Bab 11

"Kau mengganggu."

Alenda tersenyum paksa sambil meminta pelayan menyediakan teh hangat dan camilan untuk Galya.

"Kubilang, kau mengganggu waktuku."

"Iya-iya ... tapi kau tetap datang kan akhirnya?" ucap Alenda. Semakin dia berusaha akrab, rasanya jadi makin canggung karena Galya terlihat tak ingin akrab sama sekali.

"Bagaimana kabar, Kakak?"

"Aku tidak datang untuk berbasa-basi." Galya mengambil secangkir teh itu dan menyeruputnya.

"Kalau begitu, bagaimana kabar Kak Ezra?"

"Uhuk-uhuk!" Galya langsung tersedak saat Alenda sengaja membahas kelemahannya.

"Kakak baik-baik saja?" Alenda beranjak dan duduk di sebelah Galya. Dia menepuk-nepuk punggung saudari tirinya itu.

"Apa yang kau lakukan? Kau mau membunuhku?!" Galya menutup mulutnya dengan tangan karena air teh yang keluar.

"Mana mungkin? Aku masih ingin hidup!" Alenda memberikan sapu tangannya pada Galya. Walau menerima sapu tangan itu dengan senang hati, Galya tetap menatap sinis Alenda.

"Apa rencanamu, Alenda? Kupikir kau sudah mati membusuk di tangan Yang Mulia buruk rupa. Siapa sangka kau malah menggantikan wewenangnya dan menjadi Ratu tersayang?"

Bukannya kesal, Alenda malah tersenyum bangga. "Yah ... itu sebabnya kita tidak bisa menilai hidup orang lain sembarangan. Siapa tau kan kalau di masa depan dia akan sesukses ini?"

"Padahal aku tidak berniat memujimu, tapi kuakui mukamu makin tebal."

"Terima kasih, Kakak." Alenda semakin membuat Galya kesal dan dia puas.

"Jadi, apa maumu?" tanya Galya langsung.

"Kakak ... apa Kakak mau menjadi Duchess dengan cepat? Lalu bisa bersama dengan Kak Ezra?" tanya Alenda.

Galya mengalihkan pandangannya. "Jangan bahas itu. Aku tau tak ada cara lain."

"Bagaimana kalau aku menawarkan bantuan? Apakah Kakak akan membantuku sebagai gantinya?"

Kini Galya menatap Alenda lagi. Tawarannya memang tampak menggiurkan, tapi tetap saja Galya tak bisa percaya dengan mudah. Memang tau apa gadis 14 tahun ini? Dia menjadi ratu hanya karena dinikahi, bukan kemampuan sendiri.

"Tidak perlu. Aku tidak percaya padamu."

"Jure Uxoris," ucap Alenda dengan senyum lebar.

Bola mata Galya membulat. Bagaimana gadis ini bisa tau? Dia bahkan tidak kepikiran sampai sana. Sebenarnya ada apa saja di balik otak kecil yang licik itu?

"Apakah ini sudah terdengar menarik di telingamu?" tanya Alenda. "Tidak perlu menjadi Duchess pun, dia bisa bersamamu. Dia juga tidak perlu menjadi Duke. Apakah gelar Marquess cukup?"

Galya menautkan kedua alisnya, dia sedikit tersinggung dengan bagaimana Alenda bicara soal pasangannya. "Apa yang kau mau?"

"Kesetiaanmu," kata Alenda.

Galya yang tak mengerti semakin berpikir bahwa adik tirinya itu sudah gila. "Apa kepalamu terbentur sesuatu? Mau kupanggilkan dokter?"

"Hahaha ... bukan seperti itu, Kak." Alenda menghela napas panjang. "Gaffar mencintaiku, sebagai pasangan."

"APA?!" Galya menarik kerah Alenda, hendak menamparnya sekarang juga. "Katakan sekali lagi!"

"Gaffar ... dia mencintaiku."

Tangan Galya melayang, hendak menampar Alenda sekeras mungkin. Cinta terlarang itu akan menjadi aib besar bagi Keluarga Celsion dan Galya tak akan membiarkannya. Tapi, Galya tak tau bahwa Alenda yang ada di depannya bukanlah Alenda asli yang lemah atau benar-benar mencintai Gaffar. Dia adalah Zata Nandari, gadis modern yang menganut asas kebebasan. Sebelum tamparan itu terjadi, Alenda langsung menahan tangan Galya.

"Pelecehan Keluarga Kerajaan Disappear akan mendapat hukuman penggal. Jadi, kau mau membiarkan kesempatanmu untuk menjadi Duchess kepada Gaffar yang bodoh?"

"Apa sebenarnya ... yang sedang kau lakukan, Alenda?!" Galya menghempas tangan Alenda.

"Aku memberimu kesempatan untuk berada di pihak yang tepat, Kak Galya. Sekarang Keluarga Celsion sedang dalam bahaya. Dugaanku, Gaffar yang bodoh bekerja sama dengan bangsawan di negaraku untuk menjatuhkanku dan Keluarga Celsion. Dia mungkin berpikir bahwa kehancuranmu akan terjadi di depan mata. Dia tak tau kalau dia sedang menyiapkan tebing untuk kematiannya sendiri," ujar Alenda, menjelaskan apa maksudnya sejak tadi.

"Apa? Gaffar ingin aku hancur? Itu adalah hal terbodoh yang pernah kudengar. Daripada saudari kandungnya, kau pikir aku percaya bahwa dia lebih memilihmu?"

"Dia ingin menjadi Duke dan menjadikanku Duchess. Sudah dari lama dia cemburu kepadamu dan ingin kau hancur. Apa kau sama sekali tidak curiga? Aku tau kau tidak bodoh, Kak," ucap Alenda. Hal itu berhasil menutup mulut Galya, sebab kalau diingat-ingat lagi dia memang sering mendapat kegagalan setelah bekerja sama dengan Gaffar. Apa itu benar-benar penyebabnya?

Tapi itu sulit dipercaya. Gaffar adalah adik kembarnya.

"Anggita, bawakan aku surat-suratnya," ucap Alenda.

"Baik, Yang Mulia." Anggita berjalan menuju meja tempat dia menyimpan surat-surat yang dikim Gaffar untuk Alenda. Setelah itu Anggita menyodorkan nampannya ke dekat Alenda.

"Ini buktinya. Baca saja isinya," kata Alenda.

Lantas Galya mengambil salah satu amplop. Di luarnya saja terlihat bahwa itu stempel asli kediaman Celsion. Kala Galya membukanya, isi surat itu adalah kabar Gaffar dan bagaimana dia menjalankan rencana kejamnya. Yang terpenting dan paling menjijikkan adalah untaian kata-kata manis untuk merayu hati Alenda.

"Ini ...."

"Alenda yang lama mungkin akan jatuh hati, Kak. Tapi tidak dengan sekarang." Galya menatap lurus Alenda. Apa yang dikatakan gadis itu ternyata benar. "Aku tidak lagi bodoh dan ingin menghancurkan nama baik keluarga. Walau aku putri haram, aku tak ingin semakin dicap buruk. Sekarang aku adalah Ratu. Memiliki posisi Duchess juga tidak akan menguntungkanku."

"Jadi sekarang kau serakah, ya."

"Begitulah."

Galya berpikir sebentar. Dia tak ingin terlalu mudah mempercayai Alenda walau perkataannya benar.

"Beri aku waktu untuk menyelidikinya. Kalau apa yang kau katakan benar, maka aku akan mendengarkan rencanamu selanjutnya," ucap Galya.

Alenda menghela napas berat. "Kita tidak punya banyak waktu. Tersisa lima hari sebelum rapat dewan selanjutnya tiba. Aku harap Kakak tidak terlalu lama mengambil keputusan."

"Begitu, ya ...." Setelah itu Galya meletakkan ibu jari dan jari telunjuknya di mulut. Dia tiba-tiba bersiul hingga burung elang yang biasanya takkan mudah menjadi hewan peliharaan itu bertengger di jendela ruangan. "Dia Stella, burung penurut. Dia yang akan menjadi perantara kabar kita. Akan terlalu lama untuk aku bolak-balik ke mari. Maka kita bisa saling mengirim pesan lewatnya. Bagaimana?"

Alenda mengangguk dengan tegas. "Aku setuju."

Kemudian Galya menggenggam pergelangan tangan Alenda.

"A--apa yang kau lakukan?" tanya Alenda yang bingung.

"Sebentar."

Setelah selesai, Galya melepas genggamannya. Muncul sebuah tanda petir berwarna merah di nadinya. Alenda langsung menatap Galya untuk bertanya.

"Itu adalah tanda kepemilikan Stella. Aku juga memilikinya. Anggap saja sebagai hadiah pernikahanmu. Stella cukup merepotkan jika bukan pemiliknya yang memberikan perintah," kata Galya.

Alenda tertegun. Dia kira Galya akan sangat membencinya. Tapi ternyata ambisi gadis itu terlalu kuat daripada egonya.

"Kalau begitu, aku juga akan memberikan hadiah," kata Alenda.

"Tidak perlu. Aku sudah kaya." Galya ingin menolaknya.

"Ini untuk berjaga-jaga, aku yang akan membantumu menikah dengan Kak Ezra setelah kau menjadi Duchess. Dengan syarat, dia tetap bergelar di bawahmu. Walaupun kau mencintainya, aku tau betul ambisimu yang takkan bisa membiarkan kewenanganmu lebur dengannya, kan?"

Galya melihat tatapan penuh harapan dari bola mata Alenda. Dia merasakan perlindungan dari sana. Apa benar kali ini dia bisa mempercayai adik tirinya?

"Kau tau kan kalau aku membencimu?" ucap Galya.

Alenda mengangguk, senyumnya setia terpampang.

"Kenapa kau mau melakukannya?"

Setelah itu Alenda mengambil tangan Galya dan melayangkannya di depan wajah mereka. "Karena aku ingin menggunakanmu. Kecerdasan dan kekuatanmu akan membantuku untuk bertahan di sini, Kak Galya."





- The Beast & His Secret -

'Jure uxoris adalah istilah dalam bahasa Latin yang bermakna "atas nama istrinya." Istilah ini mengacu pada seorang pria yang mendapat gelar kebangsawanan karena menikahi seorang wanita yang menyandang gelar kebangsawanan atas namanya sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top