Keping 10 Murid Baru
Pagi ini aku berangkat sekolah bersama Agas. Kami berdua berjalan beriringan. Wajah masam Agas tampak menyebalkan.
Seperti biasa, entah apa yang dilakukannya tadi malam hingga bangun kesiangan dan bilang kecapekan.
Aku jadi risih saat berangkat bersamanya.
Di jalan aku dan Agas diselip oleh mobil mewah yang memiliki aura aneh. Ada sesuatu yang membuatku merinding hanya dengan menatap mobil itu.
Ah, sudahlah tak penting memikirkan hal itu.
***
Beberapa menit kemudian...
Aku dan Agas sampai di sekolah. Kulihat mobil mewah tadi terparkir di tempat parkir sekolah.
Aku menjadi sangat curiga.
Agas yang tadinya tak peduli pun juga ikut mengernyit curiga saat melihat mobil itu.
Aku tak peduli dan langsung menyeret Agas untuk segera pergi menjauh dari mobil yang horor itu.
Agas pergi ke kelas C sedangkan aku langsung masuk ke kelas A.
Di dalam kelas...
Jim melambaikan tangan ke arahku. Dia terlihat sedang berbicara dengan Sie dan dua orang lainnya yang belum kukenal.
Aku pun segera mendekati mereka.
"Hai, aku Aurelia Aurita Auriga. Panggil saja Aurel," kata seorang wanita yang mengajakku berkenalan.
"Namaku Chiba Rigel Antares, panggil saja Chiba," kata laki-laki di sebelah Aurel.
"Hai juga, aku Ferrenicha Venus Camelia. Panggilnya Ferre saja, salam kenal," balasku sambil menyalami keduanya.
"Ferre, kamu tahu tidak kalau kemarin sore Carina Nilandari dari kelas 1B meninggal. Dia meninggal tanpa sebab," ucap Aurel padaku.
Aku sangat terkejut dengan perkataan Aurel.
"Bagaimana bisa? Apa kondisinya seperti Peter yang juga meninggal kemarin?" tanyaku.
"Ya, kondisinya hampir seperti Peter. Dia seperti tercekik. Ada bercak keunguan di lehernya," lanjut Sie.
"Bukannya kemarin itu di lehernya Peter bercak-bercaknya warna biru?" tanya Jim mengingatkan.
"Berarti orang yang membunuhnya berbeda?" tanya Aurel penasaran.
"Tidak juga, kemungkinan dia hanya mengecoh kita agar kita menyangka kalau pembunuhnya berbeda," kataku mencoba mencari hipotesis lain.
"Sepertinya yang dikatakan Ferre benar. Pengguna panah sihir biasanya orang istimewa, atau spesial. Tidak semua orang bisa melakukan teknik panah sihir. Apalagi yang beracun tingkat tinggi seperti itu," Chiba ikut berbicara.
"Chiba bisa saja benar, racunnya saja sangat kuat. Peter mati dalam 7,3 menit," kataku membenarkan Chiba.
Kami terdiam sejenak merenung pikiran kami masing-masing.
Bel berbunyi. Semua siswa langsung masuk ke kelas masing-masing dan duduk.
Aku menoleh ke arah seberangku, tempat di mana bangku kosong milik Peter.
Hari ini Miss Anita mengajar jam pertama.
Langkah kakinya mulai memasuki kelas. Namun, dia tak berjalan sendiri. Dia berjalan bersama seorang perempuan seumuran kami.
Iris matanya berwarna ungu cerah. Rambutnya berwarna hitam panjang bergelombang. Wajahnya terlihat imut.
"Anak-anak, perkenalkan ini murid baru kita namanya Kohina Nanakusa. Dia akan menjadi teman kalian di kelas 1A ini. Semoga kalian berbaik hati dengannya," kata Miss Anita memperkenalkan murid baru itu.
Aku mulai berkeringat dingin saat Kohina menempati tempat duduk di seberangku. Aura dibalik wajah imutnya sangat menyengat.
Aku pun mengaktifkan indera keenamku. Mataku mulai merah. Dan saat itulah aura mengerikan milik Kohina terlihat.
Perlahan aku menoleh ke arah Kohina. Aku langsung terperanjat kaget. Seolah kejang-kejang, aku langsung menutup mataku dengan erat. Selain itu, aku juga mencengkeram bahu Jim kuat-kuat.
Jim hanya menunjukkan wajah bingung.
Mungkin yang aku lihat adalah hal pertama yang mengerikan dari segala jenis iblis yang pernah kutemui.
Diukur dari kekuatan dan aura milik iblis itu, iblis itu tak mudah untuk dikalahkan. Iblis itu kuat.
Aura dan kekuatan Kohina juga sangat hebat. Dia pastilah hampir setara dengan guru-guru di sini.
Tapi, yang paling mengerikan tetaplah iblis di belakang punggung Kohina.
Siapa sebenarnya Kohina?
Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Sampai-sampai sama sekali tidak memperhatikan Miss Anita.
Sejenak kuhembuskan napas. Menatap wajah bingung Jim lalu menatap Miss Anita yang berada di depan kelas.
Criiiing!!!!!
Tiba-tiba semua gerakan terhenti. Waktu tak berjalan sama sekali. Aku kebingungan keringat menetes pelan di pelipisku. Apa yang terjadi? Siapa yang memanipulasi waktu?
Aku menoleh ke arah Kohina, dia mematung seperti batu seperti teman-temanku yang lain. Bahkan si iblis mengerikan di punggungnya juga mematung tak bergerak sama sekali.
Aku pun berdiri dari tempat duduk menatap sekitar. Hanya aku yang bergerak.
Nah, ketika itulah baru aku sadar ternyata yang memanipulasi waktu adalah diriku sendiri. Hal ini dipicu adanya kondisi jiwaku yang sedang rumit.
Akhirnya aku memeriksa Kohina, sungguh kemampuan manipulasi waktu ini sangat membantu dan aku juga baru tahu kalau diriku memiliki kemampuan ini.
Jika di hitung dengan waktu normal, mungkin aku telah memeriksa Kohina selama 4 jam, hasilnya nihil.
Waktu aku telah hampir putus asa dan menatap luar cendela dengan tatapan sayu, tiba tiba sebuah pantulan sinar yang ukurannya kurang dari 0,000001 pfd. Mata biasa tak mungkin melihat itu.
Aku langsung tanggap dan mencari daerah pantulan itu. Benar saja berkat ketajaman mataku, aku menemukan seutas tali sihir berwarna netral dengan ukuran 0,000002 pfd. Tali itu berasal dari iblis yang tersambung ke Kohina. Ini adalah fakta bahwa Kohina dikendalikan.
******
Hello oo...
Apa kabar para readers The Adventure of Venus???
Moga baik baik ajaa...
Penulis kembali lagi nih...
Maaf ya lama nggak update...
Penulis sibuk soalnya..
Tapi akan selalu penulis usahakan untuk update dan mengunjungi wattpad...
See you next title....
Arrrigatou
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top