19. Selenophile: Sembilan Belas

Satu hal yang tak diduga oleh Era adalah ternyata Seth masih berada di unit apartemennya padahal sudah tiga jam berlalu. Ia baru saja keluar dari kamar setelah menenangkan diri dan berniat untuk mengambil segelas air demi mendamaikan sisa-sisa gejolak di dada. Tujuannya adalah dapur dan di sanalah ia menemukan Seth, sedang duduk di kitchen island bersama dengan semangkuk camilan.

"Seth."

Seth tersenyum. "Akhirnya kau keluar juga dari kamar. Aku menunggumu dari tadi dan bertanya-tanya apa yang ingin kau makan. Jadilah aku menyiapkan beberapa menu. Semoga saja ada yang kau suka. Ah! Kau adalah vegetarian bukan?"

"Iya, terima kasih."

Seth mengangguk dan Era putuskan untuk beranjak ke ruang makan. Sejujurnya ia cukup penasaran dengan menu yang disiapkan oleh Seth dan jadilah ia terperanjat ketika mendapati meja makan sepanjang tiga meter itu penuh oleh makanan.

Era terkesiap dengan mulut menganga lebar. "Seth."

Derap langkah membuat Era berpaling. Seth datang menghampirinya tanpa melupakan mangkuk camilannya. Wajah Seth tampak polos dan ia bertanya.

"Ada apa?"

Era membolakan mata. "Ada apa?" ulangnya bertanya dengan nada menyindik. Ditunjuknya semua hidangan di meja. "Apa maksudmu, Seth? Mengapa ada makanan sebanyak ini?"

"Oh, itu." Seth cengar-cengir seraya menuntun Era untuk duduk. Ia kesampingkan mangkuk camilannya dan dibukanya piring di hadapan Era. "Seperti kataku tadi, aku tak tahu apa yang ingin kau makan. Jadi, aku menyiapkan semua."

Era menyipitkan mata. "Ini semua perintah Oscar bukan?"

"Ehm. Apa aku bisa berbohong?"

"Tidak."

Seth meringis. "Ya."

Mata Era terpejam dramatis.

"Sebenarnya aku memang bingung harus menyiapkan makan apa untukmu dan kebetulan Oscar menyuruhku untuk membeli semua menu vegetarian. Jadi, ya begitulah."

Era kembali membuka mata dan membuang napas panjang. Diputuskannya untuk tak mempermasalahkan hal tersebut karena semua jelas sudah terlambat. Makanan sudah tersaji di meja makan dan satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah menikmatinya. Untungnya, ia memang merasa lapar dan semua menu itu memiliki rasa yang lezat.

Seth membuang napas lega. Dari ekspresi yang terlihat, dapat ia simpulkan bahwa Era menyukai makanan tersebut.

"Seth, kalau kau mau, kau bisa ikut makan bersamaku," ujar Era sambil melihat semua menu yang tersaji. "Semua ini tak akan habis olehku sendiri."

Seth terkekeh. "Aku bukan vegetarian, Era. Jadi, aku tak bisa makan kalau tak ada daging."

"Oh."

Era hanya manggut-manggut dan lirihan singkatnya menjadi suara terakhir yang terdengar, setelahnya keheningan menyelimuti untuk beberapa saat. Ia hanyut dalam kenikmatan rasa makanan sementara Seth pun kembali memakan camilannya.

Segelas air putih menjadi penutup makan siang Era. Ia mendesah dengan perasaan puas. Perutnya terasa kenyang dan tanpa sadar senyum lebar tersungging di wajahnya.

Seth menyeringai. "Sepertinya, kau menyukai menu pilihan Oscar."

"Pada dasarnya, aku menyukai semua sayuran. Jadi, tak peduli menu apa pun dan siapa yang memilihnya, aku pasti akan memakannya."

"Kau ini," kekeh Seth dengan wajah geli. Disingkirkannya mangkuk camilan yang telah kosong. Ia meraih gelas dan minum sebelum lanjut bicara. "Sepertinya kau masih marah pada Oscar."

"Marah?" Era mendeham dan menggeleng. "Tidak sama sekali. Aku tidak marah padanya, hanya ..." Ia mengernyit ketika berusaha menemukan kata yang tepat. "... terkadang dia membuatku kesal."

"Oh ya?"

Era mengangguk. "Seperti tadi, tiba-tiba saja dia ada di sini. Oh, astaga. Untung aku tidak jantungan saat melihat ia mendadak muncul di depan mata."

Seth tergelak sementara Era sebaliknya. Jadilah ia putuskan untuk menanyakan rasa penasarannya tadi.

"Apa kau tadi menghubungi Oscar? Maksudku, aneh sekali melihatnya tiba-tiba datang. Apalagi di waktu yang pas setelah kejadian di gudang tadi. Ehm. Ataukah sebaliknya? Oscar memang sengaja ingin datang dan kebetulan Gerald berulah?"

Seth semakin tergelak.

"Mana yang benar, Seth?"

Seth menghentikan tawa sebelum menjawab. "Oscar datang memang karena kejadian di gudang tadi."

Era bengong. "Bagaimana mungkin? Dari Sonnet Springs menuju ke sini setidaknya butuh tiga jam perjalanan."

"Helikopter," jawab Seth singkat, padat, dan jelas sembari mengangkat tangan, lalu menunjuk ke atas. "Salah satu alasan mengapa kau tinggal di sini karena The Avalon Gardens menyediakan helipad. Dengan begitu, jarak sejauh apa pun tak akan menjadi masalah untuk Oscar."

Era tak bisa berkata-kata. Ia hanya membuka mulut tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Ia tak mengira kalau Oscar memiliki helikopter yang bisa digunakan kapan saja.

"Aku yakin Oscar mempertimbangkan hal tersebut karena mengkhawatirkan keadaanmu. Persis seperti yang terjadi hari ini."

Kekaguman Era akan helikopter sirna seketika. Tatkala Seth menyinggung hal tersebut, jadilah ia kembali dongkol. "Aku tahu dia khawatir, tetapi tak perlu sampai berlebihan seperti itu. Lagi pula bukankah ada kau di sini? Dia sudah menyuruhmu untuk menjagaku dan kau melakukannya dengan baik. Kau menyelamatkanku di waktu yang tepat."

"Terima kasih untuk pujiannya, Era, tetapi aku tak akan bisa menyelamatkanmu tanpa bantuan Oscar."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah dia yang menghubungiku dan menyuruhku untuk mencari keberadaanmu. Bukan hanya tadi, melainkan yang kemarin juga."

Jadilah Seth menjelaskan semua pada Era. Ia memang menyelamatkan Era, tetapi ia tak akan bisa datang tepat waktu bila bukan karena Oscar.

Seth membuang napas. "Pada dasarnya, ia pasti bisa merasakan kalau ada hal buruk yang akan terjadi padamu. Jadilah dia menghubungiku dan untungnya aku selalu datang tepat waktu."

Era tertegun. Dicernanya penjelasan Seth dengan sebaik mungkin sehingga rasa penasarannya belakangan ini terjawab sudah. Pantas saja Oscar selalu menghubunginya di waktu tepat. Termasuk di antaranya adalah Oscar juga menghubunginya ketika Gerald mencoba melakukan hal buruk padanya di gudang tadi.

Sayangnya, kenyataan itu justru membuat rasa bingung Era yang lainnya. Dirasanya itu sedikit aneh dan tak bisa dijelaskan oleh logika mengingat mereka belum berpasangan. Sebabnya menurut buku yang sempat Era baca, ikatan berpasanganlah yang menjadi jembatan komunikasi antar dua manusia serigala.

Aku dan Oscar belum berpasangan. Lalu bagaimana bisa?

Seth menangkap keganjilan pada ekspresi Era. "Apa ada sesuatu, Era? Mengapa kau tiba-tiba terdiam?"

Era mengerjap, lalu menggeleng sembari bangkit. "Tidak apa-apa, Seth. Ehm. Sekali lagi terima kasih untuk makanannya dan aku ke kamar dulu. Kalau kau ingin melakukan apa pun, sesukamu saja."

Seth turut bangkit, tetapi Era keburu berlari dari sana. Ia hanya geleng-geleng sembari berkacak pinggang. "Kutebak, dia pasti ingin menghubungi Oscar."

*

Tebakan Seth benar. Sesampainya di kamar, Era segera mengambil ponsel. Dihubunginya Oscar dan tak butuh waktu lama, panggilannya pun diangkat.

"Halo, Era. Ada apa?"

Era menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu sebelum menjawab. "Aku minta maaf."

Hening sesaat hingga Era mengira sedang ada gangguan telekomunikasi. Jadilah ia sempat berpikir untuk memutuskan panggilan itu dan menelepon ulang, tetapi ia justru mendengar dehaman Oscar sesaat kemudian.

"Ma-maaf? Ehm. Sepertinya aku sedikit bingung, Era. Itu maaf untuk apa?"

"Kupikir tindakanku sedikit kelewatan padamu," ujar Era tanpa merasa malu untuk mengakui kekeliruannya. Disadarinya bahwa ia memang kekanakan untuk kali ini. "Aku tak tahu kalau sebenarnya Seth bisa menyelamatkanku tepat waktu itu karena dirimu."

"Era."

"Seth baru saja menceritakannya padaku. Dia mengatakan padaku kalau kau menghubunginya dan menyuruhnya untuk mencariku. Itulah mengapa Seth selalu bisa menyelamatkanku di waktu yang tepat. Karena kau."

Oscar mendeham. "Aku senang karena Seth bisa datang tepat waktu."

"Terima kasih, Oscar." Era menarik napas dan kembali mengatakan hal yang sama untuk kedua kali." Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih."

"Sama-sama, Era. Itu bukanlah hal besar. Terpenting untukku adalah kau baik-baik saja."

Era rasakan lidahnya kelu seketika. Paru-parunya jadi sulit menghirup udara dan jadilah ia rasakan sesak di dada. Dibutuhkan waktu beberapa saat untuknya bisa kembali menenangkan diri dalam hantaman sensasi asing yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Kebetulan sekali, ada sesuatu yang ingin pula ditanyakan oleh Era. "Oh ya, Oscar, selain itu ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Apa? Tanyakan saja."

"Aku pernah membaca buku di Perpustakaan Istana dan aku yakin di sana tertulis bahwa ikatan berpasanganlah yang menjadi penghubung antara dua manusia serigala."

"Kau benar dan aku senang kau sungguh membacanya."

Bukan hal aneh. Era memang suka membaca. "Jadi, bagaimana mungkin kau bisa mengetahui ada hal buruk yang akan terjadi padaku sementara kita belum berpasangan? Itu terdengar mustahil."

"Tidak pernah ada yang mustahil untuk seorang alpha, Era."

Jawaban lugas itu membungkam Era. Ia mengangguk berulang kali dan teringat bahwa di buku lainnya jelas tertulis beberapa kelebihan alpha, salah satunya adalah insting yang lebih kuat.

"Jadi, itu saja yang ingin kau tanyakan?"

Era tersadar bahwa saat itu masih siang. "Oh, maaf. Aku pasti mengganggu pekerjaanmu."

"Tidak, Era. Bukan begitu. Maksudku, mungkin kau ingin menanyakan hal lain. Lagi pula kau tidak akan pernah mengganggu pekerjaanku. Sebaliknya, aku senang kau menghubungiku."

Era yakin itu, tetapi tetap saja perasaannya jadi tak enak. Bisa saja Oscar sedang rapat atau bertemu dengan klien penting, jadilah telepon darinya mengganggu. "Baguslah, tetapi aku yakin kau masih punya banyak pekerjaan. Jadi, silakan kau lanjutkan dan ...."

Era menggigit lidah. Ada sedikit keraguan muncul di benak.

"Era?"

Era memejamkan mata. Teringat olehnya jiwa serigala Oscar yang sedih dan ia menyerah. "Seth memang menyelamatkanku, tetapi faktanya adalah kau yang memberi tahu padanya kalau ada hal buruk yang akan terjadi padaku. Jadi, sebenarnya kaulah yang menyelamatkanku, Oscar."

"Era."

"Persis seperti malam itu. Philo juga menyelamatkanku karena perintah darimu. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa kau tak berguna."

Hening kembali. Oscar tak mengatakan apa-apa hingga membuat Era bertanya di dalam hati, apakah kata-katanya ada yang salah?

"Oscar? Mengapa kau diam? Apakah ada yang salah dari perkataanku?"

Dehaman Oscar terdengar lebih berat. "Ehm. Era, sebenarnya apa maksudmu?"

"Aku tak bermaksud apa-apa," jawab Era dengan nada sedikit ragu. Sejujurnya ia tak terlalu mengerti maksud pertanyaan Oscar. "Aku hanya tak ingin kau menyalahkan dirimu sendiri sementara kau telah melakukan banyak hal untukku."

"Era." Suara Oscar terdengar lebih berat lagi. Bahkan embusan napasnya pun terdengar jelas sedang terengah-engah. "Kutanya padamu, apakah kau ingin mengajakku berpasangan saat ini juga? Kalau ya maka aku akan langsung kembali ke Celestial City."

Era terkesiap. Sontak saja wajahnya berubah horor. Ia terlambat menyadari bahwa jalan pikiran Oscar dan dirinya berbeda. Susah payah ia memberanikan diri untuk menenangkan Oscar dan jiwa serigalanya, tetapi Oscar malah menanggapinya dengan sudut pandang yang berbeda.

"Dasar pria gila!"

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top