An Angel Painting

"Ely." Suara berat memanggil.

"Ya?" Suara manis menyahut.

"Elyse." Suara berat kembali memanggil.

"Ya, Ethan?" Suara manis menyahut lagi.

"Elyse Asylum." Sekarang, suara berat menyebut nama lengkap.

"Ada apa, Ethan?" Suara manis pun benar-benar berhenti dengan aktivitasnya.

Wanita berambut pirang keemasan, bermata amber keemasan, sepenuhnya mengalihkan perhatian pada sosok pria jangkung bermata dingin di hadapannya.

"Ayo, tidur," ajak Ethan, si pria bertampang jutek.

"Tapi, aku sedang bekerja, Ethan," balas Elyse, si wanita serba keemasan bertampang ramah.

"Tapi, sekarang sudah waktunya tidur, Ely." Ethan terus membujuk.

"Kau tahu, Ethan, inspirasi datang tak mengenal waktu." Sementara Elyse bersikukuh. Tatapannya memang tertuju hanya pada Ethan sekarang, tetapi tangan kanannya masih setia memegang kuas lukis.

Sebuah kanvas besar dengan lukisan setengah jadi pada permukaannya berdiri tegak tepat di sebelah Elyse. Berbagai warna dipadukan, berhasil menyerupai sesosok pria tanpa wajah dengan sepasang sayap persis sayap merpati besar melekat di punggungnya.

"Memangnya, inspirasi yang seperti apa?" tanya Ethan. Sepasang mata tajamnya memperhatikan lukisan setengah jadi Elyse. Ia bertanya-tanya mengapa Elyse melukis malaikat?

Elyse tak langsung menjawab begitu saja. Ia menyungging senyum manis, melirik lukisan di sampingnya, lalu menatap lekat Ethan di depannya.

"Ethan," jawabnya polos.

Ethan mengernyitkan dahi. Tidak mengerti. "Aku? Bersayap malaikat?"

"Yup. Ethan bersayap malaikat. Sebab, bagiku, Ethan adalah malaikatku. Penolongku."

"Tetapi, aku tidak melakukan apa-apa untukmu."

Elyse menggeleng cepat. "Tidak. Ada banyak hal yang sudah Ethan lakukan untukku. Ethan telah melindungiku saat insiden lalu. Ethan juga membantuku mengobrol dengan keluargaku. Ethan juga selalu menemaniku di saat orang lain meninggalkanku," jelasnya panjang lebar.

Ethan diam mendengarnya. Itu semua memang telah ia lakukan. Tetapi, Elyse juga telah jauh berbuat banyak untuknya.

"Ely juga telah melakukan hal yang sama untukku," balas Ethan kemudian.

"Kalau begitu, kita seri, dong!" Elyse menyengir ceria.

Senyuman manis itu bagai sinar mentari di kala mendung, bagai sinar bulan di kala gelapnya langit malam. Begitu memesona. Ethan menyukainya. Sangat menyukainya.

"Syukurlah kalau tidak berat sebelah," lanjut Ethan tersenyum tipis.

Senyuman tipis itu seperti pelangi setelah hujan, seperti kunang-kunang di malam hari. Sangat menawan. Elyse menyukainya. Sangat menyukainya.

"Kalau begitu, temani aku melukis sebentar. Setelah itu, aku akan menuruti ucapan Ethan untuk tidur," pinta Elyse.

"Baiklah," Ethan setuju.

Dengan begitu, Ethan menjadi model kanvas Elyse. Kemudian, Elyse tidur bersama Ethan. Memeluknya dengan hangat.

Tak ada yang lebih baik dari ini. Walaupun Ethan tak begitu ingat dengan masa kecilnya, kenangan tentang orang tuanya, ataupun kampung halamannya, Ethan sudah puas dengan ada Elyse di sampingnya. Kenangan-kenangan itu bagai puzzle yang hilang. Tetapi, Elyse berhasil memenuhi kekosongan itu. Meski ada lubang di beberapa sisi, Elyse telah menambalnya dengan sangat baik. Sehingga, Ethan tak merasakan suatu kekurangan apapun.

Elyse adalah pelukis yang sempurna. Sesempurna setiap goresan kuas pada lukisan-lukisannya.

🕊️🕊️🕊️

Verica and Elyse belong to KurenaiNayumi
Raphael and Ethan belong to me

Terima kasih telah bermain roleplay denganku. ^w^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top