perjuangan
itu yang di mulmed sebagai dokter Verdhi ya.... pada setuju kagak??? sory ya @barbie_chubby aku hari ini bisanya ngasih dokter Verdhi aja.... kalo untuk mereka berdua nanti deh aku cariin entah buatin..... berarti aku nggak utangkan sama kamu?? kan aku udah nge post fotonya dokter ganteng nan kejam ini hahahahahahaha #ngakaksetan
>>>>>>>
"APA???? LOE GILA??"teriak kedua peria di hadapanku berang, matanya melotot nggak percaya.
aku mencibir melihat reaksi kedua peria di hadapanku yang menurutku sangat ekstrim, apa-apaan mimik mereka itu?? emang yang aku katakan salah ya?? aku kan hanya minta bantuan nggak lebih. dasar lebay!!
"kalo gua gila udah di RSJ kali bukan di Cafe"sungutku menatap mereka sebal dan menyeruput lemon tea-ku tanpa beban.
kak Calvin menghela nafas kasar, tangannya meraup wajah kasar sedangkan Delvo menatapku berang.
"Naza—"
"aku hanya minta bantuan kak, nggak lebih, please tolongin yah? please"pintaku memotong perkataan kak Calvin yang aku asumsikan ingin protes dan menolak perkataanku tadi memakai pupy eyes.
kak Calvin mendesah berat sebelum mengangguk, hatiku bersorak girang melihat anggukan kak Calvin, itu tandanya dia setuju, sekarang tinggal mohon sama sepupu sompret Delvo.
"Delv—"
"ogah!! loe itu cewek Za, bukan cowok, cewek itu patutnya di kejar bukan mengejar, murahan tau nggak liatnya"
aku terdiam mendengar perkataan sadis Delvo, yah dia benar, aku ini cewek bukan cowok, di mana kodrat cewek itu di kejar bukan mengejar, tapi... aku hanya ingin melakukan sesuatu di dalam hidupku, aku ingin melakukan apa yang membuat hatiku bahagia. untuk pertama kalinya. for the firts time in the my life. apa itu salah?.
"aku hanya memperjuangkan sesuatu Delvo"
"memperjuangkan?"tanya Delvo sinis dan mendengus "yang namanya memperjuangkan itu bukan menjatuhkan harga diri"sambungnya menatapku lamat-lamat, kepalaku menunduk menunggu perkataan selanjutnya "dan jangan bersikap seolah-olah loe yang tersakiti Za"
emang aku tersakiti. seru batinku tak terima akan perkataan Delvo tapi tak berani menyerukannya, bisa bahaya kalo aku sampe mengutarakan itu, yang ada nanti bukan bantuin malah introgasi dan itu sangat berbahaya, apalagi di sini ada kak Calvin, sudah pasti sudah iya dia akan menyabut anggukannya tadi.
"kenapa harus dia sih Za? kenapa nggak cowok lain? banyak cowok yang mau sama loe tapi loe malah milih cowok nggak normal kayak dia"kata Delvo menjuding meja 14 -meja yang di duduki sama dokter Verdhi sedang bercanda sama kak Vino dan Tasha- Sengit dan membuang muka kearah lain.
"please Delvo!! gua minta tolong sama loe ya?? please!!! ini pertama kalinya buat hidup gua minta bantuan sama loe Delv, ya Delvo?? seenggaknya biarin gua berjuang demi kebahagiaan semu gua"
Delvo beralih menatapku tak percaya, tanganku menangkup di depan dada terlihat seperti orang menyembah dan mimik muka yang aku yakini paling melas dari mimik muka-ku sebelum-sebelumnya.
Delvo mendesah nafas panjang "Za loe itu sepupu gua yang paling gua sayang, gua nggak mau loe ngejar kebahagiaan semu loe Za, kalo gua biarin loe ngejar si Mr. Gay itu artinya gua juga biarin sepupu bar-bar yang paling gua sayangi terluka lebih dalam. gua nggak Bisa Naza, nggak dan Maaf"kata Delvo bangkit berdiri dari kursi berjalan keluar, mataku memanas mendengar perkataan Delvo. aku fikir selama ini Delvo benci sama aku, tapi ternyata dia menyayangiku dengan caranya sendiri, dengan caranya yang berbeda, dengan caranya yang menyebalkan.
"sory princess, aku kayaknya juga harus nyabut anggukanku tadi, Delvo bener, kamu sepupu kita yang kita sayangi, kalau aku biarin kamu ngejar kebahagiaan yang belum jelas juntrungannya itu artinya menyuruh luka yang lebih lebar untuk datang, sory ya, cari cowok lain yang normal sayang"kata kak Calvin mengacak rambutku lembut dan ikut berlalu dari hadapanku.
"kak Calvin"panggilku lirih, mataku semakin memanas dan aku rasakan pipiku basah.
kak Calvin berhenti berjalan tanpa membalikkan badan "jangan dia Naza, gunain otak kamu jangan hati kamu. sory"katanya dan kembali berjalan keluar dari Cafe kak Vino.
air mataku semakin deras untuk menetes, sesak, sangat sesak. kenapa sih mereka nggak mau bantuin aku? aku kan hanya ingin memperjuangkan kebahagiaanku, meski itu semu tapi aku ingin memperjuangkannya, dan kelak nanti kalau dia nggak juga bersamaku seenggaknya aku pernah berjuang untuk di cintai, aku pernah bertindak bukan hanya menatapnya dari jauh.
kenapa sulit sekali mencintai seseorang? kenapa nggak ada satu orang pun yang berpihak kearahku?? apa aku salah untuk memperjuangin cintaku?? apa itu haram?? nggak kan??
kalau aku bisa dengan gampang merubah hatiku ke orang lain sudah aku lakukan sejak dulu kak Calvin, sejak aku pertama kali bertemu dengannya, sejak pertama kali aku bercanda dengannya, sejak pertama kali aku melihat dia sedang MO sama papa. tapi sayangnya itu sulit, sangat sulit, sangat amat sulit, sesulit kak Calvin yang melupakan kak Nandi dari jaman SMA sampe sekarang.
dengan kasar kuhapus air mataku yang tak kunjung berhenti dan menoleh kearah meja nomor 14. senyumku berkembang begitu saja melihat dokter Verdhi yang sedang memotong steaknya tanpa memperduliin dua pasangan alay di hadapannya.
kalau kak Calvin dan Delvo nggak mau bantuin aku, aku bisa melakukan sendiri, aku bisa meminta jadwal sama suster di sana, dan untuk mematai papa aku bisa minta pak Kurman untuk jadi detektive. yeah That's Right Naza. You're Very Clever.
kubuka tas selempang yang di beliin tante Velin khusus untuk alat make up, mengeluarkan bedak dan mulai memoles bagian pipi yang tadi terkena air mata secara perlahan, mencoba menghilangkan jejak-jeka air mata di sana, setelah kuarasa merata aku mulai bangkit berdiri membawa piring berisi steak dan lemon tea kearah meja nomor 14, tak lupa senyuman manis harus terpampang sempurna di bibirku.
"Hay Sha, kak Vino dan dokter Verdhi. boleh gabung?"tanyaku menatap mereka ceria dan duduk di sebelah dokter Verdhi tanpa perlu menunggu persetujuan dari mereka bertiga.
mataku beralih menatap dokter Verdhi yang menatapku sebal, senyumku semakin berkembang melihat wajah sebalnya.
"loe udah duduk kali Za"kata Tasha geli dan mencomot cup cake di hadapan kak Vino di masukkan kedalam mulutnya. aku tersenyum manis tanpa ada rasa malu sedikit pun akan tindakanku. kak Vino menggeleng kepela geli dan mencium pipi Tasha tanpa malu.
"huuuu"sorakku melempar keripik di hadapanku ke wajah kak Vino yang di jawab peletan lidah.
"sirik aja loe bocah. bilang aja ngiri yeee"
kini giliran aku yang meletin lidah dan mencium pipi dokter Verdhi "tuh bisa wlee"
kak Vino dan Tasha membulatkan matanya sebelum tertawa terbahak-bahak. duh aku kok jadi agresif banget sih kalo di sebelah dokter Verdhi??.
"ganjen amat loe jadi orang"omel Tasha melempar keripik di hapannya ke wajahku. aku tertawa mengejek mendengar omelan Tasha.
"bilang aja ngiri. modus tuh modus, minta di cium lagi tuh kak Vino"ledekku yang membuat Tasha membrenggut sebal, matanya menatapku tajam yang aku balas peletan lidah.
"aku nggak suka kamu main nyium gitu aja Za"
kepalaku menoleh ke kiri menatap dokter Verdhi yang juga sedang menatapku tak suka penuh dengan ancaman di dalam matanya.
"kenapa? kan kita pacaran!!"jawabku tanpa dosa menatapnya polos menekan semua rasa sakit yang tiba-tiba hadir.
"I don't Think so"jawabnya datar dan dingin.
hatiku terkoyak-koyak melihat tatapannya yang semakin menajam terlebih perkataanya yang berhasil membuat hatiku kembali hancur setelah susah payah aku kembali membangunnya tapi dia dengan mudah menghancurkannya, menghancurkannya tanpa perasaan, menghancurkannya untuk kesekian kali.
"but i tink so. kamu sendiri menawarkannya dokter!! dan kamu tidak bisa mundur selama aku tidak mundur"kataku menatapnya tak kalah tajam.
sekarang yang aku bisa hanya berpura-pura aku tidak apa-apa di hadapan dokter Verdhi, meskipun dia akan memperlakukan aku seburuk apapun, aku akan tetap berpura-pura kalau aku tidak apa-apa sampai nanti kalau hatiku benar-benar lelah dan nggak kuat untuk menahan perkataan kasarnya mungkin aku akan pergi dari hidupnya.
dokter Verdhi menatapku semakin tajam "kalau bukan karena kamu anaknya Dipto—-"
"kenapa kalau aku anaknya? apa yang akan kamu lakukan kalau aku bukan anaknya dokter?"tanyaku sarakastik memotong perkataanya.
rahangnya mengatup rapat menatapku semakin tajam dan berlalu begitu saja dari hadapanku.
kontan tanganku terulur kearah dada merasakan hatiku yang berdenyut-denyut. nggak papa Naza, ini baru permulaan, ini baru permulaan, kamu harus bisa meluluhkan hatinya dengan caramu Naza. kamu pasti bisa. SEMANGAT!!!!
kepalaku menoleh kearah kak Vino dan Tasha yang menatapku kasian. ck kenapa sih harus ada tatapan itu di muka bumi ini?.
"hey kapan kalian menikah?"tanyaku mencoba mencairkan suasana dan tersenyum manis.
kak Vino menatap Tasha dengan pandangan yang hanya di mengerti kedua orang itu, Tasha menghendikkan bahu menjawab tatapan kak Vino.
"kalian bisa telepati ya?? gua ajarin dong"kataku berusaha ceria membuat mereka beralih menatapku.
"telepati? telepati makanan apa Za? kok gua nggak pernah denger ya makanan itu?"kata kak Vino menatapku jail. aku memutar kedua bola mataku malas.
"kak Vino mana pernah makan makanan manusia? kak Vino kan suka makan manusia. kanibal"kataku yang membuat Tasha tertawa, aku terkekeuh melihat wajah membrenggut kak Vino yang menurutku minta di museumin.
"manusianya enak sih Za, kan gua jadi ketagihan, asal manusianya sahabat loe ini"
dan aku tertawa ngakak mendengar perkataan mesum kak Vino. Tasha menunduk malu tanganya terulur menggeplak lengan kak Vino. tawaku semakin pecah melihat ulah dua manusia di hadapanku yang sangat menggemaskan. aku jadi iri. kira-kira aku bisa seperti mereka sama dokter Verdhi nggak ya??
pertanyaan yang membuatku semakin iri melihat kemesraan kak Vino.
"kan aku jujur sayang!!"kata kak Vino menjawil pipi tembem Tasha.
"malu tau Vin. di sini ada Naza"
"jadi kalo nggak ada Naza boleh yang?? Za mending loe pulang deh, gua mau buat dedek dulu sama say—-"
"Vinnnnn!!"
aku semakin terbahak. dasar pasangan dambleng!!
07 - 07 - 15
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top