viertens

Edwyn kembali menatapi pintu masuk Rumah makan mewah di dekat kantornya. Berharap bertemu kembali dengan gadis pujaannya. Beberapa kali mengirimi pesan dan menghubunginya tapi tidak pernah dibalas atau pun tersambung.

Edwyn bukan Eduard yang selalu bertindak cepat. Lihat saja. Baru seminggu kenal, entah sudah berapa kali kembaran sialannya itu mencium bibir gadis yang dia sukai. Eduard juga kerap kali mengunjungi gadis itu di Flat nya.

Edwyn menggedikkan bahunya ketika mengingat percakapannya dengan kembarannya itu di teras rumah, kemarin sore.

" Jika dalam waktu tiga bulan dia belum memutuskan tunangan bajingannya itu, aku akan segera menghamilinya, biar segera bisa kunikahi."

Ucapan ringannya membuat Edwyn terhenyak dan tangan Mommy Kathy, yang kebetulan melintas dengan ringan memukul lengan kekar Eduard. Kembaran sialannya itu tergelak tanpa dosa.

Edwyn mengulas senyum kecut. Sudah hampir satu jam dia duduk disini, seperti orang bodoh tanpa pekerjaan. Padahal di meja kerjanya setumpuk berkas yang membutuhkan tanda tangannya sedang menunggu.

Lalu ketika ponselnya bergetar, segera saja dia mengangkatnya. Suara sopan Leonard menyapanya di seberang sana.

" Jam berapa Interview akhir dengan calon sekretaris pribadi baruku?" Tanya Edwyn pada Leonard.

" Lima belas menit lagi, Sir." Jawab Leonard di seberang sana.

" Okay, berapa kandidat yang tersisa. Eh, maksudku buat jadi lima kandidat saja. Pilih yang mahir minimal dua bahasa asing. I'm on my way."

Edwyn menutup pembicaraan tanpa menunggu jawaban. Lalu bergegas menyesap coklat panasnya dan bangkit dari duduknya. Berjalan pelan menuju kantornya. Ada rasa kecewa menguris hatinya. Hari ini dia tidak bertemu lagi dengan gadis pemilik tawa lepas itu.

Edwyn memasuki kawasan kantor megahnya. Sapaan karyawannya dijawab dengan anggukan kepala dan senyum samarnya.

" Kelima kandidat sudah menunggu di ruang meeting. Post test sudah selesai dipimpin Mrs. Allyssa. Saya akan panggilkan satu persatu ke ruangan anda, Sir."

Leonard menyambutnya begitu Edwyn melangkahkan kakinya keluar dari lift dan menuju ruangannya. Dia hanya mengangguk sambil menerima berkas yang disodorkan Leonard.

Edwyn memasuki ruangannya yang luas dan rapi. Wangi aroma maskulin menguar memenuhi penciuman. Wewangian ambrette seed, iris, vetver dan cedar yang menyatu begitu menyengat. Lelaki itu mendudukan dirinya di kursi besar di balik meja kerjanya.

Belum ada lima menit duduk. Pintu ruangannya terdengar diketuk. Edwyn meneguk minumannya lalu menyamankan duduknya dan bersuara sedikit berteriak.

" Masuk."

Edwyn tercengang menatap siapa yang berdiri di ambang pintu. Matanya sejenak menatapi, menelitinya. Sosok yang beberapa hari ini dirindukannya, hadir nyata beberapa langkah dihadapannya. Lelaki itu segera mengangkat tubuhnya. Berjalan cepat untuk menghampiri gadis yang menatapnya dengan bibir mengukir senyum cantik. Menarik tangannya lalu mengajaknya duduk di sofa. Edwyn melupakan akan tugas yang harus dikerjakannya. Menginterview gadis yang akan menjadi Sekretaris pribadinya itu.

" Hei. Eh, hei. Apa kabar?"

Edwyn gugup, kebiasaan buruk bila dia merasa senang atau kaget. Gadis cantik itu tersenyum, senyum yang membuat Edwyn tambah melupakan akan tugasnya.

" Saya baik. Sangat baik. Maaf kemarin kemarin saya tidak membalas pesan atau panggilan anda. Saya.."

" Edwyn, kau ingat namaku kan. Kita sudah berkelanan. Dan tolong tidak formal seperti itu." Ucap Edwyn memotong ucapan gadis bermata amber itu. Gadis itu tampak salah tingkah.

" Aku, ehm, aku datang ke sini untuk menjadi pegawai anda. Untuk itulah aku tidak membalas pesan dan panggilanmu. Aku takut anda eh, kau berpikir yang tidak tidak." Ucap gadis itu, terlihat sangat gugup.

Edwyn mengangkat tangannya, menjeda ucapan yang akan kembali diutarakan gadis itu. Dia segera menghubungi Leonard.

" Leonard, tolong aku minta berkas, ehm, maksudku kau cek saja. Rosalyn Melanie. Aku tunggu. Terima kasih." Ucap Edwyn sambil menatap gadis yang kini tertunduk di depannya.

Edwyn senang sekali menatap gadis yang duduk gelisah dihadapannya itu. Lalu ketika pesan dari Leonard masuk. Senyum lebar menghiasi bibir lelaki itu.

" Yes." Dia berdesis, menarik perhatian gadis dihadapannya. Edwyn menatapnya.

" Welcome to The Baldomero Company. Mulailah bekerja hari ini juga."

Ucapan Edwyn dibuat setenang mungkin, padahal dia susah payah meredam debaran jantungnya. Membayangkan akan sepanjang hari berdekatan dengan gadis yang telah mencuri hatinya.

Gadis itu sedikit terlonjak mendengar ucapan Edwyn. Mata ambernya berbinar ceria. Senyum lebarnya mempercantik wajahnya. Edwyn hampir saja hilang kendali, ingin meluapkan rasa seperti apa yang dilakukan kembarannya. Tapi Edwyn mampu menahannya. Dia meredam hasrat itu.

" Silahkan temui Allyssa dan tolong minta Leonard menemuiku. Terima kasih." Ucap Edwyn datar.

Gadis itu mengangguk dengan senyum lebar masih menghias bibirnya. Langkahnya begitu gesit keluar dari ruangan.

Sepeninggal gadis itu. Edwyn mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya tinggi tinggi. Senyum lebarnya terlihat yang membuat Leonard tercengang begitu memasuki ruangan Bossnya itu.

" Are you okay, Boss?" Tanya Leonard dengan mengulum senyum.

Wajah Edwyn seketika memerah. Dia terlihat sedikit salah tingkah. Segera saja dia berusaha menormalkan diri lalu mendudukkan diri di kursinya.

" Leonard, aku ambil Rosalyn. Untuk yang lain, tempatkan diposisi yang sedang dibutuhkan." Ucap Edwyn sambil mengetukkan jari jemarinya ke atas meja.

" Okay, siap Boss. Akhirnya ketemu juga ya." Ucap Leonard sambil berlalu keluar ruangan.

Merasa digoda, Edwyn mengumpat keras sahabatnya itu.

" Leonard Edgar, how dare you." 


 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top