Chapter 6
Yuhuu update🤗🤗🤗
#Playlist: Ed Sheeran - Perfect
•
•
Beberapa berkas perjanjian baru saja selesai diperiksa. Aziz meminta Kasih untuk memeriksa dan membaca supaya tidak ada yang terlewat meskipun Aziz sudah membaca berulang kali. Tepat saat selesai diperiksa waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Sudah saatnya istirahat.
Kasih duduk di ruang istirahat alih-alih pergi ke restoran. Entah karena apa secara tiba-tiba Richard membatalkan janji makan siang, tapi tetap membelikan makanan. Jadinya Kasih makan di ruang istirahat bersama Sandra dan Gilbert. Sedangkan Top masih ada keperluan sehingga makanan dibawakan ke ruangan.
"Kas, lo suka sayur nangka nggak? Gue nggak suka, nih," tanya Sandra setelah bungkus nasi Padang miliknya dibuka.
"Suka. Lo boleh taruh di tempat gue," jawab Kasih.
Kasih menerima sayur nangka dan sambal hijau yang Sandra berikan padanya. Kasih mulai menyantap setelah Sandra selesai memindahkan makanan. Dengan tenang Kasih melahap sambil ditemani suara takjub Sandra yang cukup jelas saat merasakan nikmatnya nasi Padang.
"Btw, San." Kasih membuka obrolan. Rekannya itu menoleh. "Kemarin lo cerita soal--"
"Kas! Ini ada kiriman buat lo. Berhubung lo lagi mamam di sini, gue bawain aja daripada nongkrong di ruangan sendirian." Suara keras Tiara menginterupsi obrolan yang tengah berlangsung.
"Thank you, Ti," ucap Kasih.
"Sama-sama, Kasihku." Tiara meletakkan kardus kecil di atas meja tepat di samping Kasih.
"Eh, bikin kopi, dong, Ti," suruh Sandra.
"Ayo buat berdua, deh. Gue payah," kata Tiara.
Selagi Tiara dan Sandra beranjak menuju dapur, Kasih mengambil kardus kecil yang diletkkan di atas meja padanya. Dia melihat nama pengirimnya bertuliskan 'Secret Admirer'. Kasih penasaran. Dia membuka kardus hingga isinya yang terbungkus kertas cokelat terlihat. Saat dia membuka kertas cokelat, Kasih melihat tikus berwarna hitam mati. Ada pula darahnya yang berceceran di dalam kardus. Baunya pun semerbak menusuk hidung. Juga, ada kartu yang tertempel kecil di dekat badan tikus tersebut.
Enjoy your gift, Baby.
-Your Lovely Ex
Gilbert kebetulan duduk berhadapan dengan Kasih, sedikit berdiri guna melihat isi dari kardus. Gilbert kaget dan tidak percaya. Gilbert kembali duduk dengan menutup hidung supaya tidak mual. Tanpa pikir panjang Gilbert mengirim pesan kepada bosnya.
Kasih merasa mual. Secepat mungkin Kasih menutup kardusnya, membawa pergi dan membuang ke tempat sampah. Kasih jijik melihatnya. Bayang-bayang binatang itu mengisi pikiran. Kasih ingin muntah. Nafsu makannya hilang. Kasih berlari keluar ruangan menuju toilet. Akibat mual yang menguasai, Kasih sampai mengabaikan semua pertanyaan Sandra dan Tiara saat hendak keluar ruangan.
Setibanya di toilet Kasih muntah-muntah. Mantannya benar-benar sialan. Mengiriminya hadiah tidak terduga pada jam makan siang.
Kasih tidak mengunci bilik pintu ketika muntah karena dia sudah tidak tahan. Tidak cuma sekali, Kasih muntah beberapa kali. Dia sampai tidak sempat menguncir rambut dan membuat tangan satunya sibuk memegangi rambut. Kasih sempat mendengar suara pintu terbuka pertanda ada yang masuk, tapi dia tidak peduli. Kasih terlalu sibuk menetralkan diri.
"Kasih?"
Panggilan lembut nan menenangkan mendengung di telinga Kasih. Kontan, dia menoleh ke belakang menemukan suaminya membuka bilik pintu.
"Kenapa ada di sini, Mas? Ini kan...."
Kasih tidak melanjutkan kata-katanya, teringat kembali akan bayangan tikus mati. Sungguh, mualnya semakin menjadi. Kasih kembali muntah. Top segera membantu Kasih dengan mengangkat rambut istrinya dan mengusap punggung Kasih berulang kali.
Setelah selesai Top memberikan tisu kepada istrinya. Kasih mengambil dan menyeka mulut dari sisa-sisa muntah.
Dengan sigap Top menggendong Kasih dan mendudukkan di atas meja wastafel yang kokoh. Top menyeka bagian celana istrinya yang kotor, kemudian dia membasahi tisu kering dan mengusap sekitar bibir istrinya. Menit berikutnya Top memberikan sebotol teh manis hangat dan satu cup berisi kopi bubuk. Top meletakkan keduanya di dekat wastafel saat pertama kali tiba di toilet.
"Kamu cium bubuk kopinya, ya. Gilbert bilang tadi kamu cium bau bangkai. Semoga ini bisa hilangin bayang-bayang baunya," jelas Top.
"Makasih, Mas."
Kasih menerima keduanya dengan baik. Dia meminum sedikit teh manis hangatnya sebelum diletakkan di sampingnya. Lalu, dia beralih mencium aroma kopi, berhasil membuat hidungnya yang terbayang bau bangkai mulai digantikan dengan aroma kopi. Kasih memperhatikan suaminya yang dengan apik merapikan rambutnya yang berantakan.
"Mas, ini toilet perempuan. Nanti ketahuan seandainya ada yang masuk." Kasih agak khawatir.
Top mendesah tidak tenang. Kasih selalu memikirkan hal lain di kala kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Sejak mendengar dari Gilbert ulah mantan tunangan Kasih, hatinya tidak tenang. Top sangat khawatir. Top tahu istrinya ada di toilet dari bertanya pada salah satu pegawai yang kebetulan melihat Kasih masuk ke sana. Maka dari itu Top bergegas mendatangi toilet bersama asisten pribadinya, Sera, dengan membawa air dan kopi. Dia menyuruh Sera menunggu di luar dan menambahkan tulisan toilet sedang rusak di toilet perempuan agar tidak ada yang masuk. Top sudah memikirkan segala kemungkinan.
"Nggak ada yang masuk. Aku udah minta Sera buat jagain depan dan ditulis kalau toilet ini rusak jadi mereka ke toilet lain. Jangan pikirin itu." Top mengusap kepala Kasih, menatap khawatir sang istri. Wajah Kasih terlihat pucat.
Tanpa aba-aba Top memeluk istrinya. Dia yakin Kasih takut, tapi berusaha menutupinya. Top benar-benar marah waktu tahu cerita Gilbert.
"Jangan takut lagi, ya. Aku nggak akan biarin siapa pun menyakiti kamu," bisik Top.
Sepanjang hidupnya Kasih hanya pernah menangis satu kali; saat mantannya berselingkuh. Selebihnya Kasih selalu menekan emosi dan tidak membiarkan tangis menguasai. Namun, kata-kata yang dibisikkan Top, suara lembutnya, cara Top merengkuhnya, berhasil membuat air mata Kasih luruh. Tangisnya pecah. Kasih menangis terisak-isak. Dan dalam pelukan suaminya, Kasih menemukan kehangatan terbaik.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Pada jam pulang kerja jalanan sedang macet-macetnya. Top hendak mengajak pulang Kasih lebih cepat menggunakan motor yang selalu siap sedia dan sengaja ditinggalkan di kantor, tapi istrinya menolak. Kasih bilang tidak masalah bermacet-macet ria. Namun, sepanjang jalan Top tidak mendengar apa pun dari istrinya. Top khawatir.
"Kasih?"
"Iya, Mas?"
"Kenapa diam aja?" Top mengusap punggung tangan istrinya. Sejak mereka berdua berada di dalam mobil, Top tidak sedikit pun melepaskan tangan sang istri dan terus menggenggamnya.
Kasih menatap jalanan yang ramai. Dipenuhi motor dan mobil. Beberapa di antara mereka tidak sabar dan membunyikan klakson berulang kali sampai telinga sakit. Lampu jalan mulai menunjukkan manfaatnya dengan menyala dan menerangi gelap.
"Waktu itu Mas tanya aku mau hadiah apa dan aku bilang nggak mau apa-apa. Aku berubah pikiran. Aku pengin hadiah dari Mas." Kasih berbalik, memiringkan tubuhnya sedikit agar bisa melihat sang suami. Dia membahas hal lain alih-alih memberi jawaban.
"Mau hadiah apa, Kasih?"
"Lahan di Kalimantan Timur."
"Lahan?"
"Iya, lahan. Mas bisa beliin aku, kan?"
"Anything you want. Mau lahan di sebelah mana? Kalimantan Timur, kan, luas. Kamu bisa beritahu tepatnya di mana."
"Nanti aku kirimin alamatnya, Mas."
Top tidak tahu mengapa dengan tiba-tiba Kasih ingin sebuah lahan. Apa mungkin lahannya sudah diincar sejak lama? Top tidak bisa menebak-nebak. Walau tidak tahu alasan pastinya, Top akan membelikan. Apa pun yang istrinya inginkan, dia tidak masalah.
Kasih melempar senyum. Tanpa ragu dia duduk di atas pangkuan Top, memeluk lehernya dan mengecup leher sang suami. "Makasih, Mas."
Top sempat kaget ketika Kasih duduk di atas pangkuannya. Dengan sigap dia menahan tubuh istrinya, memeluk pinggang ramping dan mendekapnya lebih dekat. "Sama-sama, Kasih."
Sebenarnya Kasih tidak mau apa pun. Mau suaminya membelikan cincin murahan, dia tidak masalah dan akan memakainya. Namun, kali ini setelah hadiah yang diberikan Romi, dia perlu melakukan sesuatu. Membalas tindakan laki-laki itu. Kasih ingat Romi mengincar salah satu lahan di Kalimantan Timur. Mantannya mengincar lahan itu karena tahu keuntungan di masa mendatang akan berlipat-lipat ganda. Lahan itu akan dijadikan pusat berbisnis, sayangnya uang Romi tidak mencukupi tawaran yang punya lahan. Di samping uang tidak cukup, yang punya lahan tidak suka dengan Romi. Hal itu dinyatakan secara vokal saat Kasih menemani Romi bertemu sang pemilik lahan. Jadi inilah waktu yang tepat mengambil lahan yang diinginkan mantannya sejak lama.
"Aku nggak mau pulang, Mas."
"Mau ke mana?"
"Entah." Kasih menarik satu tangannya, berpindah memainkan dasi Top yang masih terpasang rapi.
Top mengusap kepala istrinya. Dia yakin Kasih masih kepikiran masalah hadiah makanya tidak mau pulang. "Oke, kita menginap di hotel, ya. Mumpung besok libur. Soal baju dan lain-lain nanti beli aja. Tapi sebelum itu, kita pergi makan dulu."
"Oke, Mas."
Kasih menyandarkan kepala di dada suaminya, tenggelam dalam tenang. Mulai sekarang dia akan berusaha menjatuhkan mantannya, tidak peduli harus bagaimana.
"Kalau kamu capek, tidur aja dulu. Nanti aku bangunin," bisik Top.
"Iya, Mas."
"Mau dengar dongeng sebelum kamu tidur?"
Kasih mendongak, menatap suaminya sebentar. Kasih turun dari pangkuan suaminya, lantas duduk bersebelahan dengan sang suami dan memeluk Top dari samping. Lebih nyaman dan aman ketimbang dipangku. Top tidak berhenti mengusap kepala Kasih sebagai balasan.
"Tell me about it, Mas."
"Sebelum dijodohkan, aku udah sering lihat kamu. Mungkin kamu nggak lihat aku, tapi aku selalu merhatiin kamu. Dari sana aku tertarik sama kamu. Tapi aku tahu saat itu kamu punya pasangan jadi aku cuma merhatiin tanpa berniat apa-apa," ungkap Top.
Kasih terbelalak. Pelukannya sedikit melonggar. Penuturan barusan berhasil mengejutkan dirinya. Top tertarik padanya? Top?
Top mengusap kepala istrinya, menyampirkan sisa rambut yang menghalangi pandangan. Ibu jarinya bergerak sempurna mengusap wajah sang istri. "Aku bukan tipe yang mau dijodohkan. Waktu tahu orang yang akan dijodohkan adalah kamu, aku nggak nolak. Aku senang karena kamu orangnya. Dan ternyata apa yang orang-orang bilang soal 'akan ada kesempatan' itu benar. Aku dapat kesempatan untuk menikah sama kamu. Aku pikir peluang itu udah nggak ada, ternyata sebaliknya."
Kasih tertegun. Matanya beradu dengan mata sang suami. Dari sorot mata suaminya, dia menemukan ketulusan. Suaranya yang lembut turut meyakinkan bahwa semua ucapan yang lolos bukanlah omong kosong belaka.
"Aku cinta sama kamu, Kasih." Top mengusap pipi istrinya sekali lagi dengan menunjukkan senyum manisnya. "I still can't believe you're mine."
Tidak ada kata yang tepat untuk mengungkapkan bagaimana perasaan Kasih sekarang. Kasih berdebar-debar mendengar pernyataan cinta dari suaminya. Inikah yang dinamakan he fell first he fell harder?
"Aku tahu kamu belum bisa mencintai aku balik. Nggak apa-apa, jangan dipikirkan dan merasa terbebani. I can wait until you love me back," tambah Top.
Selama ini Kasih terbuai dengan kata-kata manis mantannya. Percaya bahwa kata-kata itu merupakan kata paling manis dan menenangkan yang bisa dia dapatkan. Orang tuanya tidak pernah menunjukkan kasih sayang padanya sehingga saat Romi menawarkan hal itu, Kasih terlena. Kasih menutup mata keburukan Romi hingga tersadar akan apa yang dia lihat secara langsung. Kali ini pun, Top mengucapkan kalimat yang sama manisnya. Romi pun dulu menunjukkan ketulusannya. Apakah ini akan berakhir sama?
Kasih memilih untuk tidak menjawab, menggantikan dengan pelukan. Kasih tidak tahu apakah cinta dari suaminya tulus atau sebatas salah satu cara memanfaatkannya. Kasih masih belum bisa mempercayai Top. Tidak bisa sepenuhnya.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🫶🏻
Follow IG: anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top