Kamu akan Mati jika Salah Menyebut Nama by @Pandu_an

Tiga puluh dua penyidik Negeri Waturia sibuk bukan kepalang sejak koran-koran menjadikan kasus hilangnya para praktisi sihir lanjutan sebagai suguhan utama. Mereka diburu waktu dan keharusan, mengingat Raja Agung Waturia mengistimewakan para praktisi sihir yang jumlahnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan penduduk sipil biasa. Orang-orang berbakat alami ini adalah harta bagi Waturia dan Raja Agung membenci kebangkrutan!

Sejatinya para penyidik Waturia tidaklah bodoh, mereka telah berhasil mengendus organisasi ilegal yang dimungkinkan menjadi dalang di balik hilangnya para praktisi sihir. Namun sayang, mengumpulkan bukti dan meringkus adalah hal paling sulit dilakukan jika sudah berhubungan dengan kelompok peneliti sihir hitam paling keji sepanjang sejarah, Neo Poli Citruea.

Namun benarkan Neo Poli Citruea sengaja melenyapkan para praktisi sihir lanjutan?

...

Suhu dalam markas utama Neo Poli Citruea turun tiga hingga lima derajat. Penyebabnya adalah amarah serta kejengkelan yang menguar dari dalam diri Caphine Sang Ratu Kegelapan. Berkali-kali sudah gadis manis itu mengajukan protes kepada jajaran dewan dan seluruh kawan sesama anggota Neo Poli Citruea, tuntutannya pun sederhana, sekedar mencabut gelar mengerikan dari namanya. Meski begitu sebagian besar dewan dan penghuni Neo Poli Citruea menolak dan tidak menggubris permintaan Sang Ratu Kegelapan.

Jadi pagi ini saat sebagian besar penghuni kastil tidak kasat mata—markas utama Neo Poli Citruea—masih tertidur, Sang Ratu Kegelapan menumpahkan berbagai bahan ke dalam lingkaran sihir besar di aula pertemuan. Darah naga es—yang turut andil mendinginkan kastil—dan abu ogre rawa bercampur dengan kelopak bunga dafodil emas bertangkai perak, menghasilkan perpaduan warna dan bau yang tidak sedap dipandang serta diendus. Belum lagi bahan-bahan lain yang diletakan sepanjang garis terluar lingkaran sihir mulai dari mata duyung langit, lidah katak belang beracun, kuku jari manis manusia pohon, hingga rambut perak penguasa lautan. Seluruhnya memuramkan aula pertemuan dan tanpa disadari telah mengusik tidur panjang pendiri Neo Poli Citruea, Sang Petapa Gaib.

Laki-laki jakung pucat pendiri Neo Poli Citruea yang bergelar Petapa Gaib perlahan bangkit dari peraduannya. Berbekal kesadaran yang belum terkumpul seluruhnya ia melangkah lamat-lamat menuju kemuraman di aula pertemuan. Mata sayunya yang keperakan mengerjab berkali-kali, berusaha menangkap gambaran kegaduhan yang diperbuat oleh Ratu Kegelapan. Sayang, ia gagal dan tanpa sadar seluruh tubuhnya telah memasuki lingkaran terlarang.

"Sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua." Ratu Kegelapan tidak menyadari kehadiran Sang Petapa, ia terus melantunkan mantra dengan apik dan runtut dari luar lingkaran. "Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat." Pikiranya—Ratu Kegelapan—terfokus pada ingatan-ingatan mengenai sihir hitam hasil modifikasinya, sebuah mantra yang akan bekerja lebih lama jika subjek menyelesaikan rapalan terlebih dahulu sebelum memasuki area magis. "Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur." Lantas seluruh harapan Ratu Kegelapan pupus di larik terakhir akibat keberadaan Sang Petapa Gaib.

...

"Tuan Petapa harus bertanggung jawab!" Salah satu anggota Neo Poli Citruea dengan berani memberi perintah, padahal sosok di hadapannya memiliki derajat kekuasaan dan kekuatan jauh lebih tinggi darinya. "Ratu Kegelapan menghabiskan hampir seluruh persediaan bahan-bahan sihir, sekarang kita tidak punya apa-apa selain kejengkelan dan teriakan marah dari penjuru kastil, terutama dari ruang pribadi Sang Ratu Kegelapan." Ia melanjutkan tanpa gentar. "Menurut laporan Nona Bola Sihir—salah satu anggota yang mengatur logistik—pasokan bahan tidak akan dikirim sampai purnama berikutnya, jadi Tuan Petapa harus bertanggung jawab!"

Sang Petapa Gaib hendak membela diri dengan menjelaskan bahwa ia tidak sengaja menginjakkan kaki di lingkaran sihir milik Ratu Kegelapan, pun jika dipikir lebih rasional seharusnya Ratu Kegelapan selaku pengguna bahan-bahan yang harus bertanggung jawab. "Ini kantung penyimpan tidak terbatas, dan ini alamat biro logistik bahan-bahan ajaib beserta daftar pesanan." Namun apa-apa yang disodorkan padanya melunturkan segala niat beserta kata-kata yang telah tersusun. "Ini cek berisi seratus delapan keping emas, untuk membayar."

"Kalian serius?" Pertanyaan Petapa Gaib dijawab dengan anggukan serempak.

...

Seratus delapan puluh tahun sudah Petapa Gaib berdiam dalam kastil tidak kasat mata dan perjalanan pertamanya setelah dibangunkan oleh kemuraman adalah untuk berbelanja.

Berbekal kantung penyimpanan tidak terbatas, secarik kertas berisi alamat, daftar panjang pesanan, cek bernilai seratus delapan keping emas, jubah penyihir standar berwarna ungu gelap, dan tongkat sihir ala kadarnya Sang Petapa Gaib meninggalkan markas besar Neo Poli Citruea. Untungnya kastil yang sudah berusia sekian ribu tahun itu tidak terletak di tengah-tengah hutan lebat berbahaya atau gurun luar biasa lebar. Benar, bangunan megah milik kelompok peneliti sihir hitam paling kejam sepanjang sejarah berada di tengah lapangan golf pribadi yang hak miliknya dipegang oleh Raja Kenakalan—salah satu dewan dalam Neo Poli Citruea.

Tentu berbagai jenis sihir hitam manipulasi wilayah dipasang di sekeliling lapangan guna memburamkan mata dan menghilangkan hawa keberadaan. Meski metode ini tidak sepenuhnya mampu menjauhkan hidung para penyidik, tapi toh mereka yang masuk tanpa ijin tidak punya kesempatan untuk keluar. Tidak, tidak dibunuh, hanya disekap dalam ruang bawah tanah dan dijadikan ternak penghasil mana hingga akhir hayat.

Kembali ke Petapa Gaib yang telah berhasil menemukan jalan keluar dari lapangan golf setelah berkeliling tidak jelas selama sembilan hari dan hidup berpegang pada kesaktiannya semata. Kini ia dihadapkan dengan kerumunan manusia dan berbagai transaksi jual beli barang maupun jasa. Berhubung Sang Petapa tidak tahu di mana sejatinya biro logistik bahan-bahan ajaib berada, ia memanfaatkan keramaian di hadapannya untuk mencari informasi. Sasaran pertama Sang Petapa Gaib adalah perempuan muda dengan pakaian berlapis-lapis dan topi kerucut di puncak kepala. Menurut penerawangannya, gadis itu adalah murid akademi sihir terdekat atau praktisi sihir dasar yang terlalu percaya diri.

"Permisi Nona," Sang Petapa Gaib angkat bicara. "Apa Nona tahu alamat ini?" lanjutnya sopan. Si gadis menatap Sang Petapa dengan pandangan penuh tanya, lantas lima detik kemudian ia membalas pertanyaan Sang Petapa dengan pertanyaan lainnya.

"Paman, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Rasanya wajah Paman tidak asing."

"Sepertinya tidak." Tentu saja tidak mungkin, mengingat Sang Petapa tidak pernah menampakkan diri ratusan tahun terakhir. "Alamat ini." Sang Petapa melanjutkan sambil memberikan secarik kertas kepada Si Gadis.

"Oh, tempat ini ada di ibu kota, Paman harus naik kereta naga untuk sampai ke sana, Paman minta saja untuk diantarkan sampai tujuan supaya mudah." Senyum di wajah Sang Petapa merekah mendengar penjelasan Si Gadis. "Kereta naganya ada di sebelah sana Paman." Lanjut Si Gadis sambil menunjukkan arah.

...

Kereta naga atau lebih tepatnya gerobak kayu tertutup yang ditarik oleh kadal raksasa tidak cukup nyaman untuk Sang Petapa Gaib. Ia harus berdesakan dengan warga sipil dan menciumi bebauan yang tidak sedap sama sekali. Parahnya lagi salah satu penumpang kereta naga yang duduk di hadapan Sang Petapa memberi tatapan sinis sejak peluit keberangkatan dibunyikan. Sang Petapa sempat mengira laki-laki gempal di hadapannya adalah penyidik atau prajurit Waturia yang sedang berlibur, tapi kecurigaannya sirna setelah satu per satu penumpang turun di berbagai pemberhentian, menyisahkan Sang Petapa dan Si Gempang "Aku jelas mengenali wajahmu Tuan," ucap Si Laki-laki Gempal.

"Aku?" Sang Petapa Gaib kebingungan.

"Ya, wajahmu sama persis dengan tokoh legenda di buku-buku sejarah, pemberontak Waturia yang mendirikan serikat sihir hitam." Sang Petapa Gaib cepat-cepat menyiapkan sihir ledakan untuk berjaga-jaga jika Si Gempal berhasil menyebut namanya. Namun tanpa diduga kejadian aneh menimpa Si Gempal, tepat setelah ia selesai merapal gelar Sang Petapa. "Benar, aku tidak mungkin salah, kamu adalah pendiri Neo Poli Citruea, Sang Petapa Gaib."

Lingkaran sihir kecil muncul di sekujur tubuh Si Gempal, menyala merah lalu menghitam sebelum keterkejutan-keterkejutan dan bayangan kental memangsa habis sosok Si Gempal. Sang Petapa belum pernah melihat sihir seperti tadi dan dengan sedikit banyak ketakutan di dada ia meminta diturunkan dari kereta naga.

...

Petapa Gaib tidak menyangka bahwa ibu kota akan dipenuhi oleh praktisi-praktisi sihir menengah dan lanjutan yang membaca habis buku-buku sejarah. Setiap kali ia berpapasan dengan salah satu diantaranya dan mendengar pengakuan bahwa mereka mengenalinya sebagai Petapa Gaib, lingkaran-lingkaran merah hitam kembali muncul, memenuhi sekujur tubuh hingga menelan tubuh-tubuh mereka bulat-bulat.

Satu, dua, tiga pekan berlalu dan Petapa Gaib terus berputar-putar di sekitar ibu kota, mencari-cari letak biro logistik bahan-bahan ajaib sambil menelan puluhan praktisi sihir lanjutan. Ia mengira dirinya telah dikutuk oleh Dewa sebab terlalu lama bermalas-malasan hingga bertaubat dan mengunjungi kuil-kuil, meski hasilnya nihil. Jumlah korban lingkaran-lingkaran sihir kecil terus bertambah dan di sisa-sisa kewarasan Petapa Gaib berhasil menemukan tempat tujuannya—biro logistik bahan-bahan ajaib.

"Aku butuh ini, ini ceknya, masukan ke dalam sini dan jangan panggil namaku!" Sang Petapa menjelaskan kepada penjaga biro. Lantas setelah seluruh urusannya selesai ia menggunakan teleportasi untuk kembali ke kastil tidak kasat mata—prinsipnya pemakai harus mengetahui lokasi tujuan.

Raja Kenakalan sudah menunggu sejak sebulan yang lalu, ia lantas mengomel sambil melepaskan sihir Ratu Kegelapan yang tertanam dalam tubuh Petapa Gaib. "Karena ini organisasi kita semakin dipandang buruk! Lain kali jangan ada yang membangunkan apa lagi membiarkan Sufial pergi dari kastil!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top