zweitens
" Celebration!!!...."
Teriak gadis gadis yang berdandan bak model. Gadis gadis cantik tinggi semampai dengan riasan yang begitu memukau. Pakaiannya gemerlap dengan stiletto senada. Gemulai meliukkan tubuhnya, menghentak lantai dansa diantara dentuman musik seirama. Tawa mereka riuh menyambut kebahagian malam yang beranjak larut.
Eduard berada di sana. Diantara tubuh tubuh yang bergerak saling bersentuhan. Terapit gadis gadis cantik nan menggairahkan. Peluh membasahi tubuhnya yang terbalut dandanan casual yang apik. Rambut gondrongnya dibiarkan tergerai tidak beraturan yang menambah kesan Cool dan sexy.
" Eduard, you look so sexy. Would you be mine, to night?"
Sebuah suara menggoda membuat Eduard tertawa. Tangannya segera merangkul tubuh sintal yang meliuk di sebelahnya itu, lalu berbisik di telinga si gadis.
" Aku tidak mau jadi mayat esok hari karena dibunuh kekasihmu yang possesive itu."
Gadis itu tergelak sambil menatap arah telunjuk Eduard. Dengan segera gadis itu berjalan sambil terus menggoyangkan tubuhnya ke arah seorang lelaki yang berjalan ke arahnya.
" Hi Ed, congratulation. You're my best." Teriak lelaki yang kini memeluk gadisnya itu.
" Thank you, Frist." Eduard balas berteriak.
" Selamat untuk kemenangan Eduard di laga Balap bergengsi kali ini. Kau selalu menjadi andalan dan selalu menjadi kebanggaan kami."
Suara nyaring sang pemandu acara mendapatkan tepukan yang meriah. Sorak sorai terdengar begitu ramai. Suasana malam yang semakin larut tidak terasa. Eduard mendapatkan ciuman di pipinya dari para gadis pemujanya. Lelaki itu tertawa seperti biasa menanggapinya.
Sepasang mata hijau gemerlap menatapinya tanpa kedip. Seolah terbius, Eduard memalingkan tatapnya, menyambut tatapan gadis itu yang terlihat langsung mengalihkan tatapannya lalu beranjak dari keriuhan itu.
Eduard berusaha keluar dari keramaian, matanya mencari sosok si pemilik mata emerald itu. Sekelebat dia melihat sosok itu menuju ke Rest Room. Eduard mengikutinya dengan perlahan. Langkahnya terhenti begitu dia mendapati gadis itu terduduk dengan wajah menelungkup di meja. Kedua tangannya dilipat di atas meja dan menumpu wajahnya. Pundaknya tampak bergetar. Gadis itu menangis.
Eduard mendekatinya perlahan. Jadi penasaran dengan gadis yang tadi menatapnya sambil berpikir, siapa gadis ini dan apa kesalahannya. Kenapa gadis ini menatapnya lalu berlalu dan kini didapati menangis sedih.
" Hi," Ucap Eduard ragu, ketika dia sampai dihadapan gadis itu dan ternyata gadis itu menengadahkan wajahnya. Air mata tampak mengaliri pipinya.
Gadis itu menatapnya, dengan kasar tangan mungilnya menghapus air mata di wajahnya. Eduard duduk dihadapannya dengan perlahan. Menatap wajah cantik di depannya. Eduard sampai terpana menatap kecantikan wajah dengan sepasang mata emerald nan jernih itu, hidung mancungnya yang bergitu pas berada di antara pipi bersemu merah jambu dan bibir mungilnya yang begitu sensual. Eduard begeming menatap ciptaan Tuhan yang begitu cantik di hadapannya. Debaran jantungnya menyambut rasa kagum yang secepat itu tercipta.
" Apa aku mengenalmu?" Tanya Eduard pelan tanpa mengalihkan tatapannya.
Gadis itu menggeleng lalu segera menundukkan wajahnya yang terasa menghangat. Eduard menahannya. Dengan lembut memegang dagunya yang membuat gadis itu tetap menatapnya. Dia seolah tidak mau kehilangan keindahan yang terpampang begitu cantik di penglihatan matanya.
" Aku, aku mengikuti tunanganku yang katanya ikut dalam acara kemeriahanmu ini."
Ucapan gadis itu membuat Eduard mengerutkan dahinya. Dia menatap kesungguhan di mata gadis itu.
" Tunangan?" Tanya Eduard tercekat.
" Ya, Gary team makanikmu. Dia tunanganku. Aku menemukannya di sana, bersama seorang wanita cantik berambut pirang. Di kamar hotel yang kau sediakan. Aku penasaran dengan pembalap kebanggaannya itu, lalu aku mencarimu dan ternyata.."
Gadis itu terdiam. Ada air mata kembali menitik di sudut matanya. Dia membiarkannya, sehingga menitik menuruni pipinya. Eduard yang segera menghapusnya lembut.
" Ternyata kau tidak jauh beda dengan tunanganku itu. Bahkan kau lebih mudah memilih siapa pun yang mau kau tiduri. Wanita wanita itu begitu memujamu." Ucapnya pelan dan tenang.
Hati Eduard terasa sakit mendengar penuturan gadis di hadapannya. Entahlah kenapa. Gadis ini terlihat begitu tenang, walau kekecewaan terpampang jelas di mata indahnya. Eduard menggeleng. Dia dapat menyimpulkan. Gadis dihadapannya, gadis baik baik. Dilihat dari segi dandanannya serta penampilannya pun sudah bisa terlihat. Eduard menghela napas.
" Tunanganmu itu salah, aku tidak pernah tidur dengan gadis manapun. Bahkan aku tidak pernah mencium mereka. Mereka yang menciumku. Mungkin kau tidak percaya. Tapi kau boleh tanyakan pada siapa pun."
Ucapan Eduard sedikit resah. Dia juga tidak tahu, kenapa takut sekali gadis di depannya tidak mempercayainya. Gadis itu menatapnya tidak percaya.
Perlahan Eduard menarik gadis di depannya untuk berdiri lalu menggengam tangannya. Kemudian menggerakkan kepalanya perlahan, mengisyaratkan untuk mengikuti langkahnya.
" Aku akan mengantarmu pulang, ini sudah sangat larut. Tidak baik gadis sepertimu masih di luar di jam seperti ini." Ucap Eduard pelan. Gadis itu berusaha menjejeri langkah lebar Eduard.
" Tapi, tapi pestamu." Ucapnya terbata.
Eduard menghentikan langkahnya secara tiba tiba, membuat tubuh gadis itu menubruk tubuhnya. Eduard membingkai wajah cantik yang sedari tadi sebenarnya begitu menggodanya. Hasrat yang selama ini tidur seolah terbangun. Eduard belum pernah merasakan hal seperti ini. Lalu dengan tanpa merasa ragu Eduard melumat bibir di depannya. Membuat gadis itu terpekik diantara lumatan Eduard.
" Aku tidak pernah mencium gadis mana pun seperti barusan aku menciummu." Ucap Eduard dihadapan wajah gadis itu begitu melepas lumatannya.
Gadis itu terpana menatapnya. Rona merah sempurna membaur di wajah cantiknya. Eduard terpesona.
" You'll be mine, baby."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top