drittens
Eduard menatap punggung gadis yang tidak sedikit pun menoleh ke arahnya. Langkahnya tampak tergesa. Eduard tersenyum menatapnya.
" Aku akan mendapatkanmu." Gumamnya pasti.
Begitu tadi sampai di depan sebuah flat sederhana bercat merah. Eduard segera turun dan membukakan pintu gadis itu. Gadis itu akan segera melangkah jika saja Eduard tidak menahannya.
" Your name, please." Ucap Eduard sambil menatap mata emerald jernih itu yang berusaha menghindari tatapannya.
" Rissa. Larissa Austine." Ucap gadis itu singkat.
" Nama yang cantik." Gumam Eduard.
Tangannya masih menahan tubuh gadis di depannya yang tampak mulai tidak nyaman. Eduard tersenyum.
" Jangan menangis lagi. Lupakan tunangan brengsekmu itu dan jadilah milikku." Ucap Eduard tenang.
Gadis itu tampak tidak percaya. Matanya terlihat gamang. Eduard dengan ringan meraup bibir yang sedikit terbuka itu.
" Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau boleh saja tidak mempercayaiku tapi aku berkata jujur." Ucapnya begitu selesai dengan ciumannya.
" Aku, aku bukan gadis seperti yang selalu berada di sekitarmu." Ucap gadis itu pelan.
" Ya, kau bukan mereka. Untuk itulah kau begitu terlihat berbeda. Dan aku jatuh cinta pada gadis berbeda ini, bukan pada mereka." Ucap Eduard dengan tenang.
" Kau.."
" Aku akan menunggumu. Menunggu kau memutuskan tunanganmu yang bajingan itu dan menjadi milikku. Tapi jangan terlalu lama, aku bukan orang yang sabaran."
Eduard mengulas senyum yang membuat gadis itu berdecak. Gadis itu berbalik lalu melangkah tapi kemudian berbalik dan kembali menghampiri Eduard. Dengan berani gadis itu mencium lembut pipi Eduard.
" Aku hanya memastikan ini bukan mimpi. Seorang Eduard Baldomero memintaku menjadi gadisnya, berkhayal pun aku tidak berani." Ucapnya sambil berlalu dan tidak menoleh lagi.
Eduard kembali tersenyum sambil menggeleng. Hatinya membuncah bahagia. Dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi separuh hidupnya.
" Wyn, kau di mana my man. Aku bertemu gadis cantik dan aku kini merasakan seperti apa yang kau bilang kemarin ketika bertemu Rosalyn. Aku akan segera pulang dan bercerita siapa gadis itu. Tunggu aku."
Tanpa menunggu jawaban, Eduard memutuskan sambungan kemudian melajukan mobilnya dengan cepat. Wajahnya berseri penuh senyum. Dia mengingat pembicaraan sore kemarin bersama Edwyn di kantornya.
" Aku suka sekali mendengar tawanya. Begitu lepas. Dia sangat ceria. Seolah tidak ada beban di hidupnya. Aku langsung jatuh cinta saat itu juga." Ucap Edwyn dengan senyum, menceritakan pertemuan pertamanya dengan seorang gadis bernama Rosalyn.
Eduard sedikit tidak percaya saat itu. Kembarannya yang selalu acuh dengan yang namanya wanita itu terpesona dan jatuh cinta hanya dengan mendengar tawa gadis itu.
" Aku serius Ed, suara tawanya membuatku menolehkan wajah dan membuyarkan semua materi presentasiku. Aku sampai meminta ijin untuk ke Rest Room sebentar." Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya, senyumnya belum juga lenyap. Binar mata biru gelapnya menyampaikan kebahagiaan.
" Lalu aku seperti orang bodoh, menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Dua orang temannya yang duduk di sana sampai terbengong menatapiku. Tapi aku tidak peduli. Suaranya terdengar menggelitik pendengaranku, begitu merdu. Rosalyn Melanie. Nama yang indah bukan?"
Eduard menjawab tanya dari kembarannya itu dengan tawa lepas. Terasa lucu melihat kembarannya yang terlihat selalu serius itu, bersikap bodoh dihadapan seorang gadis.
" Tampangmu pasti lucu saat itu. Sayang aku tidak ada di sana, sehingga tidak ada yang bisa mengabadikan moment itu. Siapa yang menyangka seorang pewaris Baldomero Company, mengajak berkenalan seorang gadis dengan alasan konyol. Terpesona karena tawanya."
Edwyn tersenyum masam menanggapi ucapan kembarannya. Dia dengan ringan melemparkan gumpalan kertas yang ada di tangannya ke wajah Eduard.
" Kembaran sialan. Awas kalau nanti kau pun mengalami hal sepertiku. Aku akan menertawakanmu sambil berguling guling."
Dan kini, Eduard tertawa sendiri. Dia membayangkan kembarannya sedang menertawakannya sambil berguling guling di rumah. Mungkin juga sambil ditemani Geraldine, adiknya yang nakal dan paling iseng itu. Eduard menggelengkan kepalanya dan mendengus kasar.
Benar saja, begitu mobil Eduard memasuki pekarangan rumah megahnya. Di sana telah menunggu semua anggota keluarganya. Edwyn yang melipat kedua tangannya di dada. Geraldine dengan cengengesan lucu di wajahnya. Mommy cantiknya yang menatapnya lembut sambil mengulas senyum dan Daddy tercintanya yang memeluk mesra Mommy, menatapnya tajam.
" Selamat malam semua, tumben Mommy cantik tercintaku belum tidur selarut ini?"
Eduard mencium sayang pipi Mommynya yang ditanggapi wajah memberengut Daddynya. Lelaki tua itu selalu saja cemburu jika wanita tercintanya itu ada yang mencium. Eduard terkekeh.
" Hari sudah larut Ed, segera cerita. Adik kembarmu berteriak seperti orang kesetanan membangunkan kami. Dia bilang, Abang kesayangannya ini sedang jatuh cinta." Ucap Mommy Kathy dengan suara lembut.
" Kembaran sialan." Desis Eduard. Mommy Kathy melotot ke arahnya. Eduard tersenyum menatapnya.
" Don't wasting time,Ed. we are sleepy." Ucap Daddy Siegi ketus.
" I'm in love. Tapi dia punya tunangan." Ucap Eduard ringan.
" What!!!" Teriak mereka bersamaan. Eduard meringis.
" Aku memintanya memutuskan tunangan bajingannya itu. Dia Gary, mekanikku dan gadis itu tadi menemukannya sedang tidur dengan salah seorang gadis yang ikut memeriahkan pestaku. Itulah kenapa aku ingin memilikinya. Gadis itu terlihat begitu lembut dan tenang seperti dirimu, Mom." Ucap Eduard tenang.
Semua mata menatapnya. Eduard balas menatap keluarganya itu satu persatu, seolah meyakinkan pada mereka keseriusannya. Lalu suara tegasnya terdengar.
" I really love her in the first sight."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top