31. Selenophile: Tiga Puluh Satu

Era tak akan melupakan wajah-wajah itu. Semua masih terlalu segar di ingatan, mereka adalah para rogue yang pernah menyerangnya beberapa hari lalu. Begitu pula dengan jiwa serigalanya yang sontak saja melontarkan sumpah serapah.

Rogue-rogue bajingan. Ternyata mereka masih punya nyali untuk datang kembali. Mereka benar-benar makhluk menjijikkan yang tak memiliki otak untuk berpikir.

Persisnya, itulah yang sempat melintas di benak Era. Sebabnya adalah daerah itu jelas adalah wilayah kekuasan sebuah kawanan. Berbuat onar tentunya adalah tindakan yang benar-benar di luar nalar, terlebih setelah peringatan yang sempat diberikan oleh alpha kawanan tersebut.

Jadilah Era tak habis pikir. Mengapa mereka kembali lagi setelah kejadian hari itu? Apakah mereka benar-benar tidak mengenal aturan dan etika sehingga tak berpikir dua kali untuk datang kembali?

Sementara Seth yang sudah merasakan firasat tak enak sebelum kedatangan para rogue tidak ingin mengambil risiko. Dia beranjak sembari menempatkan Era di belakang tubuhnya. Tanpa memutus tatapan pada para rogue, dia bertanya pada Era dengan suara rendah. "Apakah mereka yang sudah menyerangmu waktu itu?"

"Ya, merekalah yang menyerangku," jawab Era tanpa tedeng aling-aling. Ditatapnya seorang rogue yang menyeringai padanya. Ejekan itu membuat darahnya menjadi berdesir. "Dari informasi yang kudengar, para polisi tak menemukan keberadaan mereka selama ini. Mereka diduga telah pergi, tetapi bagaimana mungkin mereka justru muncul kembali? Apakah mereka sengaja mencariku?"

Kemungkinan itu terasa masuk akal sehingga Seth menggertakkan rahang. "Sepertinya mereka memiliki dua nyawa sehingga berani untuk kembali menunjukkan wajah di hadapanmu."

Era diam saja. Kala itu perasaan tak enaknya semakin menjadi-jadi. Dirasanya ada sesuatu yang aneh sedang terjadi.

Seth melirik sekilas. Ditenangkannya Era. "Aku akan melindungimu tak peduli apa pun yang terjadi, Era. Kau jangan khawatir."

Sebaliknya, Era tidak merasa tenang sekali. Para rogue itu kejam dan tak ada belas kasih sama sekali. Dia tak mungkin membiarkan Seth menghadapi mara bahaya seorang diri. Terlebih bila dialah yang menjadi target utama.

"Seth, aku—"

Ucapan Era terpotong oleh seruan salah seorang rogue. Diingat olehnya bahwa rogue itulah yang menyerangnya dulu.

"Sepertinya kali ini kau membawa pengawal, Era."

Seth mengerutkan dahi. Kejanggalan itu membuatnya bertanya-tanya. Mereka mengetahui nama Era?

Namun, Seth tidak mempunyai waktu untuk mengonfirmasi hal tersebut pada Era. Para rogue mulai melangkah demi mendekati mereka.

Seth segera memasang antisipasi. Satu tangannya menjaga Era sementara matanya mengawasi para rogue dengan ketajaman yang memancarkan kehati-hatian dan kewaspadaan mendalam. Dijanjikannya di dalam hati, dia tak akan membiarkan Era terluka atau terancam dalam keadaan apa pun.

"Aku senang ternyata kalian bisa menilai situasi," balas Seth dengan nada tegas. Ditunjukkan olehnya sikap tenang dan tegar. "Jadi, apakah kalian siap untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kalian tempo hari?"

Para rogue tertawa. Ejekan mereka menggema, tetapi Seth tak terprovokasi sama sekali. Dia benar-benar terkendali.

Seorang rogue maju. "Kau adalah anak kemaren sore. Kau masih anak-anak dan berani menantang kami?" Dia kembali tertawa. "Sepertinya kau sudah bosan hidup."

Semua pembicaraan berakhir cukup sampai di sana. Para rogue berlari dan melompat, lalu mereka pun berubah bentuk menjadi tujuh ekor serigala buas yang amat menakutkan.

Seth mendorong Era untuk menjauh. Setelahnya dia pun berubah. Disambutnya terjangan seekor serigala dengan melompat tinggi, lalu kedua kaki depannya memukul kepala serigala itu dengan begitu kuat.

Jadilah serigala pertama terhempas di tanah. Dia mengerang sakit sejenak, lalu bangkit kembali dengan menggeram marah. Moncongnya membuka dan tampaklah taring-taring tajam yang menakutkan itu.

Seth mendarat dengan posisi yang mantap. Lalu dia kembali melompat. Kali ini diincarnya serigala kedua dengan cakar yang teracung kokoh. Namun, serigala kedua mampu berkelit.

Bersamaan dengan itu, serigala-serigala yang lain memutuskan untuk tak membuang-buang waktu. Jadilah mereka melompat dan menyerang Seth secara bersamaan.

Seth terpelanting ketika serigala kelima berhasil menubruknya. Jadilah dia bergulingan di tanah, tetapi dia segera bangkit. Dia menggeram dan membalas serangan tersebut.

Di lain pihak, Era yang melihat pertarungan tak adil itu merasa bimbang. Wajahnya menyiratkan kebingungan yang disebabkan oleh keragu-raguan antara dua pilihan, yaitu membantu Seth atau sebaliknya.

Pilihan pertama berarti Era mengakui dirinya sebagai manusia serigala dengan penuh kesadaran. Pilihan kedua berarti dia harus tega melihat Seth mempertaruhkan nyawa demi melindungi dirinya.

Era mengepalkan kedua tangan. Apa yang harus kulakukan?

Era.

Suara jiwa serigala Era terdengar sedih. Agaknya pergolakan batin Era bukanlah main-main, nyaris membuat jiwa serigala Era merasa pilu.

Era memejamkan mata. Aku bukannya tidak menerima keberadaanmu, tetapi aku masih tak habis pikir dengan semua yang terjadi. Kupikir, aku masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan jati diriku yang baru. Namun, sepertinya takdir tak memberiku waktu yang cukup.

Apa maksudmu, Era?

Mata Era kembali membuka. Aku tak mungkin membiarkan Seth bertarung seorang diri.

Era tahu bila dirinya tak bisa tinggal diam. Sejauh yang dilihatnya, Seth memang bisa mengimbangi semua serangan para rogue, tetapi bukan berarti dia ingin menjadi penonton saja. Dia tak ingin mengambil risiko dan melihat Seth mulai terdesak. Terlebih lagi ada emosi pribadi yang membuatnya tak terima untuk perlakuan para rogue.

Era maju dengan rasa panas yang mulai menjalari sekujur tubuhnya. Gelegak di sepanjang pembuluh darah semakin menjadi-jadi. Napasnya memberat dan setelahnya dia berlari.

Sedetik berlalu dan Era berubah menjadi serigala. Dia melompat dan menerjang serigala keempat yang berniat untuk menyerang Seth secara licik. Lalu digigitnya serigala keempat itu di bagian leher.

Serigala keempat murka. Dia mengamuk sehingga gigitan Era di lehernya terlepas.

Era terlempar beberapa tiga meter. Pendaratannya sedikit tidak seimbang. Kakinya sedikit goyah dan dia belum siap sama sekali ketika serigala keempat menyerangnya.

Terjangan serigala keempat membuat Era terpental dan bergulingan di tanah. Jadilah tubuhnya merasa sakit. Walau begitu dia segera bangkit dengan niatan segera membalas serangan tersebut.

Satu hal yang tak diantisipasi oleh Era adalah serigala keempat tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata. Jadi, dia pun bergegas ketika dilihatnya Era terpental dan kesakitan. Dia melompat dengan kedua kaki depan terangkat, cakarnya-cakarnya bersiap untuk menancap di tubuh Era!

Era terlambat menyadari serangan tersebut. Dia berusaha untuk mengelak, tetapi serangan serigala keempat datang lebih cepat.

Seth datang di waktu yang tepat. Dia menerjang serigala keempat sehingga serangannya pada Era meleset. Setelahnya, dia langsung menggigit leher serigala keempat, tepat pada luka yang ditimbulkan oleh Era.

Serigala keempat melolong sakit, tetapi Seth tak memberi ampun. Sebaliknya, dipastikan olehnya untuk menggigit lebih dalam sehingga darah pun muncrat ke mana-mana.

Geraman serigala-serigala yang lain membuat Seth terpaksa menyudahi serangannya pada serigala keempat. Dilepaskannya leher serigala keempat, lalu dia melompat ke samping. Jadilah serangan serigala kedua yang mengincar dirinya menjadi luput.

Keempat kaki Seth menapak di tanah dengan mantap. Cakar-cakarnya menancap, lalu dia kembali melompat pada serigala-serigala yang sengaja mengincar Era.

Agaknya para rogue bisa mengambil kesimpulan dari perkelahian mereka dan Era yang pertama kali, terlebih lagi diperkuat dengan fakta yang terjadi saat itu, yaitu Era adalah serigala yang tak tahu apa-apa. Era tidak bisa berkelahi layaknya serigala pada umumnya. Era mungkin tampak kuat dan berani, tetapi dia tak berbahaya sama sekali.

Para rogue pun mengubah strategi. Mereka mengincar Era, lalu menyerang dan mengeroyoknya. Mereka terus memojokkan Era sehingga fokus Seth pun terpecah.

Prioritas Seth adalah keselamatan Era. Jadilah tak dipedulikannya diri sendiri. Dia terus melindungi Era dan bersamaan dengan itu, serigala yang lain menyerangnya.

Seth terjungkang. Dia sempat bergulingan sebelum bangkit kembali. Dilihat olehnya dua serigala terus menyerang Era tanpa jeda sehingga dia pun segera melompat ke sana.

Satu serigala terhempas. Seth kembali melompat untuk mengincar serigala berikutnya, tetapi justru tubuhnya yang terbanting. Serigala ketujuh menyerangnya secara pengecut dan membuatnya tak berkutik.

Serigala ketujuh menancapkan cakarnya di perut Seth. Diikuti oleh moncongnya yang membuka dan lalu digigitnya leher Seth.

Lolongan Seth menyiratkan rasa sakit. Namun, dia tak menyerah semudah itu. Kedua kaki belakangnya mendorong sekuat tenaga. Jadilah serigala ketujuh terpental dengan membawa serta beberapa serpihan daging Seth!

Seth berlari dan melompat. Diserangnya semua rogue secara membabi buta. Digigitnya kaki serigala kelima, lalu dilemparnya serigala itu sehingga menabrak pohon besar. Jadilah pohon itu tumbang bersamaan dengan serigala kelima yang tak lagi bergerak.

Hanya butuh waktu sedetik untuk Seth melihat keadaan Era yang menyedihkan. Era terluka dan itu membuatnya menjadi berang. Dia menggeram, lalu kembali menyerang serigala yang mencoba untuk mencelakai Era.

Suara bantingan yang amat kuat menarik perhatian Seth sesaat kemudian. Dia berpaling dan dilihatnya Era terhenyak di tanah. Ringikan sakit Era membuatnya spontan berlari. Niatnya ingin balas menyerang serigala pertama yang telah menyakiti Era, tetapi serigala keenam menubruknya dari belakang.

Seth terpelanting dan kali ini tak ada kesempatan untuknya bisa bangkit lagi. Serigala-serigala yang lain segera menghambur ke arahnya dan menyerang bersamaan. Cakar dan taring menancap di sekujur tubuhnya.

Sementara itu Era yang kesakitan tak mampu menahan diri. Tubuhnya berontak. Dia kehabisan tenaga. Pada akhirnya, bentuk serigalanya luruh secara perlahan.

Era terengah-engah dengan tatapan nanar yang tertuju pada langit luas. Bola matanya berputar-putar tak fokus dan sesekali, rintihannya terdengar seiring dengan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya.

Serigala ketujuh mendekati Era. Diabaikan olehnya geraman peringatan Seth. Dia tahu, sekarang Seth tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sebabnya, keempat serigala yang lain berhasil mengukungnya.

Sesaat kemudian serigala ketujuh turut berubah kembali ke bentuk manusianya. Dia menghampiri Era, lalu berjongkok sembari mengulurkan tangan. Sudut bibirnya sontak terangkat ketika Seth lagi-lagi menggeram. Jadilah dia menyempatkan diri untuk menoleh pada Seth, lalu berkata. "Sepertinya kau harus menunggu giliran. Sekarang adalah waktunya untukku bermain-main dengan Era."

Ujung jari menyentuh kulit telanjang Era dan rogue itu menyeringai penuh arti. Terus saja disentuhnya tubuh Era dengan tatapan yang mengikutinya tanpa kedip sama sekali.

"Ja-jangan sentuh aku."

Rogue itu menyipitkan mata. Lalu ditundukkannya wajah, diarahkannya telinga pada bibir Era. "Apa?" tanyanya dengan mimik geli. "Apakah kau mengatakan sesuatu?"

Era mengerjap sembari berusaha mengendalikan diri. Dicobanya untuk mengatur napas dan mengumpulkan kembali tenaga. "Jangan sentuh aku."

Jiwa serigala Era menggeram. Jadilah panas yang membara hadir dan menyelimuti sekujut tubuhnya. Nalurinya ingin berubah, tetapi dia tak lagi memiliki tenaga.

Rogue itu terkekeh. Lalu dibelainya dada Era. "Sebaliknya, aku justru bersemangat untuk menyentuhmu sekarang. Kau tahu mengapa? Karena rasanya rugi membiarkanmu mati dengan sia-sia."

Ucapan rogue membuat Seth kembali melolong. Namun, lolongannya kali ini terdengar lebih panjang. Tersirat kemarahan dan kesedihan di suaranya. Lalu tiba-tiba saja dia melompat bangkit.

Seth berlari. Tujuannya adalah rogue ketujuh, tetapi serigala kedua mengadang dan dia pun menubruk tanpa berpikir sama sekali. Keduanya bergulingan dan dia mengambil kesempatan untuk menindihnya, lalu menarik daging lehernya hanya dalam satu gigitan dalam.

Kematian ketiga itu membuat para serigala yang tersisa menjadi berang. Mereka pun tak lagi berjalan sesuai rencana. Mulanya mereka berencana untuk membiarkan Seth melihat penderitaan Era hingga akhir hayatnya, tetapi sekarang terpenting bagi mereka adalah Seth harus mati.

Seth terpelanting ke mana-mana. Dia membentur pohon, lalu jatuh di batu. Retakan batu menancap di tubuhnya sehingga dia tak lagi bisa bergerak. Kali ini dia benar-benar tak berdaya dan hanya bisa melolong panjang.

Rogue ketujuh tertawa senang. Dibisikinya Era. "Kau lihat itu? Penjagamu harus mati karena melindungi luna menyedihkan sepertimu."

Era memejamkan mata. Pundaknya berguncang dalam tangis yang tak mampu ditahan. Kumohon, Seth, bertahanlah. Kumohon.

Sentuhan yang kembali jatuh di dadanya membuat mata Era terbuka seketika. Dilihatnya rogue ketujuh semakin bersemangat menyentuhnya. Jadilah kemarahan di matanya tergantikan oleh ketakutan. Lalu spontan saja lidahnya melirih satu nama. "Oscar."

Tiba-tiba saja rogue ketujuh terpelanting dengan amat keras. Tubuhnya melayang jauh ke atas dan jatuh mendarat di tanah dengan amat kuat sehingga membentuk lubang. Dia terhenyak ke dalam tanah seolah siap untuk dikubur hidup-hidup!

"Era, bagaimana keadaanmu? Era?"

Mata Era berkedip lemah. Pandangannya kabur oleh genangan air mata. "O-Oscar."

Oscar menggeram. Dia melepaskan jas dan ditutupinya tubuh Era. Setelahnya, dia bangkit di waktu yang tepat, yaitu ketika Philo bersiap untuk berubah.

"Jaga Era, Philo," ujar Oscar dengan nada rendah. Suaranya terdengar berat dan menyiratkan kemarahan yang tak terkira. "Ini urusanku."

*

bersambung ....

note: mohon maaf karena Elodie dan Vika ga tayang. sepertinya aku lanjutkan mereka di bulan depan aja. soalnya Era dan Vione juga bakal tamat bulan ini. aku pikir kemaren aku bisa handle, ternyata memang aktifitas di bulan puasa itu bertambah. harap dimaklumi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top