Semua untuk Myrandia by @Alka_Albiyasa
"Serius kamu tidak penasaran?"
Cindy lagi-lagi mencoba membujuk Icha. Tangan kirinya menarik gadis yang lebih pendek darinya itu agar tidak meninggalkan tempat, sedangkan tangan kanannya menumpu keseimbangan tubuh pada bebatuan dengan ukuran super besar yang menjadi tempat persembunyian mereka sejak tadi.
"Bukannya tidak penasaran. Tapi kamu tahu sendiri, ketua kita itu terlalu sulit ditebak. Memangnya kamu punya jaminan dia akan keluar dari gua hari ini?"
Icha mencoba melepaskan tarikan tangan Cindy, tapi gadis itu tak mau melepaskannya begitu saja. Kakinya sudah terasa sakit karena hanya berdiri sembari memperhatikan gua kecil di kaki gunung keramat itu, dan ia tak yakin usaha mereka akan membuahkan hasil karena ketua mereka bahkan tidak terlihat keluar dari sana selama empat bulan terakhir.
"Iya sih ... tapi kan, kita punya waktu hanya hari ini." Cindy terdiam sebentar, lalu ekspresinya berubah serius ketika berkata, "Perlukah kita memasang bola pengawas di sini?"
Icha menggeleng cepat hingga rambut pendek sebahunya ikut bergerak ke kiri dan ke kanan, wajahnya berubah pucat dan bibirnya mengerucut. "Jangan aneh-aneh. Kalau mau maso dihukum Kak Philia, lakukan sendiri. Aku tidak mau ikut."
"Kamu tidak setia kawan sekali, sih!"
"Kamunya cari ide yang masuk akal, dong! Jangan yang bikin celaka!"
Saat mereka mulai berdebat, tiba-tiba aura di sekitar kaki gunung berubah. Mereka terdiam, memeriksa sekitar dengan cepat. Tidak ada tanda badai atau cuaca buruk, tapi burung-burung mulai terbang berpindah pohon sembari mengeluarkan suara berisik. Udara terasa kering dan menyesakkan. Kepala mereka refleks berbalik ke arah gua—dan benar saja, tidak lama setelahnya, seorang pria keluar dari mulut gua.
Rambutnya mencapai bahu dan sedikit ikal. Pakaiannya kelihatan kumuh, tapi tertutup jubah hitam yang dipakainya. Tubuhnya yang tinggi sedikit tersembunyi karena cara berdirinya yang sedikit bungkuk. Cindy tanpa sadar meneguk ludah.
Sufi Alendris. Kemunculannya selalu tak terduga dan bisa mengubah suasana secara drastis. Kemisteriusannya membuat banyak yang tunduk takut, dan karismanya sebagai ketua guild bahkan bisa memengaruhi anggota Kelas S. Di bawah kepemimpinannya, Guild Necrophyllis telah diakui oleh dunia. Bahkan ada banyak anggota yang bukan berasal dari daerah timur berkumpul di sana setelah mendengar reputasinya.
Sufi memasang tudung jubahnya lalu berlari dengan cepat menuju barat laut. Cindy dan Icha saling berpandangan, berinteraksi dengan telepati dan akhirnya sama-sama mengangguk. Mereka berbalik dan hampir berteriak saat menemukan dua orang telah berada tepat di belakang mereka.
"Apa yang ingin kalian lakukan dengan mengintip gua Ketua Sufi?"
Bulu kuduk mereka meremang. Seorang wanita dengan dress hitam panjang dan rambut hitam di atas bahu sedang menatap dengan aura mematikan. Sedangkan satu yang lain adalah pria dengan pakaian kasual, tapi memiliki sebilah pedang panjang di pinggang kirinya dan sepasang pedang hook di punggung.
Sial, sial sekali. Dari semua orang, kenapa harus orang-orang paling mengerikan ini yang menangkap basah mereka?
"Tidak mau bicara?" Philia kembali bertanya, penuh penekanan. Kedua gadis itu langsung merinding.
"Kami ... hanya mengintip Bang Sufi karena penasaran. Sudah dua tahu sejak kami menjadi anggota guild, tapi hanya sedikit yang kami ketahui tentangnya. Jadi ... kami mencoba untuk mengikutinya."
Ketahuilah, berkata jujur sekarang lebih baik. Lagipula, kedua orang itu tidak mungkin bisa ditipu. Namun sayang, setelah jujur pun ekspresi menyeramkan di wajah mereka tidak menghilang. Mereka pasti akan dihukum. Mengingat bagaimana hukuman terakhir yang mereka terima saja membuat wajah mereka pucat pasi.
"Seingatku ... kabar baru saja datang padanya." Ruda akhirnya bersuara. Rasanya mereka bersyukur sekali bisa terhindar dari tatapan tajam Philia meski hanya beberapa detik. "Sufi pasti sedang menuju kota paling utara, untuk memenuhi panggilan."
Icha maupun Cindy langsung terdiam. Rasa penasaran membuncah ke permukaan. Ini pertama kalinya mereka mendengar seseorang memanggil ketua mereka. Untuk menyelesaikan suatu misi? Apakah misinya sepenting itu hingga ketua mereka mau keluar dari tempat semedinya?
"Ikuti saja kalau penasaran. Lagipula, ini hari libur kalian."
Icha tidak sempat berpikir tentang betapa mencurigakannya sikap senior mereka itu, tangannya dengan cepat ditarik Cindy yang sangat bersemangat ingin mengetahui lebih banyak tentang ketua mereka. Lingkaran sihir keluar ketika Cindy merapalkan mantra, dan seekor hewan berkaki empat muncul.
Mereka langsung menungganginya setelah berpamitan pada kedua seniornya itu. Sebuah senyum miring yang Ruda buat terlepas dari pandangan, dan mereka mengikuti kepergian ketua mereka tanpa tahu apa pun.
Hewan yang mereka tunggangi mirip dengan kuda, namun kecepatannya jauh lebih tinggi. Hewan yang hanya ada di wilayah timur ini, dan sudah jarang ditemui. Jejak kakinya terlalu cepat hingga tak terdengar. Terlalu cepat hingga orang lain mungkin menganggapnya hanya sebagai hembusan angin.
Aura yang misterius dari ketua mereka semakin tipis. Seakan orang itu telah berlari sangat jauh meninggalkan mereka. Apakah Sufi memakai sihirnya? Mereka tidak tahu. Bahkan mereka tak tahu apakah pria itu tipe petarung ataukah penyihir. Informasi tentang dirinya sangat samar—dan sangat rahasia. Bahkan untuk anggota guild sendiri. Alasan mengapa ia terus berdiam diri di dalam gua keramat itu, atau kemunculannya yang sangat acak, tak pernah diketahui.
Tidak lama setelahnya, sebuah hutan berada dalam jarak pandang. Hutan pinus tinggi menjulang, dan tanpa ada jalan yang benar-benar dbuat untuk bisa dilewati. Sepertinya Sufi memilih lewat jalan pintas ini daripada harus melewati wilayahtengah. Mereka terhenti ketika sebuah barier membuat mereka terpental. Hewan itu segera menghilang dan mereka jatuh ke tanah.
Icha lebih dulu berdiri dan memandang barier yang tembus pandang. "Jangan bilang ini ... Cin, coba panggil hewan kecil dan buat ia melewati barier."
Seakan mengetahui maksud Icha, Cindy segera merapal dan muncul seekor kelinci dari lingkaran sihir di tanah. Namun ketika ia mencoba memasuki hutan, lagi-lagi hewan itu terpental dan hilang tanpa mantra pemutus sihir.
"Hutan ini memiliki barier anti sihir."
"Jadi karena itu aku merasa akhirnya kita mulai mendekati Ketua."
Bisa mereka rasakan Sufi juga tak berjarak jauh dari mereka. Mereka tak bisa memakai hewan hasil panggilan Cindy, tidak akan ada mantra yang bisa dipakai. Icha tersenyum. Sekarang dia yang bersemangat. "Kalau begitu, mulai sekarang adalah tugasku."
Icha membantu Cindy berdiri. Ketika mereka melewati barier hanya dengan berlari, Cindy bisa merasakan punggungnya dingin dan seluruh tubuhnya kembali merinding. Wajah imut yang sedang tersenyum lebar hingga mata menyipit di sampingnya itu, memiliki arti yang sangat berbeda.
Mereka berlari dengan lincah meskipun area hutan pinus itu lincin dan daratannya tidak rata. Kabut membuat indra mereka sedikit tumpul, karena itu sebisa mungkin mereka harus mendekati Sufi sebelum pria itu tidak bisa lagi dilacak.
Medan terjal dan hewan liar yang bertebaran tidak menjadi penghalang. Sebelum hewan-hewan itu berhasil menyerang mereka, Icha lebih dulu memotongnya dengan sebilah pedang panjang dan tajam. Icha adalah tipe petarung yang memakai berbagai macam senjata sesuai keadaan dan musuh yang mereka lawan. Dengan medan terjal dan keadaan yang mengharuskan mereka untuk terus berlari, jarak jangkau pedang itu yang paling menguntungkan untuk dipakai sekarang.
Aura Sufi semakin terasa, jarak mereka tak jauh lagi. Mereka memilih memberi jarak. Sepertinya hewan-hewan buas itu berhasil membuat pergerakannya melambat.
Suara gemuruh terdengar, gagak hitam mengeluarkan koak yang memekakkan. Secara tiba-tiba, monster muncul dari sebelah kiri, tepat berjalan dengan langkah menggema menuju Sufi dengan kelajuan fantastis. Cindy menyenggol Icha khawatir, "Apa kita bantu saja?"
Icha mengangguk. Ia bersiap dengan kuda-kuda dan tangan yang telah menempel pada pedang. Ketahuan mengikuti lebih baik daripada harus kehilangan ketua.
Monster itu mengayunkan tangannya yang bersisik ke tubuh Sufi. Tepat sesaat sebelum Icha keluar dari persembunyian, monster itu meraung ketika tubuhnya tertebas berkali-kali dalam waktu singkat. Bersamaan dengan darah yang menyembur dari tubuh besar itu, Sufi kembali menyarungkan pedang pendek ke dalam jubahnya lalu kembali berlari. Meninggalkan kedua gadis itu dengan rasa terkejut dan suara debuman besar ketika tubuh monster itu jatuh ke tanah.
Tak ada waktu untuk terperangah lama-lama, mereka harus segera mengejar Sufi. Setelah mereka bisa mengamati dengan lebih dekat sekarang, mereka tak bisa menahan rasa kagum. Gerakan yang efisien, tebasan yang tanpa celah—meskipun senjata yang berada di genggamannya pendek, Sufi berhasil melumpuhkan hewan buas yang muncul selama di perjalanan tanpa menerima satu pun luka.
Cahaya terlihat lebih terang di depan sana, mereka mencapai ujung hutan. Sebuah pelabuhan membentang, mereka sampai di samping pelabuhan yang menghubungkan wilayah tengah dan utara dalam waktu sehari, padahal perlu waktu tiga hari jika mereka lewat jalan biasa. Sufi kembali mempercepat larinya, sepertinya sedang terburu-buru. Mungkinkah karena 'panggilan' yang dikatakan Ruda?
Cindy dan Icha terhenti setelah mencapai pelabuhan. Aura Sufi tiba-tiba menghilang. Tak berbekas. Mereka menumpu badan pada lutut dan meraup udara sebanyak-banyaknya. Mereka kehilangan jejak. Bagaimana ketua mereka bisa bergerak secepat itu setelah berlarian seharian penuh?
"Wah, anak-anak Necrophyllis memang hebat-hebat, ya!"
Cindy dan Icha berbalik bersamaan, Sufi tiba-tiba sudah berada di belakang mereka dan memberikan tepuk tangan. Ia tertawa bangga, sedangkan kedua gadis itu hanya bisa termangu. Tampilan Sufi telah sangat berubah. Wajahnya kelihatan segar, rambutnya telah terpotong pendek dan ditata rapi, pakaiannya berganti menjadi pakaian resmi. Sejak kapan?
Dan lagi, dilihat dari betapa santainya orang itu menyambut mereka, sudah pasti ia menyadarinya dari awal sekali. Mereka lalu meneguk ludah dalam-dalam. Apa mereka akan dihukum karena melakukan pengintaian pada ketua mereka sendiri?
"Aku tidak akan menghukum kalian, kok. Kalian bahkan sudah kelihatan sangat lelah sebelum aku melakukan apa pun!" Sufi menunjukkan sebuah tawa besar yang membuat dua gadis di depannya cemas. "Tapi karena kalian sudah di sini dan mengikutiku dari tadi, akan kupastikan bisa memanfaatkan kalian dengan baik." Senyum di akhir kalimat berhasil membuat bulu kuduk mereka meremang.
Sufi menunjuk ke arah laut yang terhampar di depan mereka. "Aku harus tiba di wilayah utara malam ini—dan hal itu mustahil jika menggunakan kapal. Mereka perlu waktu paling tidak dua hari. Salah satu kalian pengguna sihir pemanggil, bukan? Panggilkan aku hewan yang dapat membawaku ke sana."
Cindy mengelap keringatnya sebelum berdiri tegak. Sufi bahkan telah mengetahui kemampuan mereka padahal selalu berlari jauh di depan mereka. Wajahnya sama sekali tak menampakkan rasa lelah, benar-benar tak bisa dipercaya.
Cindy tahu tidak ada waktu untuk dirinya mengeluh, tidak dihukum saja rasanya sudah bagus. Karenanya, setelah beberapa detik memikirkan hewan apa yang harus ia panggil, Cindy lalu merapalkan mantra. Sebuah lingkaran sihir raksasa muncul di udara. Burung elang yang berukuran sama besarnya seperti monster tadi segera mendarat dan membawa mereka melewati hamparan laut menuju wilayah utara.
Mereka sampai di daratan bersamaan dengan matahari yang terbenam. Sufi membenarkan pakaiannya lalu tersenyum puas. "Kalian sudah boleh pulang sekarang. Jangan melakukan hal ini lagi kalau kalian tidak ingin dianggap gadis nakal, mengerti?"
Icha menggembungkan wajah, merasa tidak suka dengan panggilan itu, tapi tak bisa menyangkal. Berbeda dengan Cindy berbeda yang masih berwajah serius, ia masih ingin mengetahui lebih banyak tentang kemampuan ketuanya. Karena itu, ia malah berkata lantang, "Kami ingin ikut."
"Hm, aku tidak ada alasan untuk menolaknya. Silakan ikuti aku jika kalian mau."
Mereka berjalan tak terlalu jauh, menuju tempat orang-orang berkumpul di tepi pelabuhan. Namun, dilihat dari manapun tempat itu bukanlah sebuah guild, apalagi tempat berkumpulnya monster atau perkelahian. Terdapat banyak meja dan tempat duduk di atas pasir putih, serta lampu-lampu sihir cantik yang melayang di udara. Dan di tengah semua itu, terdapat sebuah panggung besar dan megah.
"Eh ... kenapa kita ke sini?"
"Bang Sufi bukannya ingin memenuhi panggilan ...?"
Kursi-kursi itu kebanyakan diisi oleh laki-laki berbagai usia. Sufi duduk di salah satu bangku, sedangkan kedua gadis itu masih berdiri. Memperhatikan sekitar dengan bingung. Di tangan kebanyakan laki-laki yang ada, terdapat stik dengan lampu yang berkedip dan berubah warna. Sufi juga mengeluarkan satu di balik jasnya.
"Selamat malam semuanya. Akhirnya malam yang kita tunggu telah tiba. Hari ini, idol kesayangan kita, akan kembali menghibur kita semua di panggung yang sangat indah ini. Beri tepuk tangan yang meriah untuk ... MYRANDIA 12!!"
Suara gemuruh teriakan dan tepukan orang-orang semakin ramai ketika belasan perempuan cantik berjalan menuju panggung. Mereka pernah mendengar tentang Penyihir Idola yang melakukan pertunjukkan sihir cantik sambil menyanyi dan menari. Mereka tahu itu. Namun, melihat dengan mata kepala sendiri betapa antusiasnya ketua mereka meneriakkan nama anggota idol itu satu persatu, membuat otak mereka serasa berhenti bekerja.
"Bukannya Bang Ruda bilang 'panggilan' ...?"
"Panggilan ... bertemu idola?"
Mereka terdiam, dengan cepat tersisihkan menuju pinggir area karena penonton pertunjukkan semakin banyak. Terjadi krisis eksistensi untuk beberapa saat setelah otak mereka mulai menerima kenyataan. Aura mereka jadi suram, dan tatapan matanya kosong.
"Jadi ... kita berlari seharian di hutan untuk melihat mereka?"
"Kita menghabiskan hari libur berharga ini untuk mengetahui fakta bahwa ketua kita adalah ... seorang fanboy?"
Mereka jera. Itu adalah pertama dan terakhir kalinya mereka mencoba untuk mengetahui lebih banyak tentang ketua mereka yang ghaib dan misterius itu.
Dan pada akhirnya, misteri tentang Sufi dan kekuatannya, masih menjadi rahasia yang tak diketahui—bahkan oleh anggota-anggotanya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top