beraksi ||3 -mulai ada rasa???

haloooo ane balik lagi, kali ini ane update cepet karena idenya lagi baik sama ane, dia tiba-tiba datang dengan indahnya di kepalaku.... eiitttsss stooop aku nggak mau nulis panjang-panjang nanti yang ada malah curhat. maklum cewek hahahahahahahaha #ngetawaindirisendiri.

>>>>>>>>>>>>>>

"pagi pak satpam"sapa Naza ramah lengkap dengan senyuman manisnya dan melangkah masuk kedalam rumah sakit.

"pagi neng Naza"jawab pak Satpo -Satpam rumah sakit- tak kalah ramah "tapi mohon maaf neng, neng kagak bisa masuk kedalam"sambung pak Satpo menahan langkah Naza.

"kenapa pak?"tanya Naza pura-pura bingung.

pak Satpo tersenyum merasa bersalah melihat wajah Naza yang memandangnya bingung "eum anu neng, kemaren pak dokter nyuruh kami buat ngelarang neng masuk kedalam lagi"kata pak Satpo penuh rasa bersalah.

Naza menghela nafas pendek dan berjongkok di hadapan pak satpo, tangannya memeluk lututnya sendiri, bibirnya mengerucut lucu wajahnya ia buat semelas mungkin "salah Aza apa ya pak? Aza kesini kan cuman ingin memperbaiki hubungan Aza sama dia, tapi kenapa dia nggak mau dengerin omongan Aza sih pak? boro-boro dengerin dateng aja di usir"katanya dengan lirih dan sesekali manghapus air matanya yang sudah jatuh. dia benar-benar bakat untuk menjadi artis.

pak Satpo menggaruk kepalanya yang nggak gatal menatap Naza kesian, wajah pak Satpo menoleh kekiri kearah teman kerjanya yang juga menatap Naza perihatin, mereka berdua beradu pandang tentang kelanjutan nasib Naza selanjutnya, dengan berat Pak satpo menarik nafasnya dan ikut duduk di hadapan Naza yang masih asik sesenggukan.

"neng, udah atuh neng nangisnya, nanti jelek loh neng"kata pak Tukimin -satpam rumah sakit- ikut bicara dan mengelus kepala Naza hati-hati.

"bapak nggak tau perasan Aza hiks"kata Naza dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.

pak Tukimin dan pak satpo kembali berpandangan dan kali ini pak Satpo mengangguk nggak tega melihat Naza yang menangis seperti itu.

"eneng jangan nangis terus, nanti cantiknya luntur loh, eneng boleh masuk kok"kata pak Satpo mengelus kepala Naza lembut.

dengan cepat Naza mengangkat kepalanya menatap pak Satpo bahagia "beneran pak?"tanya Naza menghapus air matanya.

pak Satpo dan pak Tukimin mengangguk menjawab pertanyaan Naza.

"terimakasih banyak ya bapak-bapak, aduh Aza jadi malu"kata Naza bangkit dari jongkoknya begitu pula kedua satpam itu menatap Naza dengan senyuman manis "kalo gitu Aza kedalem ya pak. assalamu'alaikum"sambung Naza tak sanggup menyembunyikan rona kebahagiaan di wajahnya dan berlari masuk kedalam rumah sakit.

dalam hatinya bersorak-sorai kegembiraan yang telah berhasil mengelabui kedua satpam itu, kepalanya sedikit menunduk melihat angka di jam di tangannya, kurang satu jam lagi Verdhi akan istirahat, nggak sia-sia tadi dia bolos setelah mengerjakan ulangan Kimia-nya yang langsung ngacir kesini tanpa sepengatuan temen-temennya kecuali Niken dan Tasha tentunya.

kepalanya menoleh kekanan dan kekiri melihat para suster yang sibuk dengan kesibukannya sendiri-sendiri, ada juga yang sedang ngegosip, tapi kali ini Naza tidak memilih untuk bergabung dalam para suster itu, dia ingin menunggu Verdhi di depan ruangannya, sekaligus membuktikan kalau larangan  Verdhi itu nggak ngaruh buatnya, lagi pula sejak kapan larangan Verdhi Naza patuhi?.

"Naza nggak gabung sama kita-kita?"tanya suster Fitri yang melihat Naza berjalan di depannya dengan senyuman kebanggaan Naza.

Naza menoleh kearah suster Fitri dan yang lainnya yang sedang menatapnya ramah, kepala Naza menggeleng pelan menjawab pertanyaan suster Fitri "nggak kak, untuk hari ini aku absen, ada urusan yang lebih membahana, duluan ya kakak-kakak semua"

suster Fitri dan yang lainnya saling tatap satu sama lainnya dan tersenyum geli, yang di maksud Naza urusan membahana sudah pasti  Verdhi, mana ada urusan yang lebih membahana selain Verdhi bagi Naza??.

Naza terus berjalan kearah ruangan Verdhi dan duduk di kursi penunggu setelah menyapa suster Nia yang sedang membuka map.

Naza mengambil handphone yang ada di saku jas sekolah dan membuka aplikasi permainan Crush, kekanakan memang, tapi apa mau di kata? tidak kata kekanakan dalam kamus Naza untuk masalah kesukaan, bagi cewek yang menjujung tinggi imagenya mungkin tidak akan memainkan hobinya di depan banyak orang jika hobinya itu abnormal untuk seusia dirinya, tapi ini Naza, gadis yang cuek sama keadaan, tak memperdulikan sekitar yang menurutnya nggak penting, dia hanya menjalankan hidupnya sesuai apa yang bisa membuatnya bahagia, bukan menjalan kodratnya karena ingin di junjung tinggi.

buat apa di junjung tinggi kalo hidupnya tertekan? kalo hidupnya hanya bikin orang kesel? nggak ada gunanya, bagi Naza hidup cuman sekali dan karena hidup cuman sekali dia harus bahagia, itulah perinsip hidupnya selama ini. simple tapi jarang ada orang yang memiliki prinsip seperti itu.

bibirnya mengerucut, keningnya saling bertautan dan wajah sebal hadir di wajah cantik Naza saat permainan yang sedang ia geluti game over, tak mau menyerah ia kembali mengulang permainannya, dan bisa di liat dari segi ini, kalu Naza bukan orang yang mudah putus asa. kita bisa tau sifat seseorang jika kita benar-benar memperhatikan orang itu dengan seksama.

krek

kepala Naza menoleh kearah asal suara dan cepat-cepat menyudahi permainannya memasukan handphone kedalam saku jas sekolahnya dan berdiri di depan pintu.

dua peria yang keluar dari satu ruangan menatap Naza dengan pandangan berbeda, yang satu memandang Naza heran dan yang satu memandang Naza penasaran sedangkan Naza malah menampilkan senyuman manisnya ke hadapan dua peria di hadapannya.

"kenapa bisa masuk?"Tanya  Verdhi ketus menatap Naza heran sekaligus sebal. bukannya dia sudah bilang sama pak satpam kalau Naza tidak boleh masuk?, tapi kenapa sekarang???--- oh ya tuhan!!! seberapa hebat efek Naza bagi para satpam itu?.

"bisa dong, Naza gitu loh"jawab Naza bangga dan menepuk dadanya sombong.

Verdhi mendesah frustasi, harus bagaimana lagi dia berusaha supaya Naza menjauh dari hidupnya? di usir secara kasar sudah ia lakukan, secara halus? setiap hari, tapi Naza terus saja merecoki hidupnya, sepertinya ia sekarang harus menyusun rencana supaya Naza bisa hang out dari hidupnya secepat mungkin.

"Naza ya? ceweknya Verdhi?"tanya laki-laki seusia Verdhi menatap Naza memastikan.

Naza mengangguk malu-malu mendengar perkataan temennya Verdhi yang kalo boleh bilang sama tampannya seperti Verdhi, tapi bagi Naza Verdhi lah yang paling tampan.

"nggak usah ngaco Joey"sangkal Verdhi menatap temannya sengit.

Joey tersenyum miring melihat tatapan Verdhi "siapa yang ngaco? gua kan bicara fakta, orang gua dapet sumbernya dari adik loe, sumber yang paling terpercaya"kata joey mengejek Verdhi secara halus dan beralih menatap Naza "loe kan cantik, masih muda, kok mau-maunya sih sama bangkotan nggak berguna kayak dia"

Naza membulatkan matanya untuk beberapa detik dan tersenyum malu, entah kenapa ekspresi Naza yang seperti itu nampak menggemaskan di mata Verdhi, dengan susah payah ia menahan tangannya di dalam kantung celana yang ingin mencubit pipi Naza.

Verdhi menggelengkan kepala mencoba mengenyahkan pemikirannya yang aneh.

"kakak bisa aja"kata Naza lengkap dengan rona merah di kedua pipi gadis itu.

Joey tersenyum melihat sifat Naza yang bisa di bilang manis tersenyum geli "gua joey"kata Joey mengulurkan tangannya kehadapan Naza.

Naza sudah siap membalas uluran tangan Joey tapi sudah di dahului sama tangan orang lain "Naza, panggil aja gitu"jawab Verdhi ketus.

Naza mengerjapkan matanya berkali-kali menatap Verdhi bingung. joey mengulum senyum dan berteriak sekencang mungkin, sampai suster yang ada di sana terkaget karena teriakan Joey yang mampu membuat orang mati hidup lagi.

"VERDHI CEMBURU OEY. HAHAHAHAHAHA KAYAKNYA GUA PERLU BUAT TUMPENG DI RUMAH"teriaknya sembari berlari menghindari Verdhi yang ingin membunuhnya. alahasil kedua peria tampan itu saling berkejaran di halaman rumah sakit, Naza terbahak begitu pula para suster yang tertawa geli, kepala mereka menggeleng, tak biasa melihat orang waras yang berlarian seperti itu, dan terlebih lagi salah satu orang itu adalah dokter di sana. Amaizing

Joey berlari kearah belakang Naza dan membuat tubuh Naza sebagai temeng. Verdhi menggeram kesal melihat temennya di belakang Naza, sedangkan Naza masih berusaha meradakan tawanya, jelas terlihat di wajah gadis itu yang memerah, dan bibirnya yang berkedut-kedut.

tanpa di sangka-sangka Verdhi menarik tangan Naza membuat Naza berada di belakang punggung Verdhi dalam sekali sentakan, dan tanpa menunggu lama Verdhi langsung membogem perut Joey keras.

Joey terbatuk-batuk menerima pukulan talak sahabatnya tapi tak menghilangkan senyum geli di wajah peria tampan itu, matanya terus menatap Naza yang kesusahan mengimbangi langkah Verdhi, apalagi tatapan mata Naza yang terarah kearah peria itu, tatapan mata yang penuh rasa bersalah.

.

Verdhi melepaskan genggaman tangannya dia pergengalan tangan Naza saat mereka sudah sampai di kantin.

Naza duduk di tempatnya biasa seperti kemaren alias di hadapan Verdhi dan mulai mengeluarkan kotak bekal yang sengaja ia bawa tadi pagi untuk makan siang Verdhi.

alis Verdhi terangkat melihat Naza yang membuka bekal dan mengulurkan nasi ke mulutnya.

"aaa dokter"

kepala Verdhi menggeleng "aku bisa beli sendiri, kamu makan aja"katanya sembari bangkit dari kursinya.

dengan sigap Naza menarik pergelangan tangan Verdhi membuat sang empu tangan menoleh kearahnya, Naza tersenyum manis "ini aku buatin khusus untuk dokter"

Verdhi menghela nafasnya dan kembali duduk "nggak usah di suapin, aku bisa makan sendiri"tolak  Verdhi halus menjauhkan kepalanya.

kepala Naza menggeleng "biar aku yang suapin. ayo aaa"

"Naza!!!"

"kalo dokter Verdhi nggak mau aku suapin berarti dokter Verdhi emang cemburu tadi sama kak Joey"

tanpa berfikir terlebih dulu Verdhi langsung menerima suapan Naza yang menggantung di udara. Naza tersenyum melihat  Verdhi mengunyah makanan.

dia nggak tau, perkataan Naza tadi adalah jenis perkataan yang menjebak, kalau  Verdhi menolak itu terlihat kalau dia mengakaui dia memang cemburu, tapi kalo dia menerimanya itu artinya dia secara tidak sadar mengiyakan perkataan Naza.

Naza tersenyum manis dan terus menyuapi Verdhi selayaknya menyuapi balita 1 tahun, para suster yang ada di sana menggelengkan kepala geli.

"aaaaa pesawatnya mau masuk, ayo aaa"kata Naza jail, Verdhi menggeleng heran tapi tak menolak suapan Naza.

"dok mobil aku di bengkel, dokter mau ya anter aku pulang??"kata Naza sembari menyuapi Verdhi yang di terima tanpa ada bantahan.

"kenapa nggak nelvone supir?"

Naza membrenggut mendengar perkataan Verdhi "ayolah dokter, masak dokter tega sih aku pulang jalan kaki, ayolah, plis plis plis"rengek Naza meletakkan sendoknya kedalam bekel yang tadi hampir memasuki mulut kekasihnya, membiarkan mulut Verdhi terbuka.

Verdhi menghela nafas panjang dan mengangguk "iya, cepet suapi lagi"

wajah yang tadi sempet murung kini berubah menjadi ceria, Naza tersenyum manis mendengar perkataan Verdhi dan kembali menyuapi perianya penuh rasa sayang.

.

.

.

nggak ada hari yang lebih membahagiakan bagi Naza kecuali hari ini, satu karena Verdhi mau makan siang dengannya tanpa paksaan seperti dua hari kemaren, dua, karena dokter Verdhi mau ia suapi kayak balita 1 tahun, 3 meski Verdhi nggak bilang tapi Naza yakin kalau Verdhi sudah mulai ada rasa dengannya, 4, Verdhi mau mengantarnya pulang meski harus dengan sedikit paksaan, aku ulangi sedikiiiiiiiiiitttttt paksaan, dan berkat keempat alasan itulah yang berhasil bikin Naza terus tersenyum manis seperti saat ini.

"loe lagi bahagia Za?"tanya Chealse yang tiba-tiba duduk di sebelah Naza.

"SETAN"pekik Naza bangkit berdiri dari duduknya.

Chealse menatap Naza geli dan terkekeuh, sahabatnya masih sama seperti dulu, kagetan. dan sepertinya kekagetan Naza makin buruk.

"ihh kak Chealse hobi banget deh bikin Naza jantungan"sungut Naza kembali duduk menatap Chealse sebal "loe rese kalo lagi gila"

dengan sebal Chealse menoyor kepala sahabatnya tanpa perasaan dan menatap Naza bengis, sedangkan Naza tersenyum innocent, benar-benar minta di bacok.

"loe sama dokter itu sweet ya Za, tadi gua liat dia lagi kejar-kejaran sama temennya dan gua juga liat cara loe nyuapin dia, bener-bener bikin iri"

Naza terkekeuh mendengar perkataanChealse"Naza gitu loh, apa sih yang nggak"katanya sombong dan menepuk-nepuk dadanya penuh percaya diri.

Chealse memutar kedua bola matanya malas, "gila loe kambuh"

dan mereka berdua tertawa, moment yang sudah lama Naza maupun Chealse nggak lakukan, moment yang sempat menghilang beberapa tahun kini kembali.

"gilaan mana sama loe?"kata Naza nggak terima dengan perkataan Chealse setelah menghentikan tawanya.

"eloe lah, gua mah waras, sewaras-warasnya orang waras"

Naza berdecih mendengar perkataan Chealse "mungkin maksud loe itu, sewaras-warasnya orang gila"kata Naza terbahak.

Chealse memanyunkan bibirnya dan menggeplak kepala Naza lumayan keras, membuat sang empu mengaduh dan membalas geplakan yang sama, dan terjadilah aksi geplak-menggeplak sampai suara barithone menghentikan aksi mereka.

"Chels"kata suara dari lorong rumah sakit menatap Chealse tegas menggerakkan kepalanya kearah lorong, menyuruh Chealse untuk kembali kekamar.

mau tidak mau Chealse berdiri dan berniat jalan tapi di hadang sama Naza yang menggenggam erat pergelangan tangan Chealse.

kepala Chealse menoleh kearah Naza minta di lepaskan, tapi dengan tagas Naza menggeleng, entahlah, feeling dia nggak enak untuk kali ini.

"dek"kata Chealse memohon. Naza masih menggelengkan kepalanya dan semakin erat menggenggam pergelengan Chelsea, dia tidak perduli kalau Chealse akan sakit karena genggamannya atau menimbulkan bekas biru di pergelengan Chealse, yang dia tau dia hanya nggak ingin Chealse menuruti peria asing itu.

"bisa lepas tangan Chealse??"tanya suara tegas menatap Naza nggak suka berdiri di antara dua cewek itu.

Naza memincingkan matanya dan berdiri dari duduknya, dengan tegas ia menjawab "nggak akan!!"

peria itu menggeram menatap Naza kesal bukan main "lepaskan tangan Chealse anak kecil"

"you wish"

peria itu semakin geram, kalau Naza bukan seorang cewek sudah di pastikan dia akan menghajar habis-habisan Naza, tapi beruntungnya Naza seorang cewek, sebejat-bejatnya dia, dia nggak akan pernah melukai cewek, dan chelsea bisa termasuk pengecualian tapi bisa juga tidak.

"Naza"lirih Chealse menatap Naza penuh permohonan.

"no"jawab Naza tegas dan kembali menatap peria di hadapannya, peria yang tidak ia kenal.

"anda tau? anda membuang waktu saya, jadi lepaskan tangan Chealse"kata peria itu tegas. sebenernya dia bisa saja menarik tangan Chelsea sampai Naza melepaskan tangan Chealse, tapi seperti yang sudah aku katakan kalau dia tidak akan menyakiti wanita dalam bentuk fisik.

Naza diam tapi tak melepaskan tangan Chealse, dia malah semakin mengeratkan pergelangan tangan Chealse.

"ada apa ini?"tanya sebuah memecahkan adu pandang tajam antara Naza dan peria itu.

Naza menoleh kearah Verdhi, senyumnya mengembang tapi tangannya tak kunjung melepaskan tangan Chealse.

"ada apa Za? kamu buat masalah apa?"tanya Verdhi melangkah maju kearah mereka bertiga dan menatap tangan Naza yang menggenggam kuat pergengan Chealse serta ringisan di wajah cantik wanita itu. "lepas Za, kamu nyakitin sahabat kamu"

Naza menoleh kearah Chealse yang meringis dan langsung mengendurkan cekalannya tanpa melepaskan pergelangan tangan Chealse.

"maaf"bisik Naza penuh rasa Bersalah, Chealse mengangguk maklum.

"bisa anda bilang sama pacar anda kalau dia harus melepaskan genggamannya di wanita saya?"tanya peria itu menatap Verdhi datar.

Verdhi menaikkan alisnya menatap peria yang tak ia kenali dan berubah menatap Naza memincing, tangannya yang tadi di dalam saku celana kini berubah menjadi menggenggam tangan Naza erat.

"lepaskan"perintah dengan nada yang tak terbantahkan.

kepala Naza menunduk tapi Naza sama sekali tak ada niatan untuk melepaskan pergelengannya di tangan Chealse.

"Naza Islami"

Naza masih menunduk tapi tak ada niatan sama sekali untuk melepaskan cekalannya.

Verdhi mendesah lelah dan menarik Naza kearahnya sedikit kearas sampai tangan yang tadi menggenggam tangan Chealse terlepas begitu saja tanpa Naza ketahui.

kepala Naza menatap Verdhi tak suka dan beralih menatap Chealse yang sudah di tarik sama peria asing itu.

"kak Chealse"panggil Naza sedikit nyaring.

Chealse menengok kearah Naza dan memberikan snyuman manisnya, dia berusaha memberi kode kearah Naza kalau semuanya akan baik-baik saja, entah itu kode untuk Naza atau kode untuk dirinya sendiri?.

"kak Chelss"teriaknya makin nyaring berusaha melepaskan genggaman tangan Verdhi di pergelengan tangan Naza, tapi bukannya terlepas malah semakin erat.

Naza menoleh kearah  Verdhi menatap Verdhi kecewa masih berusaha untuk melepaskan cekalannya, bukannya melepaskan Verdhi malah menarik tangan Naza untuk berjalan.

>>>>>>>>>>

itu si abang Joey ngapain nyasar kesana bang???? salh alamat? wkwkwkwkwwkwkwkwk

25 / 07 / 2015

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #gay