2. Psithurism: Dua
Sejujurnya, Era tak pernah mengira bahwa menonton pertandingan bisa memberikan rasa senang—terlebih lagi pertandingan tinju, gulat, dan pertarungan serigala. Antusiasme yang tak pernah terusik selama ini pun sontak tersentak dan jadilah dinikmatinya pertandingan itu dengan penuh semangat, sesuatu yang tak terduga sama sekali olehnya ketika Ursa mengajaknya tadi.
Era sempat menolak. Sebabnya sederhana, dia sudah bisa memperkirakan akan sepenuh apa arena tarung mengingat yang bertarung adalah Oscar dan Seth. Sudah barang tentu tak ada yang ingin melewatkan pertarungan menarik itu terlepas dari kenyataan bahwa pemenangnya sudah bisa ditebak dengan mudah. Nyatanya, kawanan yakin bahwa Seth tak akan menyerah begitu saja. Seth pastilah akan berjuang sekuat tenaga dan itulah yang membuat pertarungan itu menjadi amat atraktif.
Sekarang, Era merasa bersyukur karena menerima ajakan Ursa. Dia sangat berterima kasih karena Ursa mendesak sehingga rasa enggan berada di keramaian yang telah mendarah daging di dirinya selama ini kalah telak. Ternyata Ursa sama sekali tak berlebihan ketika mengatakan itu akan menjadi pertandingan yang mengasyikkan. Ursa benar dan pikirnya tak percuma dia meyakinkan diri berulang kali bahwa itu memang adalah salah satu hal yang memang harus dilakukannya sebagai seorang luna—mendukung setiap kegiatan kawanan—karena semua lebih dari sepadan.
Era ingat betul, ada sensasi asing yang menyambut ketika baru selangkah dia menginjakkan kaki di arena tarung. Asalnya adalah intensitas emosi yang mengalir kuat di antara para kawanan, termasuk dirinya sendiri yang tak membutuhkan waktu lama untuk turut merasakan hal serupa. Dia terbawa semangat yang membara di dalam arena dan tak aneh bila mendapati euforia itu masih menyelimuti dirinya hingga kini.
Sebenarnya, kau menikmati pertarungannya atau ....
Satu suara menyentak lamunan Era. Jadilah dia mengerjap sehingga fokus matanya yang sempat menghilang lantaran melamun kembali lagi. Walau begitu bukan berarti dia bisa melihat pemilik suara tersebut.
Nyatanya dia bukanlah seseorang yang ada wujudnya. Dia ada, tetapi tak terlihat. Dia adalah jiwa serigala Era, suara yang selama ini selalu menemaninya.
Era mendeham. A-apa kau bilang barusan?
Kubilang, kau menikmati pertarungannya atau petarungnya?
Bola mata Era membesar. Kau jangan mengada-ada. Jelas sekali yang kunikmati tadi adalah pertarungannya.
Oh, begitukah? Ehm. Mengapa kupikir malah sebaliknya?
Era menarik laptop dan menyalakannya. Kusarankan padamu, sebaiknya kau jangan berpikir. Pikiranmu sangat aneh.
Jiwa serigala Era tertawa. Diciptakannya kehangatan yang membuat hati Era merasa damai. Sebabnya, Era masih ingat dengan jelas betapa dunianya teramat sunyi ketika koma. Jiwa serigalanya juga terluka dan tertidur selama berhari-hari, sungguh waktu yang menyedihkan.
Oh, Era. Mengapa kau masih suka menyangkalnya hingga sekarang? Lagi pula bukan masalah kalau kau memang menikmati petarungnya. Jadi, untuk apa kau berbohong?
Aku tidak berbohong, tetapi kuharap kau bisa bekerja sama sekarang. Aku harus fokus dengan penelitianku.
Ujung jari telunjuk Era bergerak lincah di touchpad. Dibukanya satu folder yang berisikan data penelitian. Niatnya ingin mempelajari data tersebut mengingat tak lagi banyak waktu yang tersisa untuknya bila ingin tetap wisuda musim gugur ini.
Selain itu, sejujurnya Era memiliki kekhawatiran tersendiri sehingga memutuskan untuk buru-buru menyelesaikan penelitian itu. Sebabnya adalah dia tak ingin kecolongan lagi seperti sebelumnya. Berkat dirinya yang terluka dan sempat mengalami koma maka tak ayal Oscar pun mengerahkan para omega untuk membantu penelitiannya. Dia sempat menolak, bahkan menolak dengan amat tegas, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya ketika para omega itu sudah tersebar di seluruh penjuru hutan Arbora.
Hal baiknya adalah Philo tak lupa untuk mengabari Kawanan Aetherium yang menguasai daerah itu untuk kedatangan besar-besaran mereka. Jadilah mereka bisa leluasa untuk menjelajah hutan Arbora tanpa ada hambatan sama sekali. Terlebih lagi sang alpha yang bernama Simon Harrison Willis pun menyambut dengan ramah.
Sekarang kalau dipikir-pikir lagi maka Era pun menyadari satu hal terpenting, yaitu dirinya memang tak bersahabat dengan hutan. Entah bagaimana ceritanya, tetapi hutan selalu saja membuatnya tertimpa musibah. Seolah-olah ada kutukan yang membuatnya harus menjauhi hutan apa pun yang terjadi.
Pada akhirnya, Era pun menyadari bahwa itu adalah alasan lain yang sedikit banyak membuatnya menerima bantuan para omega. Agaknya waktu itu dia berpikir bahwa tak akan ada hal buruk yang akan terjadi padanya lagi bila mereka datang dengan jumlah besar.
Suara halus daun pintu yang diputar membuyarkan konsentrasi Era. Sontak saja dia berpaling ke pintu yang terbuka dan ada Oscar masuk.
"Kupikir, kau sudah tidur," ujar Oscar sembari menutup pintu dan menghampiri Era. Di wajahnya, tersungging senyum percaya diri. "Ternyata kau menungguku."
Era tak akan terkejut lagi dengan rasa percaya diri Oscar yang tinggi. Dulu, dia memang sempat kewalahan menghadapinya, tetapi tidak untuk sekarang. Anggap saja kalau dia sudah terbiasa. "Aku bukannya menunggumu, tetapi aku sedang memanfaatkan waktu yang damai ini untuk menyelesaikan data penelitianku."
"Ehm." Oscar mendeham singkat dan duduk di hadapan Era. Satu tangannya naik dan mendarat di atas meja sementara matanya menyipit dengan sorot penuh selidik. "Sudah kutebak. Kehadiranku memang mengacaukan konsentrasimu."
Era melongo. Agaknya dia belum benar-benar terbiasa. "Mu-mungkin kau memang ada benarnya."
Mata Oscar berkilat-kilat. "Jadi, bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Data penelitianmu," jawab Oscar sembari melirik sekilas pada laptop. "Apakah kau membutuhkan bantuanku?"
Era buru-buru menggeleng. "Terima kasih, tetapi tidak. Sudah cukup para omega membantuku menjelajahi hutan Arbora. Aku sungguh tidak ingin mencoreng harga diriku lebih dalam lagi."
"Baiklah." Oscar manggut-manggut. Diterimanya penolakan Era karena memang terdengar masuk akal. "Aku tak akan mendesak, tetapi katakan saja kalau kau berubah pikiran."
"Semoga saja tidak," ujar Era cepat. Dia tersenyum penuh arti untuk meyakinkan Oscar. "Aku bisa menyelesaikannya sendiri. Lagi pula kau juga sangat sibuk belakangan ini."
Mata Oscar kembali menyipit. "Kau benar-benar memperhatikanku, Era."
Era pun ikut-ikutan kembali melongo. "A-aku tidak bermaksud demikian, Oscar."
"Sebenarnya aku memang agak sibuk," lanjut Oscar dengan dahi yang mengerut samar. Sepertinya dia sedikit menyangsikan bahwa 'agak' adalah kata yang tepat. Pikirnya, dia memang selalu sibuk. "Ada beberapa hal yang harus kuurus." Kerutan di dahinya bertambah. Memang selalu ada hal yang harus diurus olehnya. "Rencananya, aku akan membuat perkebunan kamomil. Sekarang, Philo sedang dalam tahap mempelajari prospeknya."
"Perkebunan kamomil?"
Oscar mengangguk dan wajahnya berubah serius. "Aaron sangat suka menyeduhkanku teh kamomil. Jadi, kupikir sekalian saja kubuat perkebunan kamomil. Lagi pula itu bisa menjadi komoditi tambahan untuk perusahaan."
Era tak bisa berkata-kata. Dia hanya melirih singkat untuk alasan tak terduga Oscar. Mulanya dia berpikir bahwa Oscar mengembangkan usaha karena memang termotivasi untuk menambah pundi-pundi uang perusahaan pangan yang dimilikinya, perusahaan Xylvaneth—namanya persis seperti nama Kawanan. Namun, ternyata tidak demikian. "Kau sangat perhatian terhadap Aaron."
"Tentu saja. Aaron sangat membantuku. Ada beberapa hal yang entah bagaimana bisa terselesaikan olehnya dengan amat mudah."
Walau begitu Oscar tak akan menceritakan detailnya pada Era. Dia yakin, itu tidaklah perlu. Jadilah diputuskannya untuk menyimpan semua untuk diri sendiri, dimulai dari pembelajaran singkat yang Aaron berikan agar dia lebih bersabar hingga ide cemerlang yang membuatnya pindah sementara ke apartemen Era yang terletak di Celestial City.
Sungguh tak bisa dibayangkan oleh Oscar apa jadinya dia tanpa Aaron. Hal paling masuk akal adalah mungkin saja dia dan Era tidak akan berpasangan hingga hari ini bila Aaron tidak ikut turun tangan untuk membantu.
Oscar menarik napas sejenak. "Selain itu, aku juga harus fokus pada Kawanan untuk beberapa hari ini. Ehm maksudku adalah lebih fokus dari biasanya." Ada sedikit jeda tercipta ketika dia menatap Era dan yakin bahwa Era mengerti maksudnya. "Aku harus mencari gamma baru dalam waktu dekat."
Kali ini Era tak berkomentar apa pun. Sebabnya, otaknya refleks saja mengingat peristiwa yang terjadi sekitar dua bulan lalu. Itu benar-benar kejadian yang sama sekali tak pernah dikiranya akan dilakukan oleh seorang gamma yang telah disumpah untuk mengabdikan diri pada kawanan.
Era tak mengira bila Julie Davis akan membayar para rogue untuk mencelakainya. Jadilah dia dan Seth dikeroyok sehingga mereka terluka parah. Dia koma sementara Seth mengalami patah tulang yang tak sedikit.
Tindakan Julie tak termaafkan. Bahkan bila Era dan Oscar mendadak gila sehingga memaafkannya maka ada seluruh Kawanan Xylvaneth yang tak akan memaafkan. Buktinya, Era mendapati ada beberapa petisi yang masuk ke Istana dengan isi serupa, yaitu menuntut hukuman mati untuk Julie.
Oscar memang menolak petisi tersebut, tetapi Era tak yakin bila itu dilakukan karena belas kasih. Nyatanya hukuman yang didapatkan Julie di penjara bawah tanah sangat mengerikan. Dia harus merelakan dirinya menjadi mangsa hidup untuk anjing-anjing buas. Dia tersiksa dan hukuman dijeda hingga dokter menyembuhkannya hanya agar dia bisa dimangsa lagi oleh para anjing buas itu.
Era meneguk ludah. Ditatapnya Oscar dengan sorot tak percaya. Bisa-bisanya Oscar memberikan hukuman sekejam itu.
"Jadi," kata Era sesaat kemudian. Diputuskannya untuk mengalihkan pikiran dari ingatan tak menyenangkan itu. "Kapan kau akan memilih gamma baru?"
"Pendaftaran akan dibuka seminggu ke depan sementara seleksinya akan langsung diadakan di minggu berikutnya, selama seminggu penuh."
Era tak mampu menahan kesiapnya. "Secepat itu?"
"Secepat itu," angguk Oscar membenarkan pertanyaan Era. "Posisi gamma tak bisa kosong terlalu lama. Bogy dan Thad tidak bisa berlama-lama memegang dua tanggung jawab dalam waktu bersamaan."
Era mengerti dan di waktu bersamaan, mendadak saja dia mendapati Oscar meraih tangannya yang berada di atas meja. Oscar menggenggam tangannya, lalu bertanya.
"Jadi, apakah kau tertarik untuk melihat pemilihan gamma?"
*
Belajar dari pengalaman, kali ini Era tak menolak tawaran yang datang, termasuk di dalamnya adalah tawaran Oscar. Diterimanya tawaran itu tanpa berpikir dua kali dan bisa dikatakan bahwa dia malah dengan amat antusias turut melihat pemilihan gamma yang ternyata benar-benar di luar dugaannya.
Hari pertama Istana mengumumkan pendaftaran untuk seleksi gamma baru maka keramaian pun langsung menyelimuti. Kawanan sangat berantusias dan jadilah pendaftar yang masuk tak kira-kira. Panitia sempat kewalahan ketika harus mengatur para pendaftar yang harus menuntaskan pemeriksaan berkas dan juga kesehatan.
Itu adalah hal pertama yang membuat Era geleng-geleng. Pasalnya, dia tak mengira bahwa seleksi akan dilakukan sedemikian ketat. Sempat dikiranya bahwa kawanan hanya perlu melakukan adu tanding dan pemenangnya secara otomatis menjadi gamma.
"Tentu saja tidak sesederhana itu, Luna."
Era berpaling dengan wajah sedikit bingung. "Sepertinya aku sudah membaca buku sejarah manusia serigala di perpustakaan Istana. Namun, aku tak yakin menemukan detail yang menerangkan bahwa penyeleksian gamma akan seketat ini."
"Semua mengikuti perkembangan zaman," ujar Ursa sembari tersenyum. Wajah teduhnya tampak menenangkan seperti biasa. "Dulu, penyeleksian Beta dan Gamma memang lebih sederhana, hanya ditentukan dengan pertarungan. Sekarang, tidak demikian. Sebabnya adalah ada banyak hal yang harus diurus oleh Beta dan Gamma sehingga kuat saja tidak cukup."
Era mengangguk paham. Penjelasan Ursa memang masuk akal. Bisa dilihat olehnya bahwa Philo sebagai beta pun sangat berkompeten di bidangnya. Dia adalah tangan kanan Oscar yang tidak hanya menangani urusan kawanan, melainkan juga perusahaan.
"Selain itu, karena Beta dan Gamma mencerminkan Alpha dan kawanan maka sudah sepatutnya Istana menyeleksi mereka dengan amat ketat. Mereka harus sehat, tentu saja. Kau tahu bukan maraknya penggunaan obat-obat terlarang dan tak sedikit orang yang kecanduan alkohol?" Wajah Ursa berubah, tampak bersimpati. Jadilah dia menarik napas dalam-dalam. "Mereka akan kesulitan mengemban tanggung jawab besar yang akan diberikan kawanan ketika mereka saja tidak bisa menjaga diri dengan baik."
Semakin masuk akal dan Era pun manggut-manggut. Namun, penjelasan Ursa tak urung membuatnya jadi mempertanyakan satu hal. Apakah aku pernah melihat Oscar minum? Tunggu! Apa dia hanya minum teh kamomil ketimbang alkohol?
"Hal penting selanjutnya adalah mereka harus pintar."
Era mengerjap. Ternyata Ursa masih berniat untuk melanjutkan penjelasaannya. "Oh, pintar. Ehm. Tentu saja mereka harus pintar."
Rasa penasaran Era terjawab sudah. Sekarang dia tak heran bila mendapati pihak Istana sibuk selama dua minggu ke depan dan untuk itu, dia pun tak berdiam diri. Dia turut membantu dengan senang hati, sekaligus diliputi oleh rasa penasaran lain, kira-kira siapakah yang akan terpilih menjadi gamma selanjutnya?
Sepuluh orang mamnusia serigala yang terdiri dari tujuh pria dan tiga wanita lolos hingga babak terakhir. Dari segi kesehatan dan kepintaran, mereka mengungguli 246 pendaftar lain. Jadilah sekarang mereka sampai di tahapan yang paling menentukan.
Undian dilakukan. Jadwal adu tanding keluar. Pertandingan dibuka untuk umum sehingga keramaian di Istana terus berlanjut. Agaknya tak ada seorang pun yang mau ketinggalan momen seru itu.
Sepuluh orang manusia serigala menunjukkan kekuatan dan keahlian mereka dalam pertandingan fisik. Mereka bertinju, bergulat, dan juga bertarung dalam bentuk serigala. Terciptalah atmosfer penuh ketegangan dan keriuhan sempat terjeda ketika salah satu dari dua manusia serigala terakhir terhempas di arena tarung.
Pertandingan puncak telah berakhir. Semua mata tertuju pada peserta terakhir yang masih berdiri tegak di arena tarung—Dominic Bruce.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top