Keping 1 Pergi (The Beginning)

Pagi mendidih. Kenyataan menyiksa dalam raga. Menyisakan lubang kekecewaan yang teramat besar.

Aku meringis menahan sakit di wajahku. Panas dan perih rasanya. Entah kenapa kali ini aku diam saja, padahal biasanya aku sudah berontak.

Humph, hari ini aku memang gagal untuk melakukan apa yang ayah angkatku inginkan. Pagi ini aku lebih memilih menghadiri acara sekolah untuk foto kenangan daripada mencelakai dua orang pengusaha besar saingan ayah angkatku. Aku juga sudah malas untuk menuruti semua perintah-perintah kotornya. Aku ingin hidup lebih normal seperti kebanyakan orang, seperti dulu ketika ibu angkatku masih hidup.

Namun, apa hendak dikata? Ibuku meninggal lima tahun yang lalu. Tidak ada lagi pelindung untukku, tidak ada lagi tempat berbagi rasa. Sedih sekali rasanya, apalagi melihat ayah angkatku yang semakin hari semakin kotor pekerjaannya. Aku benar-benar sudah muak karena tingkah ayahku.

"Apa yang kau mau?" tanya Ayah dengan tatapan tajam.

"Aku ingin kebebasan dan hidup normal! Aku sudah muak dengan kehidupan di rumah ini!" teriakku dengan keras.

Aku tahu Ayah akan marah besar padaku setelah apa yang kukatakan barusan. Aku mengusap dahiku yang penuh keringat. Saat itulah tanpa sadar,

Pllaaaakkk...!

Sebuah tamparan keras mengenai wajahku. Aku jatuh terduduk di atas lantai. Rasanya pipi kananku mulai mati rasa.

Ngilu merembet ke seluruh wajahku. Aku diam tak mengaduh, hanya memegangi pipiku yang kini kebas.

"Kamu bilang mau bebas?! Kamu bilang mau hidup normal?! Kamu itu tidak normal!"

"Kamu hanya ditakdirkan menuruti perintahku untuk membunuh orang! Bahkan kamu tak punya teman sama sekali di sekolah menengah, kan?" hardik Ayah.

Rasanya kesal sekali dengan kata-kata itu. Dia, selalu mengulangnya berkali-kali sampai telinga ini terasa panas.

Pandanganku mulai berubah menjadi merah, sampai aku bisa melihat di mana semua titik kelemahan fisik ayahku. Aku sadar mataku menjadi berwarna merah lagi.

"Kalau kau mau hidup bebas pergilah! Aku tidak butuh kamu lagi! Seharusnya aku tidak pernah mengizinkan istriku mengambil bayi tanpa orang tua dari rumah sakit sialan itu! Pergi dari rumah ini! Dasar anak iblis!" ucap Ayah dengan nada kasar.

Aku benar benar tidak terima, Ayah telah mengataiku anak iblis. Ayah juga menyebut Ibu, hatiku serasa tercabik. Emosi mengambang di ubun-ubunku. Dengan cepat aku langsung mencengkram pergelangan tangan kiri Ayah lalu mematahkannya.

"Aarrrggghhhh.....dasar anak sialan! Dasar iblis bermata merah! Anak berengsek!" teriaknya sambil berlari menjauh dan menatapku dengan tajam dari kejauhan.

"Aku akan pergi dari sini sore ini juga! Aku tidak mau menerima perintah dari orang busuk sepertimu! Aku tak akan pernah kembali!" teriakku puas dengan luka di tangannya itu.

Namaku Ferrenicha Venus Camelia, di rumah aku sering dipanggil Venus oleh ibu angkatku sedangkan ayah memanggilku Ferre seperti kebanyakan orang memanggilku. Aku adalah putri tunggal dari sebuah keluarga besar. Ayah angkatku bernama Marlon Alexandrea dan ibu angkatku bernama Shasya Saraswati.

Aku diambil dari sebuah rumah sakit di daerah kota. Tidak ada yang tahu siapa ibu kandungku. Katanya ibu kandungku tidak memiliki identitas warga negara asalnya. Ia pergi begitu saja setelah melahirkanku. Hingga akhirnya aku diambil oleh keluarga pengusaha besar yang kaya raya.

Tidak ada peninggalan apapun dari ibu kandungku kecuali kalung perak dengan bandul terlalu besar untuk seorang bayi. Bandul kalung itu memiliki dua warna, hitam dan putih, warna hitamnya hampir menyelimuti seluruh bandul yang berbentuk koin itu.

Namun, warna putih mencegah warna hitam menguasai bandul itu. Karena itu, warna putihnya hanya sedikit dibagian tepi dengan membentuk pola bulan sabit. Di bagian tengah kalung itu ada cekungan yang berbentuk bintang. Aku yakin kalau seharusnya ada sesuatu di sana mungkin seperti permata atau semacamnya yang hilang dari bagian itu.

Ibu angkatku sangat menyayangiku, tapi ayah angkatku tak pernah menyayangiku sama sekali. Aku terpaku menatap bayanganku pada cermin. Aku menyelesaikan lamunanku dengan menangkupkan kedua tangan ke wajahku.

Siang ini aku harus pergi dan mendapatkan rumah untuk kutinggali. Aku menggigit bibir bawahku, lalu melangkah keluar dari rumah mewah di mana aku dibesarkan. Tujuan utamaku adalah taman kota, di sana aku yakin tidak akan ada yang mengganggu karena hari ini adalah hari kerja. Aku menaiki taksi yang kupesan tadi untuk mengantarku ke taman kota.

Sampai di sana, aku duduk di sebuah gazebo dan mengeluarkan laptopku.
Aku menghela napas perlahan, inilah salah satu pekerjaan kotorku. Kalian bisa menyebutku dengan apa saja hacker, peretas, atau bahkan pencuri. Aku mulai meretas kode-kode keamanan sebuah bank milik negara yang letaknya jauh dari kota ini.

Peluh mulai menetes di pelipisku. Kode keamanan bank milik negara lebih rumit. Namun, tak lama kemudian aku mulai tersenyum lebar dan mulai melemaskan bagian badanku yang kaku.

Aku meregangkan badanku ke kanan dan ke kiri. Sesekali kulirik monitor laptopku. Angka terus mengalir dengan cepat ke dalam rekening rahasiaku. Alirannya begitu deras sampai mataku berbinar-binar. Aku mulai berhitung apa saja yang akan kubeli. Rumah mewah, mobil mewah, perusahaan, perhiasan, makanan enak, dan ice cream.

Humph! Sudah cukup banyak!

Kurasa kalau besok perlu lagi aku akan mengambil tangkapan di tempat lain.
Aku menekan tombol keyboard di laptopku dengan cepat lalu mengembalikan kode-kode keamanannya seperti semula. Selesai, seolah-olah tidak ada yang pernah membobol kode keamanan ini. Aku adalah peretas yang baik karena aku tidak pernah merusak kode keamanan perusahaan manapun.

Tapi, bagaimanapun juga aku sudah mencuri, bukan?

***

Aku sudah selesai membeli rumah serta semua barang-barang yang aku inginkan.
Rumah yang aku beli ada di kawasan elit kota ini. Rumah dengan desain klasik satu lantai dengan dua kamar yang langsung terhubung dengan kamar mandi, dapur dan ruang makan yang menjadi satu dengan tempat yang luas, ruang tamu yang luas dengan perabot yang memberi kesan klasik, serta sebuah garasi mobil.

Aku mencari rumah yang kecil karena aku akan tinggal sendiri.

Ah, iya aku harus mencari pendaftaran siswa baru sekolah menengah atas.
Semoga masih ada lowongan karena sekarang sudah dekat dengan jadwal masuk tahun ajaran baru. Lebih baik aku mencari akademi untuk melatih bakat dan keahlianku saja. Aku mulai mencari akademi milik negara yang cocok dan membuatku tertarik.

Academy
Economy Academy...
Technology Academy...
Country Academy...
Akademi Militer...

Mataku mulai membaca memindai dengan cepat.

Belum ada nama sebuah akademi yang membuatku tertarik. Sampai diurutan terbawah aku melihat sesuatu yang membuatku tertarik.

Terlihat di urutan paling bawah tertera sebuah nama akademi "Phoebus Academy" setahuku itu adalah akademi sihir yang diadakan untuk anak-anak pemilik bakat dan kecerdasan langka.
Phoebus sendiri yang kutahu artinya adalah Matahari. Aku tidak pernah tahu arti sebenarnya tentang akademi itu. Sudah kuputuskan aku akan mendaftar di sini.

Aku langsung mengisi formulir pendaftarannya.

Nama : Ferrenicha Venus Camelia
Usia : 16 tahun
Zodiak : Cancer

Tunggu, hanya itu yang diperlukan? Aku jadi semakin tertarik dengan sekolah yang satu ini. Di sudut kanan bawah ada tombol submit. Setelah ku-submit muncul sebaris kalimat berisi ucapan selamat.

"Selamat! Anda telah terdaftar di Phoebus Academy!!"

Tunggu ada yang salah. Aku langsung mengotak-atik keyboard laptopku dan benar saja aku menemukan bagian lain dari ucapan selamat itu.

Aku menemukan soal tes untuk masuk akademi ini. Soalnya seratus dan waktu mengerjakannya lima puluh menit telah berjalan dari sekarang, astaga!

Untungnya soal tes itu mudah bagiku.
Hanya beberapa pengetahuan umum, trik bela diri, komponen senjata, teknik kamuflase, teknik merakit senjata, zat-zat kimia, dan lainnya.

40 menit kemudian...

Aku sudah selesai.

Waktu masih tersisa 10 menit, tapi aku langsung menekan tombol selesai. Kuhela napas perlahan.

Tiba-tiba...

Kali ini aku terkejut. Karena mendengar teriakan dari dalam laptopku.

"Selamat Anda telah resmi terdaftar di Phoebus Academy!" suaranya keras dengan nada gembira.

Suara itu muncul diikuti dengan suara letupan kembang api. Kutatap monitor laptopku dengan tajam dan rasa tidak percaya. Di sana muncul pernyataan bahwa aku adalah siswa yang terakhir mendaftar. Lalu jadwal masuk sekolah adalah besok pagi.

Di bawahnya ada jadwal pelajaran dan pemberitahuan bahwa seragam serta buku pelajaran akan dikirim nanti. Dan satu lagi keterangan bahwa besok pagi tidak boleh membawa barang apapun karena hari pertama.

Karena hari pertama? Alasan yang tidak logis.

Selain itu, setahuku laptop milikku tidak memiliki suara sama sekali karena sudah kuambil speaker kecilnya. Dari mana datangnya suara tadi? Lalu, bagaimana pihak sekolah akan mengirimkan paket peralatan sekolah? Bukankah sejak awal aku tak pernah mengirimkan alamat rumah?

***

Kuhempaskan tubuhku di atas ranjang rumah baruku. Aku akan menceritakan detail rumah ini lain kali karena sekarang aku masih lelah. Kuamati lampu kristal di langit kamarku. Aku sungguh mendambakan kebebasan ini.
Hidup sendiri tanpa mendengar perintah dari orang yang sangat kubenci.

Sekarang masih pukul dua sore. Jadi, kuputuskan untuk tidur siang. Tadi aku sudah mendapatkan paket seragam dan buku pelajaranku mungkin akan kubuka nanti-nanti.
Tanpa kusadari aku telah terlelap.

***

Di sore menjelang malam, aku mencari kesibukan dengan mulai menyirami bunga di depan rumahku. Rumah baruku memiliki warna biru muda, gerbangnya terbuat dari logam berwarna hitam yang dirambati tanaman Monstera, tahu tanaman Monstera?

Tanaman merambat dengan akar tempel dan daun besar lebar seperti perisai tapi berlubang-lubang seperti terkoyak. Nama latinnya Monstera deliciosa.

Halaman rumah begitu luas ada sebuah air mancur yang dikelilingi Bromeliad mini. Lalu sebelum sampai di teras rumah aku akan melewati jembatan mini yang pagarnya terbuat dari kayu ukiran menawan.

Di bawah jembatan ada kolam ikan berukuran sekitar 5×4 m. Ada dua jenis teratai yang hidup di sana teratai biru dan ungu. Ada ikan-ikan kecil, ikan Mas, Nila, dan lainnya. Kolam itu dikelilingi bermacam-macam bunga mulai dari Lili, Matahari, Aster, Mawar, dan Cosmos, serta beberapa Celosia yang warna-warni.

Di teras rumah bagian kanan ada pohon apel merah yang berbuah lebat dan ranum, di bagian kiri ada pohon pear yang juga berbuah lebat.

Sebenarnya, rumah ini hanya satu lantai tapi keindahannya begitu memukau. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, sangat cocok untukku yang tinggal sendirian di rumah.

Selesai menyirami tanaman, aku pergi mandi.

Kemudian, aku membuka paket kiriman dari Phoebus Academy. Paket itu berbentuk sebuah kardus besar.
Saat dibuka isinya adalah seragam, sepatu, jubah, ransel, serta buku-buku pelajaran yang tebal-tebal. Semua barang itu memiliki logo Phoebus Academy.

Logonya adalah matahari dengan warna gold. Ada lima stel pakaian seragam dan lima sepatu. Selain itu, di dalamnya terdapat kertas yang berisikan jadwal pelajaran dan pemakaian seragam.

-Baju hijau lengan pendek, dasi berwarna hijau muda, rok hijau muda di atas lutut, celana pendek selutut, sarung tangan panjang sampai siku berwarna hijau tua
Sepatu kulit bertali hijau tua sebetis
(Jumat)

-Baju biru muda tanpa lengan, rompi biru kotak-kotak, rok selutut, sarung tangan biru tua panjang sampai lengan, serta sepatu kulit biru tua selutut
(Kamis)

-Baju merah lengan panjang, rompi kecil berwarna merah tua, dasi merah tua, sarung tangan pendek, rok selutut, stocking hitam panjang sampai paha, serta sepatu merah tua selutut hak tinggi
(Rabu)

-Baju Cokelat muda dengan lengan 3/4, dasi panjang cokelat tua, rok di atas lutut berwarna cokelat tua, celana sampai di bawah lutut berwarna cokelat tua sepatu cokelat tua sebetis hak tinggi
(Selasa)

-Yang terakhir baju spesial setiap siswa jadi, berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Baju untuk hari senin.

Bajunya berwarna ungu tua tanpa lengan, dasi ungu muda panjang, jubah hitam panjang tanpa lengan, rok di atas lutut berwarna ungu muda, celana pendek hitam selutut, stocking panjang sampai lutut, sarung tangan 3/4 hitam, sepatu kulit berwarna ungu tua sebetis hak sedang, serta dilengkapi pelindung siku dan lutut.

Semua bagian dari pakaian spesialku memiliki corak teratai dengan warna ungu muda.

Semua pakaian memiliki ukuran pas di tubuhku. Perlahan kurebahkan tubuhku di sofa ruang tamu. Aku masih membayangkan hari esok.

Bagaimana suasananya nanti? Bagaimana dengan para guru dan murid lainnya?

Kurasa aku sudah tidak sabar menanti hari esok. Dan, apa arti mimpi tadi siang?

Kurasa itu nyata tapi sedikit mengejutkan. Aku mengartikannya sebagai sebuah ramalan buruk karena aku akan menemui banyak masalah.

Sudah pukul 8.00 pm. Sudah malam, kurasa lebih baik aku tidur.

Tanpa terasa aku telah terlelap. Tidur di sofa bukanlah masalah.

.
.
.
Fatma Cahaya
Direvisi Kam, 13 Jan 2022

Hai readers...
Selamat membaca ceritaku

Semoga suka ya..
Jangan lupa sarannya..

"Sampai sini dulu ya berikan dukungan kamu ke cerita ini! Jangan lupa komentarnya ya
See you,"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top