Keping 5 Beruang Grizzly

Keesokan harinya...

Aku bangun agak siang. Sehingga aku berangkat pukul 06.20 am. Kulirik jadwal hari ini untuk kesekian kalinya.

Hari Selasa
Pembinaan wali kelas
Pelajaran menembak
............
Sejarah
............
Mantra dasar
Pengendalian

Yaelah...Padat amat! Amat aja nggak padat!!
Ups! Hehehe...

Hari ini aku berangkat dengan lari pagi. Di tengah perjalanan aku melamun seperti biasanya

Setelah melewati sebuah jembatan, aku langsung belok tajam ke arah kanan.

Tiba-tiba aku hampir menabrak seseorang dari belakang...

Aku memelankan lariku.

Aku mendahului seorang laki-laki bertubuh tinggi, alis tipis, dan hidung mancung. Sayang, wajahnya acak-acakan dan terlihat tidak tidur semalaman. Hampir saja ditertabrak!

Dia berasal dari sekolah yang sama denganku jika dilihat dari seragamnya.

Aku tidak peduli dan meneruskan joggingku yang terganggu.

***

Sampai di dalam kelas...

Tempat duduk sudah penuh. Sepertinya mereka diatur untuk duduk laki-laki dan perempuan. Aku mendengus kesal.

Tiba-tiba seorang laki-laki melambaikan tangan ke arahku. Laki-laki itu menunjuk bangku kosong di sampingnya. Hanya tempat itu yang kosong.

Baiklah aku duduk di sana. Untung saja tempatnya adalah meja nomor dua dari depan. Kalau tidak aku akan sulit memperhatikan.

Aku pun menempati bangku kosong itu. Pria di sampingku senyam senyum nggak jelas.

"Hai, kenalin namaku Jimmy Andriano Nathaniel, panggil aja Jim. Nama kamu siapa?" sapa Jim kepadaku.

"Namaku Ferrenicha Venus Camelia, panggil Ferre. Salam kenal," kataku kepada pria cakep bermata biru safir ini.

Dia tersenyum lagi. Menampilkan deretan giginya yang putih dan lesung pipitnya yang menggemaskan.

Hiiii.... Dasar bikin merinding!

Tak lama kemudian, datang seorang guru yang cantik

"Hai, pagi anak anak...," kata wanita cantik bertubuh tinggi itu.

"Pagi...Bu...," jawab kami serentak.

"Perkenalkan, ibu adalah Miss Alice. Saya adalah wali kelas kalian. Saya juga guru untuk pelajaran Sosial di sekolah ini,"

***

"Hai, selamat pagi anak anak. Saya Mr. Grizz, guru pelajaran menembak. Hari ini saya ingin menguji kemampuan menembak kalian. Hari ini kalian menembak tanpa kekuatan sihir," kata Mr. Grizz dengan senyum mengerikan.

Kemudian, Mr. Grizz menjentikkan jari. Dalam sekejap dinding dan lantai ruang kelas berputar berpilin dan berubah menjadi arena menembak.

Di setiap dinding terpajang ratusan senapan laras panjang dan pistol tangan.

Wuuiihh...gila! Pantas saja kalau sekolah ini sekolah terbaik!!!

Mr. Grizz menjentikkan jarinya sekali lagi. Dan tak terasa kami telah memegang sebuah pistol tangan.

Kuamati baik-baik. Pistol ini adalah pistol Colt 1911. Wuih, keren.

Pistol Colt 1911 adalah pistol yang dibuat oleh John Browning. Dapat diisi dengan 7 butir peluru dengan kecepatan tembak 1225 kaki per detik.

Memang benar kalau pistol ini adalah buatan jaman dulu banget. Tapi, kemampuan dan kenyamanan penggunaannya tidak bisa dianggap sepele.

"Anak-anak, di dalam pistol itu ada 3 butir peluru. Kalian harus menembak di sasaran tembakan itu. Kalian punya kesempatan menembak tiga kali," kata Mr. Grizz.

Mr. Grizz mulai memanggil kami satu persatu.

"Alfa Knight Mars," panggil Mr. Grizz.

Oh, jadi Alfa itu absen nomor pertama. Pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan bermata biru azure itu terlihat menawan.

Aku tidak bohong.

Dia lewat di depanku lalu melirik tajam ke arahku. Apa salahku? Bahkan aku belum pernah bicara.

Mungkin yang diceritakan bapaknya kemarin itu benar. Dia dendam padaku.

Bukankah seharusnya pada Zohrah?

Dia mengambil posisi pada jarak yang telah di tentukan yaitu 10 meter. Dia bergaya seolah dia adalah penembak profesional. Aku semakin benci melihatnya. Apalagi...

Kyaaa...
Kkyyyaaaa...
Kyaaaaaaaa....

Teriakan cewek-cewek penggemarnya itu. Menyebalkan.

Dor!
Dor!!
Dor!!!

Tiga tembakannya mengenai tepat sasaran. Yaitu pusatnya persis. Aku sampai melongo takjub dengannya.

Apalagi para penggemarnya itu!
Kyaaa...
Kya...
Kyaaaa...

"Hei! Tutup mulut kamu itu! Bisa-bisa aku kesedot ke dalamnya, hahaha," kata Jim yang entah sejak kapan ada di samping kananku.

"Humph! Ngagetin aja sih! Aku tadi cuma kaget tahu!" kataku ketus.

"Hahaha ok ok, jangan marah," kata Jim yang masih senyam senyum nggak jelas.

Selanjutnya...
Nomor urut 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,...

"Ferrenicha Venus Camelia," teriak Mr. Grizz.

Aku maju dengan tubuh bergetar. Gila!!!
Aku baru sadar 10 meter itu jauh!
Penglihatan mata normalku terlalu buruk! Aku tidak boleh memakai mata merahku!!

Huwaaa... Gua pingin nangis.

Benar-benar kabur!

Aku menghirup napas dalam-dalam.

"Aku mengawasi tiap jengkal pergerakanmu!" teriak Mr. Grizz mengancam.

Dan...

Dor!
Tembakanku mengenai lingkaran paling luar.

Hahaha...

Terdengar beberapa anak tertawa.

Dor!!
Hampir dekat dengan pusat!

Kembali kuhirup napas dalam-dalam. Kupusatkan indera penciumanku itu. Indera pertama yang terbentuk saat kita masih janin.

Aku membaui bekas tembakan tadi. Mungkin beberapa centimeter lagi, aku akan tepat di pusat.

Dor!!!
Tepat sasaran.

Aku menghela napas. Lega sekali.

"Nona Ferre! Buruk sekali tembakanmu! Anak yang masuk ke sini seharusnya sangat jitu!," teriak Mr. Grizz mengagetkan dan sekaligus membuatku marah.

"Hei! Jika saja kau memperbolehkanku memakai sihir, aku bisa menembak dalam jarak 1km! Mataku normal itu daya penglihatannya buruk!" teriakku tak kalah keras. Mataku masih abu abu.

"Jadi, murid baru sepertimu berani membangkangku! Hah!!? Akan kuberi hukuman!" teriak Mr. Grizz dengan wajah merah padam.

"Apa hukumannya? Hah?!" teriakku menantangnya.

"Oh, jadi begitu. Kau menantangku? Ayo kita lakukan menembak sebagai sniper dengan tembakan terjauh!"

"Satu hal lagi Mr. Grizz, bagaimana dengan sasaran bergerak?" tanyaku dengan wajah menantang.

"Ok, lalu aku ingin tahu seberapa tangguh sihirmu! Kita lakukan setelah aku menilai semua anak,"

Aku kembali ke tempatku semula. Para siswa melihatku dengan tatapan aneh. Apalagi dengan Alfa itu.

"Berani juga kau," komentar Jim padaku.

"Sepanjang sihir diperbolehkan," kataku tersenyum.

Empat puluh menit kemudian...

"Nona Ferre, pilih senjata yang kau inginkan!" perintah Mr. Grizz.

Aku melihat lihat senjata senapan laras panjang. Aku menemukan sesuatu yang menarik. Senapan laras panjang Barret Model 99.

Aku mengambilnya. Tak berat sama sekali. Wow, desainnya keren. Aku tersenyum puas dengan pilihanku.

Kulihat Mr. Grizz memegang senapan laras panjang juga.

"Jadi, kau memilih Barret? Jangkauannya hampir 1,6 mil bila di pegang oleh orang yang profesional. Kalau milikku ini Big Mac. Jangkauannya yah sangat jauh kalau aku yang pegang," kata Mr. Grizz tersenyum sombong.

Miliknya adalah Mcmillan Tac 50. Big Mac yang memiliki 50 kaliber dan pernah memecah rekor dunia untuk tembakan terjauh.

Bentuknya tak kalah keren.

Mr. Grizz menjentikkan jari. Kelas berubah menjadi arena terbuka.

"Nona, kau lihat orang orang hitam yang sangat jauh itu? Itu target. Siapa dari kita mendapat target terbanyak dengan jarak terjauh dialah pemenangnya, bagaimana?" tanya Mr. Grizz padaku.

Aku mengangguk mantap. Mataku mulai merah menyala-nyala. Sepertinya Mr. Grizz juga sadar akan itu.

"MULAI!!!" teriak Mr. Grizz.

Aku langsung merebahkan diri dan mencari sasaran terjauh.

Sedangkan Mr. Grizz mencari tempat yang nyaman dan agak jauh dariku. Sepertinya Mr. Grizz butuh ketenangan besar untuk konsentrasinya.

Mataku mulai mendeteksi sasaran. Sasaran terjauh saat ini berada 1km.

Dor!

Aku mengantongi satu km. Sasaran-sasaran itu terus bergerak menjauh. Aku mengincar yang 1,5km tapi...

Dor!
Mr. Grizz mengambilnya.

Ok. Aku mengalah.

Dor!
Dor!

Aku menembak dua sasaran yang berada di jarak 2,5 km. Sasaran itu dekat jadi aku menembak keduanya.

Dor!

Mr. Grizz menembak sasaran di jarak 2,5 km. Kulihat wajahnya dari jauh. Dia terlihat cemberut itu membuatku semakin semangat.

Aku mulai berdiri dengan mata merah menyala.

Dor! Mr. Grizz menembak sasaran di jarak 3 km.

Tinggal lima sasaran yang masih bergeraak menjauh.

Aku tersenyum.

Dor! 4km
Dor!! 4km
Dor!!! 5km
Dor!!!! 5,5km

Semua siswa yang menonton melongo.
Termasuk Mr. Grizz.

Dor! Jarak terjauh yang ku bisa 6km.

Mr. Grizz mendekatiku dan menatapku dengan tatapan membunuh.

"Aku akui! Kamu hebat! Tapi tanpa sihir kau tidak ada apa-apanya!" bentak Mr. Grizz di depanku.

"Terserah bapak!" kataku pelan.
Aku ingin mengalah pada sesosok Beruang Grizzly dalam bentuk manusia di depanku ini.

Teng! Teng! Teng!

Bel istirahat berbunyi nyaring. Jim mengajakku keluar ke cafetaria. Aku mengikutinya di belakang.

"Ayo dong, jangan dipikirin. Mr. Grizz emang gitu kayak...kayak apa ya?" kata Jim menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kayak Beruang Grizzly," kataku.

Jim tertawa terbahak-bahak. Aku hanya tersenyum sesaat.

Di cafetaria...

Aku makan sandwich dan jus alpukat sedangkan Jim jus mangga dan pizza.

"Re, Si Alfa kok liatin kamu terus ya dari tadi? Tatapannya serem lagi," kata Jim setengah berbisik.

"Gak apa apa kok. Kami cuma punya masalah kecil," jawabku santai.

"Masak sih?" tanya Jim cerewet.

"Astaga iya!!! Aku lagi makan Jim! Jangan ganggu!!" bentakku pada Jim.

Dia senyam senyum sendiri sambil menatapku.

"Eh, lu gila ya? Senyam senyum!" tanyaku sebal.

"Enak aja! Cakep cakep gini dibilang gila, aku cuma pengen tahu masalah kamu dengan Alfa," kata Jim yang memelankan suara saat diakhir kata.

"Alfa punya dendam sama aku, Jim," kataku berbisik.

Dia mengangguk angguk seolah mengerti. Aku menyerah deh sama orang cerewet dan kepo di depanku ini.

***

Hai readers...
Ayo dong bantu vote, komen dan sarannya!!!

See you next part...

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top