap mendengarnya.
"Aku juga," jawab Galya.
Usai mengantar kepergian Ezra, Galya berdiri di depan cermin kamarnya. Dia tatap perutnya dengan penuh sayang.
"Anakku dan Ezra," gumamnya. Tak dapat dipungkiri betapa bahagia dirinya sekarang.
Tok ... tok
Galya menoleh kala mendapati sang ayah yang datang berkunjung. Karena sudah pensiun, dia memiliki banyak waktu luang untuk anaknya. Berbeda dengan ibu Galya yang kini terbaring sakit sebab merindukan Gaffar yang belum juga kembali.
"Kau sudah makan, Galya?"
Galya mengangguk. "Sudah, Ayah. Apa Ayah ke sini untuk mengunjungi cucu Ayah?"
Celsion mendekat dan mengusap kepala Galya. "Rasanya sangat menyenangkan melihatmu bahagia, Anakku. Maafkan ayah yang sudah membuatmu terluka selama ini."
"Aku sudah memaafkan Ayah dari lama."
Celsion tersenyum senang mendengarnya. Dia mengusap perut Galya. "Ezra sudah berangkat ke Disappear?"
Deg
Galya langsung mendongak. "Apa maksud Ayah?"
"Kenapa? Apa ayah salah bicara?"
"Tidak, bukan begitu! Ezra bukan ke Negara Disappear, tapi dia berangkat ke wilayah timur," ucap Galya yang merasa perkataan Celsion tidak benar.
"Tidak, Galya. Sepertinya kau salah ingat. Ezra datang menemuiku untuk meminta izin perginya ke Negara Disappear, bukan wilayah timur."
Apa ... yang terjadi?
Galya yang merasa tak tenang pun memutuskan untuk mencari tahunya. Ezra bilang semalam kalau dia tidak pergi ke wilayah timur sendiri. Dia berangkat bersama Marquiss Varrel dan Count Leor. Sebaiknya Galya memeriksa apakah hal itu benar. Bukan karena Galya menaruh curiga pada suaminya, dia hanya cemas jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ezra.
"Ayah, aku harus pergi."
"Ke mana?"
Galya tak menghiraukan panggilan Celsion. Dia memakai jubahnya lalu berjalan cepat ke luar mansion. Saat di dekat gerbang, Galya memberi perintah pengawalnya untuk menyiapkan kereta kuda ke kediaman Marquiss Varrel dan Count Leor.
"SEKARANG!" bentak Galya. Dia hanya berharap tak ada hal buruk yang terjadi.
Sesampai di depan kediaman Marquiss Varrel, Galya disambut ramah oleh Marchioness Venenia. "Ada perlu apa, Nyonya Duchess berkunjung tanpa kabar? Maaf karena kedatangan Nyonya yang tiba-tiba, saya tidak bisa menyambut Anda dengan benar."
Galya jadi merasa tak enak. Dia menolak sambutan Marchioness Venenia yang mempersilakannya masuk. Galya hanya butuh informasi jadi cukup sampai di taman saja.
"Apa saya bisa bertemu dengan Marquiss Varrel?" tanya Galya dengan perasaan super cemas, takut kalau dugaannya benar.
"Maaf, tapi bukannya suami saya ikut dalam perjalanan Marquiss Ezra dan Count Leor?"
Ucapan Marchioness membuat jantung Galya kembali netral. Itu artinya Ezra tidak membohonginya. Galya jadi merasa tidak enak karena sudah mencurigai suaminya. Saat Ezra pulang nanti, Galya harus minta maaf.
"Ah, maaf ... saya lupa. Saya pamit pulang lebih dulu." Galya izin pamit kepada Marchioness Venenia, dia ingin segera pulang.
Di perjalanannya kembali pulang, Galya tak sengaja melihat pria yang sedang berpesta di sebuah restoran. Yang paling menarik perhatian Galya adalah keberadaan Count Leor dan Marquiss Varrel di dalamnya. Mereka tampak bersulang.
"Mar ... quiss?" Galya berusaha menjernihkan pikirannya. Lantas dia berteriak, "Hentikan kereta ini!"
Galya segera mendorong pintu lalu turun. Dia berlari ke arah restoran dan mendekati Count. Di tepuk bahunya beberapa kali.
"Apa?" kata Count Leor yang sedikit mabuk.
"Di mana suamiku?" tanya Galya langsung dengan tatapan tajam.
"Du--Duchess!" Count Leor segera kabur. Dia berlari ke luar restoran sehingga pesta yang ada di dalam pun berhenti. Kini tersisa Marquiss Varrel yang sedang bersembunyi di belakang meja.
"Marquiss! Aku bisa melihatmu. Kau membohongimu istrimu, ha?!" Galya berjalan mendekati meja lalu menjambak rambut Marquiss Varrel sampai berdiri.
"Aaargh! Duchess! Sakiiit!" Marquiss berusaha menahan rambutnya, tapi kekuatannya tak sebesar Galya yang kini juga diliputi emosi. Kemudian Galya menghempas kepala Marquiss Varrel.
"Kutanya sekali lagi. Di mana ... Ezra sekarang?!"
"Di--dia sedang di wilayah timur! Dia sedang berbisnis!"
Galya tersenyum miring. "Dia memintamu mengatakan itu jika aku bertanya?"
"Tidak, Duchess! Memang benar kenyataannya seperti itu!"
"Bagaimana aku bisa percaya mulutmu kalau kau sendiri berbohong pada istrimu!" bentak Galya, dia merasa kasihan ketika mengingat muka polos Marchioness Venenia.
"Aku tidak ... ini bukan rencanaku. Aku mencintai istriku hingga separuh hidupku! suamimu yang salah!" Setelah mengatakan itu, Marquiss Varrel segera menutup mulutnya. Dia hampir keceplosan.
"Hah! Akhirnya kau mengaku juga. Jadi ... katakan sekarang! Di mana ... Ezra?!" Galya mencengkram kerah Marquiss Varrel. Orang-orang yang ada di sana berusaha melerai mereka, tapi gagal karena kedudukan Duchess jauh lebih tinggi dari mereka. Sehingga mereka tak berani melawannya.
"Tenanglah, Duchess. Ingat anak dalam perutmu!"
"Tutup mulut kalian semua atau aku akan mencabut gelar kalian dan membuat hidup kalian sengsara dalam kemiskinan!" bentak Galya yang kini otaknya tak lagi bisa bekerja dengan logis.
Semua orang pun terdiam. Tak lagi ingin ikut campur.
"Baiklah, Duchess ... sekarang Ezra memang tidak berada di wilayah timur, tapi! Tapi dia pergi ke suatu tempat dan akan memberikanmu kejutan!"
"Marquiss, kau mengenalku. Apa aku adalah wanita yang mudah ditipu?"
Marquiss memejamkan mata sebentar. Apa yang dikatakan Galya benar. Dia kenal betul dengan Galya karena mereka pernah satu akademi dan satu angkatan. Di kelas, Galya selalu mendapat ranking dan nilai terbaik. Dia wanita tangguh yang takkan bisa ditipu oleh rangkaian kata-kata. Tapi ... kenapa dia akhirnya tertipu oleh suaminya sendiri?
"Sebagai teman lama ... tidakkah kau mau membantuku, Marquiss? Bukankah kau belum lama mengenal suamiku?" ucap Galya dengan mata berkaca. Marquiss Varrel rasanya tak tega, tapi dia tak punya pilihan lain karena sudah berjanji.
"Aku tidak ... aku tidak tau apa-apa, Duchess." Setelah mengatakan itu, Marquiss Varrel menghempas tangan Galya darinya lalu berjalan ke luar restoran. Galya menunduk lemas. Ke manakah sebenarnya Ezra pergi dan kenapa dia harus berbohong?
"Ezra sialan! Aku tidak mau lagi ikut campur dengan urusannya! Dasar, laki-laki mata keranjang!" bentak Marquiss Varrel kala Galya baru akan ke luar dari restoran. Sepertinya pria itu masih belum pergi.
"Apa ... maksudnya? Siapa perempuan itu?" tanya Galya dengan nada lemah.
Marquiss Varrel tidak tega lagi pada Galya yang sedang mengandung. Kalau istrinya ada di posisi itu, Marquiss Varrel tak akan mungkin sanggup menyakitinya.
"Dia anak seorang Count di Negara Disappear. Sekarang Ezra sedang ke sana untuk berpartisipasi dalam perayaan Musim Cinta. Maafkan aku sudah berbohong padamu," ucap Marquiss Varrel sembari menyerahkan alamat wanita yang kini sedang bersama Ezra. "Hanya ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan untukmu sebagai teman se-akademi."
Ternyata benar.
Ezra bersama wanita lain.
Galya hampir tumbang, mengingat posisinya yang sedang hamil. Sontak Marquiss Varrel segera menahannya. "Kau baik-baik saja, Duchess?!"
Galya berusaha berdiri tegak lagi dengan bantuan Marquiss Varrel. "Aku ... baik. Terima kasih, Marquiss. Aku tak akan melupakan kebaikanmu."
Setelah mengatakan itu, Galya menaiki kereta kudanya dengan bantuan pengawal. "Kita pergi ke Negara Disappear!"
"Kapan, Nyonya?"
"Sekarang!"
***
Dengan menggunakan kecepatan tinggi, akhirnya Galya bisa sampai di Negara Disappear satu setengah hari. Sesuai dengan alamat yang diberikan Marquiss Varrel, dia segera mencari di manakah perempuan yang sedang bersama Ezra itu tinggal. Ada banyak hal yang menghantui pikiran Galya. Bagaimana jika Ezra benar-benar bersama perempuan lain? Bagaimana jika itu hanya teman lama Ezra untuk membantunya memilihkan hadiah Galya? Bagaimana jika mereka hanya urusan bisnis?
Galya tak ingin mencurigai suaminya, tapi bagaimana jika hal yang dia takutkan itu benar-benar terjadi?
DUAAAR!
Bunyi kembang api yang diluncurkan bersama menghentikan kereta mereka. Galya membuka jendelanya. Dia melihat suasana pasar yang begitu ramai.
Sebenarnya apa yang terjadi? Padahal Galya ingin mengunjungi tempat ini bersama Ezra. Kenapa situasinya jadi seperti ini?
"Bagaimana? Enak?"
"Hahaha, aku menyukainya!"
"Baiklah, kita masih punya besok untuk menikmatinya lagi."
"Bisakah kau lebih lama di sini? Aku belum puas bersamamu!"
Galya samar-samar mendengar suara orang yang dia kenali. Karena instingnya sebagai duchess sudah dilatih lebih tinggi, maka Galya pun memutuskan untuk turun di sana usai menutup dirinya dengan jubah.
"E ... Ezra?"
Tubuh Galya lemas kala melihat lengan Ezra dipeluk wanita lain menuju ke salah satu tempat.
Tidak ... ini tidak mungkin. Mereka mungkin saudara, kan?
Tapi, Ezra anak tunggal.
Setelah memantapkan hatinya, Galya berjalan mengikuti mereka. Hal tak terduga adalah ketika kembang api diluncurkan kembali, keduanya berpelukan seperti sepasang cinta sejati. Lantas Galya menutup mulutnya tak percaya. Setetes air mata yang dia tahan akhirnya luruh juga.
Sebenarnya ... apa yang terjadi? Kenapa Ezra begini? Ini bukan Ezra yang Galya kenal.
"Sayang, kau tau siapa wanita itu? Dia terus melihat ke arah kita sejak tadi."
Lantas Ezra menoleh. Jantungnya hampir berhenti saat menjumpai Galya yang menatap ke arahnya di tengah kerumunan. Dia bingung mengapa Galya bisa ada di sini.
Sayang? Aku bahkan tak pernah memanggilnya begitu.
"Sial," gumam Ezra.
"Kenapa, Sayang?" tanya Lalea lagi.
Ezra mengusap kasar wajahnya. Dia berpikir keras tentang apa yang harus dia lakukan sekarang. "Lalea, maaf."
"Apa?"
"Kita tidak seharusnya bersama. Aku salah."
"Ha? Apa maksudmu?"
Ezra melepaskan tangan Lalea darinya. Dia segera berlari mendekati Galya yang tadi berada tak jauh darinya. Sayangnya, Ezra terlambat. Galya tak lagi terlihat dalam pandangannya.
"Ezra, sebenarnya apa maksudmu?!" Lalea masih belum terima dengan keputusan sepihak yang diambil Ezra. Padahal dia hendak mengenalkan pria itu ke keluarganya.
"Hentikan, Lalea! Jangan mengikutiku lagi!" bentak Ezra yang sudah merasa frustasi.
"Apa? Apa kau sekarang membentakku?" Lalea tak percaya, bahwa Ezra yang lembut kini membentaknya.
"Sudahlah, kita harus mengakhiri ini. Aku ... tidak seharusnya bersamamu." Ezra menutup wajahnya. Dia mulai menyesali perbuatannya. Mau bagaimanapun, dia takkan bisa hidup tanpa Galya. Hanya Galya lah cinta sejati untuk Ezra.
"Tapi kenapa?"
"Karena aku sudah menikah!" bentak Ezra yang membuat mulut Lalea akhirnya bungkam.
- The Beast & His Secret -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top