Prolog
Mimpi hadir dalam kekosongan
Hasrat hadir dari belenggu harapan
seperti berjalan di atas pematang berduri
dalam sejarah esoteris yang seri
semua kosmis telah tertata rapi
hadirkan sejuta deraan sepi
bara api kembali membakar nadi
Hidup manusiawi berlangsung dalam pertemuan dua irama yang bagaikan pasang surut. Ganti-mengganti, ia harus keluar dari dirinya sendiri untuk melampaui batas dan mimpi. Dua irama itu terdiri dari remah-remah akal budi dan cinta kasih seorang manusia. Untuk mereka yang seutuhnya manusia dan manusiawi.
Di sini aku hidup. Di dimensi Bumi, dalam bingkai peradaban yang lebih maju dari sebelumnya. Tidak ada lagi kata manusiawi untuk keluarga dan diriku sendiri. Manusia telah bertransformasi seiring berjalannya waktu bersama penemuan-penemuan barunya. Bagiku, kini manusia tidak lagi bisa dianggap manusiawi.
Ayah angkatku adalah seorang yang kejam. Dia tidak pernah menerimaku sebagai anaknya. Dia sangat membenciku bahkan sering menyiksaku. Apalagi sejak ibu angkatku meninggal lima tahun yang lalu.
Aku sangat menderita
Akhirnya, hidupku berubah seratus delapan puluh derajad. Namun, aku sangat bersyukur karena aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan ayah angkatku sekarang. Sejak aku berumur lima belas tahun aku mulai meninggalkan rumah besarku. Aku mulai belajar menghadapi hidupku sendiri. Mencoba menemukan bukti-bukti kehidupan.
Sudah lama sekali. Hidup adalah perubahan yang tiada batasnya.
“Ferre, sudah waktunya,”
Aku menuruti suara itu. Melangkah bersamanya untuk mencapai keteduhan rasa itu. Membantunya menggapai mimpi dan mencari jati diri.
.
.
.
Fatma Cahaya
Direvisi Kam, 13 Jan 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top