#1
Namaku Kim Taehyung. Aku sangat menggemari fotografi.
Karena itulah aku memutuskan jalan hidupku dengan mengabdikan diri sebagai seorang fotografer. Meskipun tanpa restu kedua orangtuaku.
'Banyak rintangan yang akan kau temui ketika hatimu mulai menyukai sesuatu.'
Dan beginilah akhirnya.
Dengan bekal ilmu yang nol, aku berhenti kuliah di semester tigaku dan lebih memilih mengambil kursus fotografi.
Sayangnya, dengan keterbatasan kemampuanku, orang-orang membenci dan tidak menyukai hasil kerjaku. Walau aku sudah bersungguh-sungguh.
Aku pun sempat berpikir, mungkin ini akibat aku menentang kedua orangtuaku.
Tetapi seseorang membuatku sadar.
Bahwa aku benar-benar berpotensi.
'Kau menyerah? Jika itu mimpimu mengapa kau lelah mengejar? Kau sudah berlari sejauh ini apa kau akan berhenti?'
'Tidak peduli apakah itu jelek. Apakah itu buruk rupa. Apakah itu bikin muntah. Tetapi itu adalah gambar yang kau ambil dengan sepenuh hati. Mungkin beberapa orang tidak menyukainya, itu berarti beberapa yang lain memujinya meski kau tidak tahu.'
'Tentang orangtua.. itu hanya perkara waktu. Mereka pasti akan segera sadar, bahwa mereka memiliki putra berbakat sepertimu.'
'Hwaiting, Kim Taehyung~ssi.'
📷📷📷
April, 3th 2017
"Sampah!"
"Semua hasil fotomu ini sangat pantas berakhir di tempat sampah!!"
"Orang hanya akan muntah melihatnya, huh??"
"Semua hasil fotomu tidaklah bermutu!"
Seorang pria muda membanting tubuhnya ke atas kasur. Hari-hari berjalan begitu monoton baginya. Tak pernah ada kata puas selama bosnya menginjak foto hasil jepretannya lalu meludah di atasnya.
Usahanya telah begitu jauh ia tempuh. Ia bahkan rela tidak melihat kedua orangtuanya dengan mengambil pekerjaan itu. Ia membayangkan jika orang-orang akan dapat merasakan emosi dari setiap potret yang ia ambil.
Namun kenyataannya, semua itu tidak mungkin.
Karena ia tidaklah berdarah seni sedikit pun.
***
"Kau jadi berangkat ke Jeju?"
"Ya."
"Ah, pikirkan baik-baik. Kau tahu kan, Bos sangat perfeksionis. Jadi jangan mengambil langkah terburu-buru."
"Ini bukan masalah perfeksionis atau tidak, tetapi aku memang ingin pergi ke sana. Ngomong-ngomong, aku anggap sebagai liburan."
"Ck, setidaknya perhatikan masalah cuaca. Cuaca sedang buruk, aku khawatir akan keselamatanmu."
"Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja."
Pria itu meninggalkan sahabat kerjanya yang teramat cemas. Nekat sekali. Itulah hal pertama yang sahabat pria itu pikirkan. Hanya demi membuktikan kepiawaiannya dalam berfotografi, ia sampai rela harus pergi ke Jeju dan mengambil foto terindah dari Pantai Hamdeok. Meski ia dihadapkan dengan keadaan cuaca yang tidak menentu.
'Taehyung-ah ... tolong pikirkan ulang.'
Tak menghiraukan pesan singkat yang dikirim sahabatnya itu, Kim Taehyung lanjut mengepak barang-barangnya ke dalam koper. Sejenak ia menatap dinding-dinding kamarnya. Semua itu adalah tempelan hasil foto yang bosnya telah injak-injak dan ludahi.
Taehyung mendudukkan dirinya di atas ranjang. Ia mengamati kedua tangannya. Lalu diambilnya kamera DSLR kesayangannya, kamera yang ia beli dengan hasil tabungannya selama masa-masa kuliah. Kamera yang menjadi saksi pilu percekcokannya dengan sang ayah.
Taehyung menarik nafas kasar lalu menghembuskannya.
'Mari lakukan ini Taehyung. Kau pasti bisa!'
***
Setelah menempuh satu jam perjalanan, pesawat yang Taehyung tumpangi pun melandas sempurna di pulau unggulan Korea Selatan. Pria 25 tahun itu akhirnya menjejakkan kaki di Pulau Jeju. Pulau yang menjadi destinasi andalan negara asalnya.
Berdesakan dengan para turis yang lain, Taehyung berusaha mencari celah agar bisa keluar. Saat ia menelusup di antara kerumunan itu, ia tak sengaja mendorong seorang wanita muda nan cantik hingga membuatnya terjatuh.
"Aigo ... joesonghamnida!"
Dengan wajah panik, Taehyung membantu wanita itu berdiri. Setelah itu, ia membungkukkan sedikit badannya sebagai bentuk permohonan maaf.
"Astaga!! Apa kau punya mata?"
"Ne?"
"Lihat! Kau membuat bajuku kotor!!"
"Permisi Nona, tetapi saya sudah meminta maaf. Saya rasa Nona berlebihan."
"Berlebihan?? Ini baju edisi terakhir dari merk ternama yang aku beli. Kau sama sekali tidak tau fashion!"
"Lalu?? Jika iya, memangnya harus bagaimana?"
"Kau harus menggantinya dengan uang!"
"Apa?! Itu hanya noda, Nona! Kalau dicuci juga akan hilang, heol."
"Kau ini pria? Mana tanggung jawabmu sebagai pria? Katakan saja kalau kau tidak punya uang! Dasar pelit!"
"Sepertinya Anda yang materialistis. Permisi!"
Taehyung dengan kesal meninggalkan wanita itu sendirian. Meskipun wanita itu mengomelinya berkali-kali, telinga Taehyung seakan tuli mendengarnya.
Sebaiknya dia segera menuju ke hotel, sebelum malam menghampiri.
***
"Atas nama siapa, Tuan?"
"Kim Taehyung."
"Baiklah. Anda sudah check in, ini kunci kamar Anda."
"Kamsahamnida.."
"Tolong pesan satu kamar!"
Taehyung hendak bergerak menuju ke lift, namun suara sentakan yang baru saja ia dengar menghambat langkahnya.
"Atas nama siapa, Nona?"
"Kim Sohyun!"
"Baiklah, ini kunci kamar Nona."
"Terima kasih!"
Taehyung berbalik. Ia mempercepat langkahnya ke arah lift. Ia memencet tombol berulang-ulang. Tetapi sialnya, pintu lift tidak segera terbuka.
Taehyung menelan salivanya kasar-kasar ketika seorang wanita berdiri kaku di sampingnya.
Taehyung menaikkan tudung hoodie hitamnya ke atas kepala. Sejenak, wanita di sebelahnya merasa heran. Namun, diabaikannya begitu saja tingkah aneh Taehyung. Dan ketika pintu lift terbuka, mereka masuk bersama-sama.
"Tuan, kau ingin pergi ke lantai berapa?"
Taehyung berdeham membersihkan tenggorokannya. Kemudian, ia mengeluarkan suara yang dibuat-buat untuk menjawab pertanyaan wanita itu.
"Sembilan."
"Kebetulan sekali sama."
Tit.
Suara tombol yang terpencet membuat Taehyung lega. Syukurlah, wanita itu tidak menyadari apapun.
"Tunggu Tuan.."
Gulp.
"Sepertinya, saya pernah melihat Anda. Tapi dimana ya?"
"Ah. Nona pasti salah paham. Belakangan ini hoodie seperti yang kupakai sedang trend."
Plak.
Taehyung menampar pipinya sendiri. Ia lupa memodifikasi suaranya.
"Hei!!"
Wanita itu pun langsung menyingkirkan tudung yang menutupi wajah Taehyung secara ganas.
"Kena kau!!"
"Baguslah kita bertemu lagi! Dasar lelaki tidak bertanggung jawab!!"
"Aw!! Aw!! Aduh!! Sakit!! Wanita gila!! Lepaskannn!!"
Wanita itu menjambak rambut Taehyung yang sedikit panjang. Bisa kalian bayangkan, betapa sakitnya itu. Taehyung hampir saja mengeluarkan air mata.
Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka. Tampak beberapa orang yang hendak masuk ke dalamnya. Mereka sempat menyaksikan pertengkaran Taehyung dan si wanita di dalam lift.
Mengetahui keadaan lift yang mendadak terpenuhi, wanita tersebut melepas jambakannya pada rambut Taehyung. Ia berdiri normal seakan tidak terjadi apa-apa.
Tanpa disangka, lift menjadi sesak penumpang. Padahal, masih butuh empat lantai lagi untuk mencapai lantai sembilan.
Wanita itu terdesak, ia terpaksa merapatkan tubuhnya ke dekat Taehyung sebab memang tidak ada lagi space untuk berdiri di sana.
"Ya ampun.. sesak sekali!"
Taehyung tersenyum sinis.
"Yak! Kau tersenyum?? Mengejekku ya??"
Wanita itu sadar kalau sedari tadi Taehyung mengejeknya. Tentu saja.. tubuh wanita itu bukan terlihat terdesak penumpang lain. Ia sepertinya sangat menikmati kehangatan tubuh Taehyung karena wanita itu memeluknya erat.
"Nona.. Nona. Apa kau tidak sadar, apa yang kau lakukan padaku?"
Wanita itu memperhatikan dirinya sendiri. Ia terkejut. Bagaimana bisa ia merangkul tubuh tegap dan tinggi lelaki yang membuatnya kesal setengah mati?
Wanita itu ingin memundurkan dirinya. Akibat begitu memaksakan diri, wanita itu berhasil melepas pelukannya dari Taehyung. Tetapi tidak lama kemudian, tubuhnya terpental kembali ke dalam dekapan Taehyung.
Deg... deg.. deg...
Taehyung mendengar irama detak jantung yang cukup keras. Ia mengangkat sebelah alisnya, dan mendapati bahwa wanita di rangkulannya itu pipinya sudah memerah. Berniat menggoda, Taehyung menarik pinggang wanita itu sehingga mempersempit celah di antara mereka. Ditatapnya wanita yang lebih pendek darinya itu, lalu Taehyung sedikit merendahkan wajahnya dan berbicara tepat di depannya.
"Apa barusan itu detak jantungmu, Nona?"
Taehyung tersenyum jahil. Wanita itu mengalihkan wajahnya canggung. Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi dentingan dan pintu lift terbuka.
Semua orang pergi keluar dari lift.
PLAK!!
"Dasar pria kurang ajar!! Aku membencimu!"
"Mwoya??"
Taehyung meringis kesakitan memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh wanita asing.
Baru hari pertama di Jeju sudah seperti ini. Taehyung tidak bisa membayangkan, bagaimana hari-harinya bila harus terus berpapasan dengan wanita gila itu di hotel yang sama.
.......................
Semalam cukup melelahkan bagi Taehyung. Satu jam yang terbayarkan dengan kamar yang nyaman dan cukup mewah menurut Taehyung. Meski ia harus meraih kocek yang tidak sedikit. Setidaknya ia bisa berbangga diri karena berhasil menempati hotel terbaik di Kota Jeju.
Setelah membersihkan badan dan membereskan barang-barangnya, Taehyung keluar kamar. Sebenarnya, tak jauh dari hotel tersebut ada sebuah pantai yang hendak ia kunjungi. Taehyung yang telah berpakaian rapi, siap dengan kamera DSLR-nya untuk memotret beberapa pemandangan tropis khas pulau tersebut.
"Wah, jinjja neomu yeppeuda!"
[Wah, sungguh sangat cantik]
Ketika baru sampai di lokasi, Taehyung sudah terkesima dengan pemandangan pantai yang memukau. Sungguh seperti yang ia harapkan. Ia tahu, kekhawatiran Park Jimin tidak beralasan. Memang cuaca sedang buruk, buktinya disana mendung. Tetapi itu tidak mengurangi kecantikan pantai dan deburan ombak yang ada di matanya sedikit pun. Taehyung bahkan asyik menjepretkan kameranya dari berbagai sisi.
"Apa yang kalian lakukan??"
"Wah Nona.. kau cantik sekali. Bermainlah bersama kami.."
"Brengsek! Pergilah kalian!"
"Wah. Galak sekali sih. Tapi sangat menggoda.. haha."
"Bermainlah sebentar saja bersama kami Nona. Bagaimana dengan berlarian di pinggir pantai? Pasti menyenangkan."
Plak!!
"Jangan harap aku mau bermain bersama kalian. Cuih! Menjijikkan!"
Taehyung menghentikan aktivitasnya ketika mendengar suara kegaduhan di sekitarnya.
"Lepaskan tangan kotor kalian!! Tolong!!! Tolong!!"
Taehyung mendengar suara wanita berteriak meminta tolong. Ia pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.
Dan disanalah asal suara tersebut.
Taehyung melihat seorang wanita yang diganggu oleh dua orang pria berkulit kecokelatan.
"Hey! Lepaskan wanita itu!!"
Kedua pria itu menoleh.
"Siapa kau? Berani menganggu kami??"
Sebenarnya nyali Taehyung menciut. Apalagi setelah memperhatikan body sixpack kedua pria di hadapannya.
Ia ingin sekali kabur. Tetapi ia paling tidak suka jika melihat wanita dilecehkan. Itulah Taehyung. Pria yang payah dalam hal berkelahi, namun selalu nekat mengambil setiap tindakan tanpa memikirkan keselamatannya.
Alhasil, hancurlah wajah Taehyung. Remuklah badannya ketika kedua pria itu berhasil menghajarnya. Beruntung, wanita yang ditolong Taehyung segera berteriak. Hingga beberapa orang datang dan sukses membuat kedua pria itu lari tunggang langgang.
"Kau baik-baik saja?"
Taehyung kesusahan membuka matanya akibat luka lebam di sudut mata sebelah kirinya. Ia ingin memastikan, apa wanita itu baik-baik saja. Namun sepertinya, tanpa ia membuka matanya pun ia sudah tahu kalau si wanita dalam kondisi aman. Kemudian, pengelihatannya menggelap.
..........................
Bau khas citrus menguar di udara memberi sentuhan kesegaran yang berbeda. Sebuah ruangan yang terkesan rapi dengan bantalan empuk berwarna peach adalah tempat dimana Taehyung berada saat ini.
Taehyung mengerjapkan matanya dan sangat terperanjat saat ia menyadari ia sedang tidak berada di dalam ruangannya. Melainkan ruangan hotel orang lain!
"Dimana aku?!"
"Kau sudah bangun?"
"Kau?!!"
"Terima kasih sudah menolongku dari kedua pria brengsek itu. Aku minta maaf jika telah marah-marah padamu kemarin."
"Namaku Kim Sohyun."
Wanita itu menjulurkan tangannya pada Taehyung. Sekarang Taehyung bingung, apa yang harus ia perbuat?
To be Continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top