(c) Sibuk
[Ihihiiii, pasangan bocil konyol ini semakin berkembang dan dewasa dengan keadaan ya. Siapa yang ketar ketir semakin bab nya nambah?🤭 Tapi tenang aja, aku nggak bikin masalah sepelik itu, kok. Tapi bapernya harus tetep membolak balikkan hati pembaca, dumsss🤪. Yok, yok, komennya yang banyak biar dakuh semangat lagiiii. Jangan lupa follow Instagram freelancerauthor buat semakin deket. Happy reading.]
Salah satu yang menjadikan Nova lebih sibuk selama menjadi seorang istri sekaligus tuan rumah adalah tambahan jadwal menonton drama Korea. Seperti yang dilakukannya saat ini, kegiatan menontonnya dapat Teija perhatikan menjadi lebih intens. Bahkan ketika pria itu masuk ke rumah, Nova tak sadar sama sekali. Sengaja pria itu mengecilkan suara salamnya dan bisa memperhatikan bagaimana seriusnya Nova menonton drama melalui saluran ilegal di internet yang file tontonannya harus di-download lebih dulu.
"Astaghfirullah, suami pulang tapi fokusnya malah ke drakor terus."
Nova yang terkejut langsung menoleh dan mendapati Teija memasang wajah kesal.
"Lagian pulang suaranya nggak ada, sih!" omel Nova.
"Suara motorku juga nggak kedengeran? Itu kuping buat apa?"
"Kan, buat fokus nonton."
Nova meraih tangan Teija dan mencium punggung tangan pria itu. Tak lupa dia menjawab salam yang terlambat diucapkan. Teija membalas dengan mencium bibir Nova berulang kali. Meski bukan jenis lumatan, tapi Nova terhanyut akibat tindakan pria itu.
"Belum mandi!" ujar Nova saat menyadari Teija akan menindih tubuh perempuan itu.
"Biasanya pagi-pagi juga nggak masalah belum mandi, malah yang ada nempel mulu sampe mandi bareng."
"Itu karena kamu nggak dari luar. Sekarang kasusnya kamu baru pulang dari kampus, ditambah kena debu jalanan!"
Teija berdecak, tapi tak menolak untuk segera mandi. Dia tahu Nova memang paling anti berhubungan tanpa mandi lebih dulu, jika mereka sehabis keluar dari suatu tempat. Kebiasaan itu muncul setelah mereka menjalani kehidupan berdua. Tidak ada yang bisa mengerti dari mana asalnya perubahan kecil yang setiap hari semakin menunjukkan diri diantara mereka. Yang jelas, menjalani rumah tangga mandiri—tanpa bantuan orang tua, membuat mereka berdua paham hal sekecil apa pun yang terjadi.
"Pokoknya habis ini, begitu aku keluar dari kamar mandi, matiin drakornya. Aku udah pengen berduaan."
Nova mendengkus dengan perintah suaminya. "Iya bawel!" sahut Nova.
Tak perlu membutuhkan waktu lama, Nova memang menjeda tontonannya lalu menutup laptop tersebut. Langkahnya sudah pasti menuju dapur, menyiapkan makan malam untuk Teija. Semakin kesini, Teija memang agaknya menjadi manja karena serba diurusi oleh Nova. Padahal sebelum mereka seserius ini dalam hal pernikahan, Teija masih mau sibuk mencari makan sendiri. Sekarang pria itu sudah menjelma menjadi sosok suami yang memberikan uang belanja dan menikmati masakan istri meski seringnya menu apa adanya.
"Ja, makannya udah ada di ruang tamu, ya."
"Ya, udah. Kan, kita makan bareng!" sahut Teija dari kamar mandi.
"Tapi tadi aku udah makan sore. Kalo makan malem lagi—"
"Ya udah, aku nggak makan. Langsung tidur aja sama kamu."
Nova memutar bola matanya malas. Dia tahu Teija sedang merajuk karena tak suka makan sendirian. Menjadi anak satu-satunya membuat Teija terbiasa sendiri, tapi setelah mengenal Nova dan menjadi pasangan, kebiasaan serba sendiri itu perlahan hilang.
"Punya suami satu aja rewel!" keluh Nova yang tetap bisa Teija dengar.
"Emang maunya punya suami berapa?!" balas pria itu.
Nova tidak membalas, dia malas berdebat dengan Teija yang sekarang sudah lebih aktif bicara ketimbang dulu. Apakah menjadi seorang suami membuat sifat seseorang bisa berubah?
Setelah Teija selesai dengan agenda mandinya. Nova duduk di ruang tamu dan makan bersama pria itu.
"Kenapa tadi aku chat nggak dibales? Kayaknya juga nggak kamu read."
"Di ruang rapat BEM nggak boleh buka HP sama sekali. Makanya data internetnya aku matiin. Maaf baru buka pas mau balik tadi, jadi aku pilih langsung pulang nggak bales dulu."
"Ribet banget ikutan organisasi kayak gitu. Tapi nggak heran, sih. Kamu udah kebiasaan aktif semasa sekolah, jadi udah pasti kebiasaan."
Untuk beberapa saat mereka saling diam karena sibuk menghabiskan makanan berupa ayam goreng dan sambal buatan Nova. Menu ringan seperti itu sudah mampu membuat Teija menambah nasi tiga kali.
Nova yang melihat itu tidak heran lagi. Teija memang makan dengan banyak jika cocok dengan menu masakannya. Meski seringnya memang tidak rewel menikmati apa pun yang Nova hidangkan, tapi jika menu kesukaannya datang, maka pria itu akan sibuk menambah nasi. Ditambah dengan perut lapar yang mungkin sudah ditahan sejak jam kuliah.
"Kayaknya aku besok-besok bakalan makin sibuk, Va. Bawain bekal bisa nggak?"
Nova mencoba mengakumulasi waktunya sejak bangun pagi dan bersiap berangkat kuliah. Kelas paling pagi yang perempuan itu punya adalah 8.30, jika Nova bangun lebih pagi maka dia bisa menyiapkan bekal lebih dulu untuk Teija.
"Bisa. Asal habis subuh kamu anterin ke tukang sayur biar bisa masak fresh setiap pagi."
"Oke!"
Tanpa kendala rumah tangga mereka terasa sangat mudah dan nyaman. Sejauh ini, tidak ada yang membuat Teija tak senang dengan pernikahan, begitu pula Nova. Namun, entah nantinya cobaan pernikahan macam apa yang akan mereka dapatkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top