EXTRA PART "The Sparks in Stapleton"
Stapleton, Staten Island, New York
Stapleton terlihat seperti belahan dunia yang lain meski masih bagian dari New York. Tak ada gedung-gedung tinggi, jalanan licin dan sepi jika hujan turun. Kabel-kabel listrik dan entah apa berseliweran di atas kepala. Aroma asin air laut membuat udara terasa kering di kulit. Orang-orangnya berpakaian sederhana, berwajah murung dan selalu tampak kaget saat disapa oleh pelanggan. Saat aku menginjakkan kakiku pertama kali keluar dari rumah Ed, aku merasa seperti tokoh kelam dalam kisah-kisah young adult tentang remaja-remaja pencari jati diri di daerah-daerah pinggiran Amerika Serikat. It's a good neighborhood, kata Ed, tapi menurutku ini lingkungan yang gloomy dan pesimis. Mungkin lingkungan yang cocok untuk merawat orang tua yang sakit.
Maaf-oh, ya Tuhan, Lita-maksudku bukan begitu.
Pokoknya secara garis besar, ini bukan yang kubayangkan sewaktu aku mendengar Edward tinggal di New York.
Kembali ke pembahasan awalku saja. Kadang aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya Ed pikirkan tentangku? Apa ini karena aku sahabat dari putranya, atau memang dia menganggap semua wanita di ujung 20-an seperti gadis remaja yang belum sepantasnya mengenal cinta, dan... yah... seks? Dia selalu tergeragap jika aku mulai membicarakan hal-hal yang berbau seksual. What? Aku sudah hampir 30 tahun, lho sekarang.
Dia pernah bilang karena usiaku nyaris sama dengan Mike, dia kesulitan melihatku selain seperti putrinya sendiri. Aku mendiamkannya selama satu minggu sampai dia meralat ucapannya. Sejak itu aku mulai bisa membujuknya untuk telanjang di depan kamera. Aku sudah telanjang duluan jauh sebelumnya, Ed memarahiku. Katanya, apa aku tidak tahu betapa bahayanya mengirimkan foto sensual sembarangan? Kubilang, aku tidak mengirimkanya secara sembarangan, dasar orang tua bodoh (aku tidak mengucapkan bagian ini, aku mengatakannya di dalam hati) aku mengirimkannya pada kekasihku yang terpisah jarak ribuan mil jauhnya. Kalau dia tinggal di kota yang sama denganku, aku tidak perlu susah-susah berpose seksi, aku akan membuka bajuku di depannya. Sewaktu kami bertemu dan akhirnya dia setuju sudah saatnya kami bercinta, Ed menjerit dan berguling menjauh sewaktu aku berniat memasukkan penisnya ke dalam mulutku.
Mengingat kemungkinan aku akan kembali ke Kanada minggu depan, lalu jadwal kami bertemu lagi paling cepat saat Natal atau tahun baru (itu juga kalau Mike dan Nad tidak ke US membawa bayi kecil mereka yang saat itu kira-kira sudah berusia beberapa bulan. Kalau mereka datang, entah kapan aku akan bisa bertemu lagi dengan Pak Tua itu) lama-lama aku jadi sama pesimisnya dengan kota ini mengenai keberhasilan hubungan kami.
Do Not Make Sound. Mike On The Phone
Aku merobek secarik kertas yang ditempelkan di pintu depan itu dengan kesal, kemudian memutar ke pintu belakang yang juga merupakan pintu kamar tidur utamanya. Ed biasanya menerima telepon di ruang tamu, atau ruang makan yang dekat dengan dapur.
Rumah ini memiliki satu kamar utama dan dua kamar tamu dengan satu kamar mandi. Dapur terletak di sisi kiri pintu masuk, terlihat dari ruang tamu dan ruang makan. Di sudut kanan di balik kamar utama terdapat working space, tempat Ed menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pasca pensiun jika dia tidak seharian nongkrong di kafe bacanya.
Kafe bacanya lumayan ramai, ngomong-ngomong. Mungkin, lain dari NYC yang sibuk, orang-orang Stapleton masih suka duduk-duduk mengobrol sambil minum kopi dan menumpahi halaman buku yang paling-paling hanya bisa mereka baca selembar-dua lembar karena lebih asyik bergosip. Namun, secara mengejutkan, kafe nostalgia itu mendatangkan cukup banyak uang. Tembikar-tembikar dan nielloware yang kami buru di Thailand dulu masih terpajang di sana. Orang-orang berfoto di dekatnya. Rupanya, untuk pengunjung berumur, mereka tidak hanya peduli pada diskon buku saat berkunjung di kafe baca seperti dugaanku dulu. Aku pernah mengungkapkannya sekali pada Ed mengenai ini dan dia menguliahiku panjang lebar mengenai pentingnya menghargai tujuan seseorang selain melulu tentang uang, uang, dan uang. Blah. Blah. Blah.
Ed masih sangat cerewet, dasarnya orang tua, tapi dia orang tua yang sangat menggemaskan. Aku sebenarnya suka sekali mendengarnya mengoceh, tapi lebih suka membungkamnya dengan mulutku saat telingaku tak tahan lagi menerima ocehannya. Sayang, hal seperti itu tak bisa kulakukan saat kami berhubungan jarak jauh. Ini adalah satu-satunya kesempatan kami setelah sekian lama berpisah. Aku menghabiskan banyak uang untuk mengejutkannya dengan kehadiranku yang tiba-tiba dua minggu lalu semata-mata karena aku ingin menikmati sebanyak mungkin momen bersamanya. Akan tetapi setiap hari ada saja yang mengganggu kami. Selain Ed banyak mengikuti perkumpulan orang-orang tua dan memaksaku tinggal di rumah karena belum siap memperkenalkan kekasih yang seusia putranya, kebersamaan kami juga sering diganggu oleh panggilan-panggilan Mike. Entah dia melakukannya sepengetahuan Nad atau tidak, tapi aku sering merasa dia sangat keterlaluan merongrong Ed. Setelah tak bisa memaksa Ed bicara mengenai hubungannya denganku, dia terus mendesak supaya Ed mengaku bahwa saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita.
Maksudku... kenapa itu begitu penting baginya kalau teman tidur Ed bukan aku?
Ayahnya sudah dewasa, seharusnya Mike tak perlu penasaran begitu. Memang apa pedulinya Ed tidur dengan siapa? Bahkan kalaupun dia tahu Ed berhubungan seksual denganku (yang sebenarnya sudah kami lakukan meski untuk sampai ke sana membutuhkan perjuangan meyakinkan yang panjang, alot, dan nyaris membuatku putus asa) memangnya dia punya hak melarang kami? Ed juga nggak konsisten. Dulu dia bilang, kecuali Mike menaruh hati padaku, dia akan mengabaikan keberatannya. Sekarang mana buktinya? Mike sudah hampir jadi ayah, tapi Ed tidak pernah mau mengakuiku. Dia malah selalu menyuruhku bersembunyi setiap kali Mike menelepon.
Awalnya aku cukup bahagia dengan hubungan kami yang kembali terjalin. Berdua saja sudah cukup. Aku bukan anak kecil yang mendambakan pengakuan. Asal dia tidak lari dariku seperti dulu, aku cukup puas memilikinya seorang diri.
Akan tetapi... setelah kami melangkah lebih jauh... benarkah aku bisa cukup berpuas diri dengan semua ini?
Entahlah. Aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Aku percaya suatu hari Ed akan lelah terus bersembunyi, tapi benarkah? Kami terpisah ribuan mil jauhnya dengan Mike. Lain dengan dulu saat kami harus kucing-kucingan, kali ini kami bebas ke mana saja tanpa harus berusaha keras berkelit dari putranya. Apa sulitnya menyembunyikanku beberapa menit di dalam kamar tiap kali Mike menelepon, betapapun seringnya? Kapan Ed akan letih? Apakah dia akan letih? Saat ia letih itu, apa dia akan meresmikan hubungan, atau justru menjauh seperti pengecut?
Oh... Lita... mengutip istilah yang sedang populer di Indonesia akhir-akhir ini, kurasa aku sudah jadi bucin. Budak cintanya Ed. Apapun keputusannya selalu kuterima asal aku masih bisa terus bersamanya.
Aku memandangi wajah letihku di cermin sebelum menanggalkan mantel dan sepatu boot yang seharusnya disimpan di dekat pintu utama. Another day kalau pintu itu kosong tanpa peringatan, dia akan mengomel kalau aku masuk lebih dari lima langkah tanpa menyimpan boot dan menggantinya dengan sleeper. Semua peraturan yang dibuat Ed akan berubah jika dia bilang begitu. Sungguh menyusahkan. I deserve much easier love. Benar, kan? Lalu sekonyong-konyong aku merasa nggak ada artinya juga aku di sini. Ed nggak pernah mengakuiku.
Aku ingin Ed segera meresmikan hubungan. Hubungan kami memang sudah resmi, tapi seluruh dunia ini nggak ada artinya bagi Ed jika dibandingkan dengan Mike. Sebelum Ed sudi mengumumkan hubungannya denganku di depan Mike, hubungan kami nggak akan cukup resmi baginya. Sementara dalam hubungan ini, dialah sang pusat tata surya.
"Nggak dingin di sana, Dad?" aku mendengar suara Mike yang dipasang dalam moda pengeras suara.
"Dingin, barusan hujan," Ed menjawab.
"Oh... lalu mana sweater merah andalan yang selalu Papa pakai di Stapleton?"
Ups. Sweater merah marun yang dibicarakan Mike baru beres di-laundry. Beberapa malam lalu aku mengenakannya melapisi tubuhku yang telanjang bulat, lalu Ed tergoda dan menyelinap di dalamnya. Kami bercinta, muncratan sperma Ed tercecer di sana saat ia menarik lepas pengamannya. Thanks, Mike, aku jadi ingat untuk cepat-cepat memakainya sebelum didului Ed. Kami sangat menyukai sweater itu dan tak jarang memperebutkannya.
"Hey! Did I just saw someone moving behind you?" Mike berseru, melupakan sama sekali pertanyaannya tentang sweater merah marun. "There. Di balik tirai pintu kamarmu, Dad."
Oh, sial.
***
HOW TO CONTINUE READING
Itu adalah sedikit cuplikan bagian tengah extra part The Age Between Us. Setelah TABU jadi novel, aku lihat cukup banyak pembaca yang merasa kurang puas sama endingnya sebab menurut Ed-Lita nggak jelas jadian lagi apa enggak. Sebenarnya aku heran, nggak jelasnya di mana? Wkwkwk... mungkin balikannya lagi kurang banyak adegan barengnya kayak novel-novel lain dengan extra part melimpah?
Bisa jadi.
Nah... berhubung aku juga pengin bikin lanjutan kisah mereka, toh memang masih ada yang mengganjal tentang hubungan Ed-Lita-Mike ini, maka jadinya The Sparks in Stapleton.
Part ini exclusive diKaryakarsa.com/kincirmainan
Ini rate-nya 18+ banget ya... jadi kalau kamu belum 18+ nggak usah baca dulu, yaaa!
Ada 2 paket dukungan untuk akses baca cerita ini
1. Reunion Project 3 The Age Between Us, The Sparks in Stapleton (BACA AJA) yang bisa diakses dengan memberi dukungan sebanyak 15K
Di sini kamu hanya bisa membaca lewat web/ aplikasi karyakarsa. Jumlah kata sebanyak kurleb 8k kata, atau sekitar 60 halaman novel dengan ukuran A5
2. Reunion Project 3 TheAge Between Us, The Sparks in Stapleton (DOWNLOAD PDF+BACA) yang bisa diaksesdengan memberi dukungan sebanyak 20K
Di sini kamu bisa unduh PDF dan bisa kamu baca kapan saja, file jadi milik kamu asal kamu janji nggak menyebarkannya. Untuk mengaksesnya, akan ada password yang bisa kamu dapatkan setelah memberikan dukungan.
Bukan hanya itu, kalau kamu malas baca download-an pdf tapi tetap ingin menyimpannya, kamu tetap bisa baca langsung di aplikasinya, lho
Dua paket itu isinya SAMA, ya, hanya beda bisa disimpan file-nya dan cuma akses baca saja.
Untuk selanjutnya, aku juga akan bikin extra part tokoh-tokoh dalam ceritaku di Karyakarsa.com lho... jadi silakan ikuti akunku di sana, ya...
Okay, untuk yang tertarik, silakan ikuti cara ini, ya.
TAMBAHAN INFO PER AGUSTUS 2022 TENTANG DUKUNGAN DI KARYAKARSA
Buat kamu yang belum tahu, sekarang dukung karya di karyakarsa kalau lewat aplikasi, harus top up saldo koin dulu. Koinnya juga cukup mahal.
SOLUSINYA:
1. Buka akun karyakarsaku lewat web (Browser, kayak google chrome, atau browser yang ada di Hp atau laptopmu.) Link Karyakarsaku ada bio wattpad/ instagram.
2. Lakukan dukungan via web saja. Setelah dukungan kamu lakukan, baru baca di aplikasi (atau langsung di web juga nggak apa-apa)
3. KENAPA?
Sebab, di web kamu masih bisa mendukung per part dengan Rupiah menggunakan e-wallet (Shopeepay, DANA, OVO, transfer bank, dsb) seperti biasa.
Di WEB kamu juga bisa TOP UP saldo koin dengan harga jauh lebih murah dan sesuai konversi 1 koin=100 rupiah
Jadi di aplikasi, kamu kalau beli 200 koin (Senilai 20ribu rupiah) itu seharga 29ribu rupiah. Di web, harganya tetap 20ribu rupiah.
Jadi saranku, supaya kamu tetap bisa akses karyaku dengan mendukung sesuai harga yang kuberikan, dukunglah via web saja. Atau kamu bisa beli koin di web, lalu koin itu bisa dipake beli via aplikasi, dan kamu bisa baca di aplikasi.
Terima kasih,
Kin
1. Langsung ke web Karyakarsa.com terus cari username-ku Kincirmainan.
Atau kalau nggak mau download, langsung ke link ini: karyakarsa. com/ kincirmainan.
Link aku share juga di bio Wattpad-ku
Lebih enak lagi kalau kamu ke aplikasinya, ya? Daftar, login, terus ikutin aja cara mainnya di sana. Kenapa? Siapa tahu nanti aku mau bikin additional part lagi, atau malah menjual ebook buku-bukuku di sana, kamu langsung bisa dapat pemberitahuan.
2. Cari akunku: kincirmainan
3. Pilih karya, cari Reunion Project, dan pilih cerita yang mau kamu beli
4. Klik tanda biru berisi nominal harga
5. Kamu bisa memberiku tip lho untuk tanda sayang ke aku. Hihi
6. Pilih Metoda pembayaran yang banyak banget ini, terus klik konfirmasi pembayaran
Selain di Screenshot ini,kamu bisa membayar juga di Alfamart, atau Indomaret
8. Ini contoh kalau kamu bayar via Shopeepay, tinggal lanjutin aja, deh.
Itu ilustrasi aja ya
9. Setelah kamu berhasil mendukung, kamu akan bisa membuka halaman khusus pendukung. Password ada di bagian halaman yang hanya bisa diakses oleh pendukung itu, ya!
Selamat membaca.
Love,
Kin
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top