siebte
Eduard sampai di Garage ketika matahari sudah tinggi. Dia berbelok ke arah Cafetaria karena merasa perutnya harus segera diisi. Dia tidak mau Mommy cantiknya mengomel jika sakit lambungnya kambuh karena telat mengisi perutnya.
Suasana Cafetaria lumayan ramai, karena memang waktu makan siang. Eduard mengambil tempat sedikit ke arah belakang, suasananya lebih nyaman karena ada taman yang sangat asri di bagian belakang Cafetaria itu.
Lalu ketika seorang pramusaji menghampiri dengan senyum tersungging manis. Eduard hanya menatapnya datar. Dia cepat memesan makanan yang sangat disukainya untuk menu makan siangnya.
" Saya sangat lapar, jadi tolong cepat." Ucapnya tanpa basa basi.
Pramusaji yang sedang mengagumi ketampanannya itu gelagapan lalu segera beranjak pergi, Eduard mendengus sebal.
Lima belas menit kemudian makanan datang. Eduard segera menyantapnya dengan tenang. Menikmati setiap gigitan green curry plus jasmine rice dalam mulutnya. Sesekali meneguk iced lemon tea yang tersaji bersisian dengan air mineral.
" It's over, okay. "
Suara itu, mengalihkan keasikan Eduard mengunyah makanan kesukaannya itu. Dia langsung menolehkan wajahnya dan mencari cari sumber suara itu. Beberapa hari ini dia sengaja menghindari gadis itu. Memberi ruang pada gadis itu untuk berpikir. Mata Eduard berbinar begitu matanya menangkap sosok mungil yang telah mencuri hatinya, memunculkan rasa cintanya.
Gadis itu berdiri di sana dengan tangan yang ditarik seorang lelaki yang menatapnya marah. Terlihat sorot ketakutan dari mata gadis itu.
" Gary, damn you." Gumam Eduard sambil bangkit dari duduknya.
Langkah lebarnya menuju ke arah gadis itu. Sorot mata biru gelapnya telah menampakkan amarahnya. Eduard segera melingkarkan tangannya dipinggang gadis yang terkesiap karena ulahnya. Menariknya merapat ke arahnya, sehingga pegangan tangan Gary terlepas perlahan. Lelaki itu menatap tajam Eduard yang tersenyum sinis.
" Larissa sayang, ada apa?" Tanya Eduard lembut. Smirk bajingannya tersungging.
Gary terpegun menatap Eduard. Serasa tidak percaya dengan apa yang didengarkan. Dia beralih menatap gadis yang kini melengak menatap Eduard, meminta jawaban. Gadis itu malahan memeluk tubuh besar Eduard dan seakan menenggelamkan tubuhnya dalam rengkuhan lelaki itu. Gary mendengus. Dengan langkah terpaksa Gary berlalu, meninggalkan tempat itu.
Eduard mengajak gadis dalam pelukannya keluar dari Cafetaria. Sambil terus memeluk pinggangnya membawanya menuju Garage. Mereka berpapasan dengan Keanu, adik Mommy Kathy dari Mom Grace.
" Uncle, tolong minta data Gary." Ucap Eduard sambil mengulas senyum samar.
Keanu menatap keponakannya yang tangannya memeluk erat pinggang ramping gadis cantik yang tertunduk dengan pipi merona merah jambu.
" Gary Garcia?" Tanya Keanu kemudian.
" Yes, Uncle. Thank you." Jawab Eduard sambil terus berjalan menuju ruangannya.
Eduard mendudukkan tubuh mungil Larissa di sofa panjang yang terdapat di dalam ruangannya. Lalu tangannya diletakkan di kedua sisi tubuh mungil itu. Larissa tampak menahan napas dengan perlakuan Eduard. Eduard merundukkan tubuhnya, sehingga wajahnya tepat berada dihadapan wajah cantik Larissa yang kini memejamkan matanya rapat. Eduard tersenyum menatapnya. Lalu dengan ringan mendaratkan ciuman di bibir menggemaskan gadis itu. Gadis itu terkesiap. Matanya membuka lebar.
" Breath, Baby." Bisik Eduard dihadapan Larissa. Rona merah makin membias di wajah cantik itu. Eduard tersenyum simpul.
" Kau sudah selesai dengan si brengsek itu?" Tanya Eduard sambil mendudukkan dirinya di sebelah Larissa. Gadis itu mengangguk tanpa menatap Eduard.
" Kau sedih?" Tanya Eduard lagi, kali ini tangannya membingkai wajah yang tertunduk itu. Gadis itu cepat menggeleng.
" Aku lebih sedih ketika harus menerima pertunangan konyol itu. Semua karena Ibuku yang ingin putra sahabatnya itu menikah denganku." Ucap Larissa lirih.
" Tapi kini aku lega, semua sudah berakhir, selesai. Terima kasih atas bantuannya walaupun..ehm, aku harus kehilangan ciuman pertamaku. Kau yang telah mencurinya. Bahkan kau menciumku lagi dan lagi. Aku, aku.."
" Bantuanku tidak gratis, beautiful." Potong Eduard dengan senyum licik.
" Eh," Larissa menatapnya bingung. Eduard mencium bibir gadis itu lagi.
" Kau harus siap untuk terus kucium lagi dan lagi, setiap waktu. Setiap aku menginginkannya. Karena setelah kau selesai dengan si brengsek itu, kau harus menyiapkan hati untuk menerimaku. Menjadi kekasihku. Menjadi milikku." Ucap Eduard tenang. Larissa tercengut. Eduard membingkai wajahnya. Lalu berucap pelan dihadapan gadis itu.
" And than, I don't accept rejection. I love you, baby and I know you love me too."
Lalu bibir Eduard menyatu dengan bibir tipis menggoda gadis cantik dihadapannya yang tidak menolak sedikit pun ciumannya.
" Teasing sweet lips." Desis Eduard.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top