twaalfde
Eduard tergelak, mendengar cerita kembarannya sambil menatap Edwyn yang berdecak kesal karena ulahnya.
" Jadi, kau telah menyatakannya?" Tanya Eduard disela gelak tawanya. Edwyn mengangguk, mengiyakan.
" Apa dia menerimamu?" Tanya Eduard lagi, kali ini lelaki itu menahan tawanya.
" Tentu saja. Buktinya dia membalas ciumanku." Jawab Edwyn sambil tersenyum bangga.
" Ya, ya. Aku percaya." Ucap Eduard sambil mengangguk angguk.
" Lalu kenapa tadi kau tertawa, huh?" Ketus Edwyn. Eduard menolehkan tatapnya ke arah saudaranya itu.
" Aku, ehm. Aku merasa sedikit lucu saja. Kau tidak pernah seperti itu, selama ini." Ucap Eduard ringan. Edwyn berdecak.
" Kau pikir, cuma kau yang bisa menaklukan hati wanita." Ketus Edwyn lagi. Eduard tersenyum lebar.
" Tidak. Tidak, Man. Aku percaya kau pun pasti bisa. Hanya saja selama ini kau lebih sering menahan diri." Ucap Eduard sambil menepuk nepuk pelan pundak Edwyn.
" Selama ini belum ada yang bisa mengusik hatiku." Ucap Edwyn santai. Eduard tertawa lagi sambil membawa langkahnya keluar dari kamar Edwyn.
Langkah Eduard terhenti begitu dia menatap sesosok cantik yang berdiri di sebelah Mommy Kathy. Mata lelaki itu berbinar karenanya.
" Baby, kapan kau datang. Kau pasti merindukanku?"
Eduard merengkuh cepat tubuh Larissa yang jadi menegang seketika. Mommy Kathy yang berdiri di sebelahnya membulatkan mata cantiknya, terlibih dengan sangat santainya Eduard mencium bibir mungil Larissa.
" Eduard, oh my gosh. Stop it." Teriaknya Mommy Kathy dengan tangan berpegang pada pinggangnya.
" Mommy, jangan berkacak pinggang begitu." Suara Daddy Siegi yang baru saja masuk ruangan, mengingatkan Mommy Kathy yang menatapnya garang.
" Lihat anakmu, Daddy. Seenaknya saja memeluk dan mencium bibir gadis cantik ini." Ucap Mommy Kathy dengan suara meninggi. Daddy Siegi cepat merengkuh pinggang Mommy Kathy dan membawanya melangkah, menjauhi Eduard dan Larissa yang pipinya merona karena malu.
" Kau juga mau dipeluk dan dicium, sayangku." Bisik Daddy Siegi yang dihadiahi pukulan gemas Mommy Kathy di lengannya.
Sepeninggal Mommy Kathy dan Daddy Siegi. Eduard menarik Larissa ke kamarnya. Lalu mendudukkan gadis itu di sofa panjang yang ada di kamarnya. Senyum bajingannya muncul ketika menatap gadis cantik di depannya.
" Kenapa kau suka sekali mencium bibirku?" Protes Larissa sambil menentang tatapan Eduard.
" Bibirmu itu manis dan begitu menggodaku." Ucap Eduard santai. Lelaki itu menempatkan dirinya di sebelah Larissa yang jadi sedikit menggeser duduknya.
" Kau bilang belum pernah mencium bibir wanita manapun." Ketus Larissa.
" Memang." Ucap Eduard cepat dan singkat.
" Tapi kau begitu lihai." Ketus Larissa lagi.
" Naluriah dan alamiah." Ucap Eduard dengan tawa pelan. Larissa berdecak.
" Apa Gary pernah menciummu?"
" Tentu tidak, aku tidak pernah membiarkannya melakukan itu." Potong Larissa cepat dengan nada galak. Eduard langsung tersenyum mendengarnya.
" Kau lelaki yang seenaknya mencium bibirku. Tidak hanya sekali saja tapi berkali kali." Larissa terlihat kesal. Eduard tertawa pelan.
" Dan kau menikmati ciumanku itu." Balas Eduard sambil perlahan mulai menolehkan wajah gadis cantik itu ke arahnya. Mengusap pelan bibir pelan menawannya. Lalu meraup bibir itu dengan cepat. Larissa membulatkan mata cantiknya.
" Dan kau tidak pernah permisi untuk melakukannya." Ketus Larissa begitu Eduard melepas ciumannya. Lelaki itu tertawa ringan menanggapi ucapan gadis cantik itu.
" Apa Gary masih mengganggumu?"
Larissa menatap lekat Eduard sambil menggeleng tegas.
" Hanya semalam dia datang dan menemui Ibuku." Ucap Larissa pelan.
" Dia meminta maaf atas kejadian malam itu. Dia bilang dia mabuk jadi lupa diri." Lanjut Larissa sambil menatap Eduard.
" Lalu bagaimana tanggapan Ibumu itu?" Tanya Eduard sambil menatap Larissa yang menunduk.
" Ibu meminta aku memaafkan Gary dan kembali padanya." Ucap Larissa dengan nada sedih.
" Lalu kau mau?" Tanya Eduard sambil menengadahkan wajah Larissa dengan membingkai wajahnya. Gadis itu menggeleng.
" Kenapa kau tidak mau kembali padanya?" Tanya Eduard sambil menatap lekat gadis yang pipinya telah merona itu. Ragu Larissa akan berucap.
" Why, baby?" Tanya Eduard lagi, kali ini tangannya sambil mengusap bibir yang sedikit terbuka itu.
Eduard memejamkan matanya, menunggu jawaban gadis yang kini tersipu, lalu suara lembut yang terdengar, membuat Eduard serasa melayang.
" Because I love you, Eduard Baldomero."
Cepat Eduard meraup bibir itu dan melumatnya. Melabuhkan perasaan bahagia dan cinta disetiap lumatanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top