Chapter 17
Yuhuu update🤗🤗🤗😍
Gas ya, komen 100 besok update lagi👍 kalo gak tercapai, aku update 4 hari lagi hehe
•
•
Seperti biasa Top mendengarkan beberapa progres dari Gilbert terkait pekerjaan, termasuk mengenai pengirim email yang ingin diselidiki. Top tidak bisa tenang sampai mengetahui siapa yang berani-beraninya mengirimkan email akan Element Telecom.
"Selain yang kamu sebutkan, ada apa lagi, Gil?"
"Masalah email itu, Pak. Saya udah dapat jawabannya."
"Siapa pelakunya?"
"Email itu dikirim dari komputer di sini, Pak. Setelah ditelusuri lebih jauh, email itu dikirim dari komputer Bu Kasih."
"Kasih?"
"Iya, Pak."
Top percaya istrinya tidak mengirimkan email itu. Namun, siapa yang berani-beraninya menggunakan komputer istrinya untuk mengirimkan email berisi informasi tersebut? Apa jangan-jangan ada mata-mata atau kenalan Romi di perusahaan ini? Top tidak punya siapa-siapa untuk dicurigai. Masalah ini membuatnya sakit kepala.
"Ruang divisi legal nggak punya cctv, ya?" tanya Top.
"Adanya di luar lorong sebelum pintu masuk, Pak. Kalau di dalam, ruang divisi legal nggak ada cctv. Soalnya ruang divisi legal yang sekarang, kan, ruangan baru. Waktu itu ruangan mereka nggak di tempat sekarang. Bapak yang minta mereka pindah ruangan ke ruangan baru. Bapak sendiri yang nggak kasih cctv di ruang divisi legal karena takut bikin mereka nggak nyaman. Waktu Pak Jordy dikasih cctv, itu karena ada banyak kasus yang bocor," jawab Gilbert menjelaskan.
Top baru ingat sekarang. Dia memang tidak ingin memberi cctv di ruang divisi legal seperti yang ayahnya lakukan dulu. Dia tidak mau para pegawai merasa terbebani atau tidak nyaman gara-gara dikira tidak dapat dipercaya. Selain itu ruang divisi legal yang sebelumnya terlalu kecil untuk tim yang mulai besar.
"Kalau gitu kamu selidiki cctv lorong dan cari tahu siapa yang masuk ke ruang divisi legal," titah Top.
"Masalah itu saya udah periksa, Pak. Anehnya, data cctv hari itu nggak ada, Pak. Dihapus total dan nggak bisa dikembalikan datanya."
"Kok, bisa?" Heran. Top tidak mengerti mengapa begitu kebetulan. "Coba kamu selidiki lagi lebih detail, Gil. Terus mulai malam ini, ruang divisi legal dikunci. Jadi jangan cuma bagian depan pintu utama lantai empat yang dikunci."
Gedung perusahaan Sun Telekomunikasi terdiri dari lima lantai. Setiap lantai memiliki pintu utama. Setelah keluar dari lift masih ada pintu utama yang dilengkapi sensor sidik jari untuk para pegawai masuk. Lantai empat merupakan ruangan divisi marketing, divisi legal, divisi IT, divisi keuangan, ruang istirahat dan ruang direktur. Divisi lainnya berada di lantai dua dan tiga beserta fasilitas kantor lainnya. Sementara itu, lantai lima diisi ruang serbaguna, ruang meeting, dan ruang arsip. Selain ruangan, ada pula rooftop yang jarang dibuka. Hanya untuk acara-acara tertentu atau saat sedang dibuka saja boleh digunakan.
Gilbert mengangguk mantap. "Baik, Pak."
"Ya udah, kamu urus dulu yang tadi saya minta soal pertemuan dengan Pak Broto."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi, Pak."
"Sebentar, Gil," tahan Top.
"Ya, Pak?"
Top mendesah kasar. Dia sempat menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya membrei tahu, "Tadi Pak Bharat telepon saya. Dia minta kamu ketemu sama adiknya. Pak Bharat bilang adiknya nggak enak mau telepon kamu makanya lewat dia dan menghubungi saya. Lusa ketemunya di café sepupunya Pak Bharat jam empat sore. Beliau bilang kamu udah tahu itu di mana."
Gilbert menghela napas. "Baik, Pak."
"Sejujurnya saya nggak suka ikut campur urusan orang. Tapi saran saya, kalau kamu nggak nyaman ketemu mantan kamu, ya, nggak usah ketemu. Saya juga tahu kamu menderita gara-gara hubungan kamu sama Mbak Basanti terkait gabungnya kamu di perusahaan ini. Saya nggak peduli, sih, kamu gabung lewat jalur mana, soalnya saya lihat skill kamu, bukan masalah gabung dari mana. Itu aja saran saya."
"Makasih, Pak." Gilbert menyunggingkan senyum. Iya, dia tahu Top melihat kinerjanya, bukan masalah itu.
Sejak Top mengambil alih sebagai direktur, ada beberapa pegawai lama yang dipecat. Keputusan itu diambil menyangkut kinerja para pegawai yang tidak menghasilkan apa-apa. Jadi, Gilbert tahu kalau Top melihat orang-orang di perusahaan dari kemampuan dan kinerja mereka, bukan mempermasalahkan lewat jalur mana untuk bergabung. Namun, setelah Top menjabat, seleksi pegawai jauh lebih ketat. Satu-satunya yang bergabung lewat jalur orang dalam setelah Top berjabat hanyalah Kasih. Sisanya benar-benar dari proses seleksi yang luar biasa merepotkan lebih dari proses saat Jordy menjabat.
"Btw, istri saya getol banget mau comblangin kamu sama Tiara," beber Top.
Gilbert terperanjat. "Bu Kasih cerita, Pak?"
"Iya. Pantesan kemarin kamu kasih alasan jatuh cinta pas bantu saya, ternyata memang dari hati. Bisaan banget, ya, Gil. Nggak ada takut-takutnya," ledek Top dengan wajah datar. Mau tertawa meledek pun ditahan supaya tidak kelihatan dia senang meledek.
"Maaf, Pak." Gilbert langsung salah tingkah. Tiba-tiba blushing mendengar nama Tiara disebutkan.
Top geleng-geleng kepala. "Gil, Gil, kamu memang agak sesuatu, ya. Dengar namanya aja blushing. Lebih baik kamu kontrol diri kamu. Jangan sampai nanti orang-orang ngira kamu blushing habis ketemu saya. Bisa timbul kecurigaan nanti."
"Ma-ma-maaf, Pak." Gilbert menepuk-nepuk pelan kedua pipinya agar sadar untuk tidak memikirkan Tiara pada jam sibuk seperti ini.
"Kamu butuh wejangan nggak?"
Gilbert menggaruk tengkuk lehernya malu-malu. "Kalau nggak keberatan, boleh, sih, Pak."
Top geleng-geleng lagi untuk kedua kalinya. Berhubung dia tidak pernah menjadi mak comblang, sedangkan istrinya semangat sekali ingin Gilbert bisa bersama Tiara, dia akan memberi wejangan saja untuk sekretarisnya. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan untuk membantu keinginan istrinya agar Gilbert dan Tiara bersatu.
"Nanti siang, kan, kantin baru buka, tuh. Coba ajak Tiara makan bareng. Kalau nggak berani, ya, coba lain waktu. Kalau bisa ungkapin perasaan kamu secepatnya. Jangan ditunda-tunda. Kalau keduluan terus tiba-tiba dia nikah, itu lebih sakit daripada ditolak. Itu aja wejangan dari saya. Lebih baik blak-blakan daripada kehilangan," ucap Top.
Gilbert manggut-manggut. "Baik, Pak. Saya akan ingat itu. Makasih banyak, Pak."
"Iya. Jangan lupa cari tahu masalah cctv itu. Jangan Tiara mulu yang dipikirin."
"Iya, Pak, iya. Saya permisi, Pak."
Gilbert buru-buru keluar. Sedangkan Top menertawakan kelakuan sekretarisnya yang salah tingkah mendengar nama Tiara. Walau sempat rileks sebentar membahas masalah percintaan sekretarisnya yang amburadul, Top kepikiran lagi masalah email. Siapa yang berani masuk ke ruang divisi legal dan menggunakan komputer istrinya? Apa mungkin utusan Romi? Jika memang ada mata-mata Romi di sini, siapa orangnya?
Top benar-benar butuh jawaban. Dia tidak bisa tenang. Semoga saja Gilbert bisa menemukan pelaku sebenarnya.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Para pegawai mendatangi kantin yang baru dibuka perusahaan. Semua berbondong-bondong mengambil makanan cukup banyak, karena semua makanan prasmanan yang disediakan gratis. Tidak cuma untuk hari ini, esok dan seterusnya tetap gratis. Sun Telekomunikasi menanggung semua biaya makan. Program makan gratis menjadi program yang diusulkan Top dan disetujui setelah cukup lama memperjuangkan agar bisa dilaksanakan.
Kasih menjadi salah satu yang tidak mau ketinggalan duduk di bangku kantin. Kasih duduk bersama Gilbert, Tiara, dan Sandra. Sambil menikmati menu pilihannya yakni nasi goreng dan ayam goreng, Kasih melarikan pandangan pada kantin.
Suara berisik yang mengisi kantin mendadak berubah sunyi setelah melihat Top masuk bersama seorang perempuan cantik. Para kaum adam terpesona akan kecantikan perempuan itu. Sedangkan para perempuan sedang berharap dapat suami seperti Top. Mereka semua sempat bergumam mengatakan Top dan perempuan itu cocok.
"Idih ... sebel banget gue lihat perempuan cantik banget. Iri jadinya," gumam Sandra dengan pandangan tertuju pada bosnya.
Kasih tidak ketinggalan menyaksikan kedatangan suaminya dengan perempuan yang dielu-elukan sangat cantik oleh semua orang. Suaminya tampak tenang berbincang dan tertawa dengan perempuan itu. Meskipun Top sempat melihat ke arahnya, tetap saja Top lebih banyak memandang perempuan itu.
"Gue kadang curiga. Pak Top jangan-jangan pernah pacaran sama Bu Makna. Setiap mereka berdua jalan bareng, tuh, bikin silau. Mereka kelihatan akrab banget. Kalau mereka ngobrol nggak kelar-kelar kayak ada banyak pembahasan," celetuk Tiara.
"Kalian gosip aja, deh," sela Gilbert.
"Bukan gosip kali, Gil. Semua orang juga tahu Bu Makna jadi direktur divisi marketing karena dia teman sekampus Pak Top. Kalau nggak mana mungkin gabung. Sebelum Pak Top nikah lagi, mereka sering jalan bareng, lho. Waktu itu gue pernah lihat mereka satu mobil balik bareng," cerocos Sandra.
Penuturan Sandra membuat Kasih terusik. Dia tahu Makna Cahaya Aditama merupakan direktur divisi marketing, yang mana selalu dibicarakan semua orang di kantor. Kalau semua perempuan membahas Top, maka semua laki-laki di perusahaan sering membahas Makna. Banyak pembicaraan yang sering Kasih dengar, tapi soal kedekatan Top dan Makna, yang ternyata teman satu kampus, dia baru tahu.
"Bu Sandra, jangan gosip mulu. Pak Top pilih pegawai berdasarkan kemampuannya. Kalau memang Bu Makna gabung, itu bukan karena koneksi saling kenal." Gilbert menekankan kalimatnya penuh penegasan.
"Saya lebih percaya kabar burung, sih. Lihat aja, tuh, mereka akrab banget. Mana ada direktur divisi lain yang berani ngobrol seleluasa itu selain Bu Makna? Nggak ada. Mereka memang akrab." Sandra berucap dengan menggebu-gebu dengan nada penuh selidik ala pembawa berita gosip terkemuka.
Kasih juga ingin tahu. Kata-kata Sandra berhasil membuat keingintahuannya meningkat drastis. Nafsu makannya jadi sedikit berkurang gara-gara semua orang sedang menjadikan Top dan Makna topik hangat. Kasih menyantap nasi goreng dengan tidak bersemangat, tidak seperti sebelumnya yang nyaman saja.
"Mbak Kasih." Suara teguran dari samping, berhasil membuat Kasih dan yang lain menoleh. Mereka melihat salah seorang pegawai berdiri di samping.
"Eh, Junet. Kenapa, Jun?" balas Sandra.
"Ada tamu yang nyariin Mbak Kasih di lobby. Saya cuma disuruh sampaikan doang," jawab Junet.
"Lo nggak nanya namanya, Jun?" sela Tiara.
"Nggak. Mana sempat, Sist. Gue keburu lapar jadi iya-iya aja disuruh kasih tahu Mbak Kasih."
"Oh, ya udah. Makasih, ya." Kasih meletakkan alat makannya, menyudahi makan siangnya. Waktu yang tepat sekali untuk meninggalkan kantin. "Gue samper orang yang dimaksud dulu, deh. Kalau kalian udah selesai kabarin, ya. Gue udah kelar makan."
"Eh, nggak lo habisin, tuh?" tegur Tiara.
"Nggak. Kenyang." Iya, Kasih kenyang mendengar gosip. Perutnya jadi tidak lapar lagi.
Kasih bergegas meletakkan nampan di atas meja khusus yang telah disediakan. Para pegawai harus merapikan sendiri peralatan makannya dan membuang sampah sesuai kategori makanan mereka. Hal ini untuk meningkatkan kedisiplinan jadi tidak bergantung pada yang lain.
Beberapa menit setelah keluar dari kantin, Kasih berlalu menuju lobby. Tidak perlu waktu lama cuma butuh lima menit saja. Setibanya di lobby, Kasih terbelalak melihat Romi memasang senyum tengil. Kasih tidak mau meladeni laki-laki itu dan berbalik badan untuk menghindari mantannya.
Sialnya, sebelum Kasih sempat menghindar, Romi telah lebih dulu berhasil menangkal pergelangan tangan Kasih. Alhasil, Kasih tidak bisa lari ke mana-mana meskipun sudah mencoba melepas cengkeraman Romi.
"Lepasin," tegas Kasih galak.
"Urusan kita belum selesai." Cengkeraman Romi menguat. "Kenapa lo beli rumah yang gue mau? Kenapa lo beli lahan yang gue butuhin? Kenapa, hah?!"
"Kenapa?" Kasih tertawa meledek. "Biar lo menderita. Lo pikir gue nggak bisa menghancurkan semua keinginan lo? Gue punya suami paling the best sedunia yang bisa kasih apa pun."
Romi berdecih. "Suami lo nggak ada apa-apanya dibandingkan gue."
"Suami gue yang terbaik. Lo cuma sampah."
"Lo yakin?" Romi semakin mengeratkan cengkeraman hingga Kasih meringis sakit. "Nggak ada laki-laki yang bisa mencintai lo sebesar gue, Kasih. Gue nggak akan melepas lo gitu aja sampai lo berhenti dari kantor sialan ini."
"Lo takut gue bocorin rahasia perusahaan lo? Iya, kan?" Kasih menatap dengan kesal. Meskipun kesakitan, dia menahannya agar Romi tidak semakin menguatkan cengkeraman. "Lihat, kan, lo pengecut. Lo datang cuma untuk ancam dan nyiksa gue. Lepasin tangan lo sebelum gue teriak."
"Nggak akan," tolak Romi.
"Lepasin!" Kali ini suara Kasih sedikit lebih tinggi.
"Nggak akan sebelum lo kembali sama gue!" Suara Romi naik beberapa oktaf hingga menciptakan gema di lobby yang luas. Beberapa orang sampai menoleh.
Orang-orang yang tadinya tidak peduli kini mulai penasaran dengan perdebatan yang terjadi. Mereka memperhatikan sambil berbisik-bisik menebak hubungan keduanya. Sebagian dari mereka tahu bahwa Romi merupakan direktur Elemen Telekom, sedangkan lainnya masih meraba-raba siapa gerangan Romi.
"Lo gila, ya? Lo yang selingkuh, lo yang minta gue balik? Sakit lo! Gue nggak mau kembali sama orang kayak lo. Harusnya lo tahu diri. Gue setulus itu cinta sama lo, dimanfaatin lo demi perusahaan lo, tapi lo malah berbuat seenaknya nyakitin gue. Lo pikir ada perempuan tolol yang mau kembali setelah dikhianati? Kalau pun ada, bukan gue," balas Kasih tidak mau kalah.
Kasih sudah kepalang kesal. Tangannya tidak bisa berkutik sehingga memutuskan menggunakan kakinya untuk menghindari sang mantan. Tanpa aba-aba Kasih menginjak kaki Romi dengan ujung hak lancip sepatu heels. Hal ini berhasil membuat Romi mengaduh sakit dan melepaskan cengkeraman.
"Bukan harusnya lo berterima kasih gue masih ngejar lo? Lagian gue baru selingkuh sekali dan lo malah nikah sama laki-laki lain. Lo pikir suami lo yang punya per—"
"Jangan datang lagi," potong Kasih. Dia tahu mantannya akan menyebutkan tentang Top.
Tidak mau membuang waktu, Kasih berbalik badan. Dia melihat beberapa orang memperhatikannya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Semua orang pasti sudah mendengar perdebatan mereka. Tinggal menunggu waktu saja gosip tentangnya dan Romi menyebar. Kasih mempercepat langkahnya, mengabaikan tatapan orang-orang.
"Kasih! Gue cinta sama lo, Kasih! Lo harus kasih gue kesempatan! Kasiiiiih!" Romi berteriak sekencang-kencangnya. Berulang kali menyerukan kalimat yang sama.
Kasih tidak menggubris dan membiarkan mantannya berucap sesuka hati. Hancur sudah. Semua orang akan menjadikannya bahan gosip setelah tahu bahwa dialah perempuan yang dibahas dalam video viral di sosial media.
Di saat seperti ini Kasih ingin bertemu suaminya. Dia ingin memeluk Top. Sayangnya, dia tidak berani menghubungi Top.
Kasih memilih pergi menuju ke tangga darurat, lalu menyendiri di sana. Kasih membungkuk, menjadikan lutut sebagai tumpuannya menutup wajah. Kasih benci Romi. Dia benci perasaan untuk Romi masih tersisa.
"Kamu nggak mendadak galau setelah dia bilang cinta, kan?" Suara itu menjadi yang pertama dan berhasil membuat Kasih menegapkan posisinya.
"Mas," Kasih berucap memanggil suaminya yang berdiri tepat di depannya. Dia sempat mendengar suara pintu dibuka, tapi tidak berniat melihat dan ternyata suaminya.
Setelah Kasih keluar kantin, sang resepsionis mengabari Top soal Romi. Berhubung Top terlambat membuka pesan gara-gara obrolan dengan direktur divisi lain, dia baru menyaksikan saat istrinya pergi berlalu dan mendengar Romi teriak-teriak soal cinta.
Top duduk di samping sang istri. Dia meraih tangan istrinya, mengamati bekas kemerahan yang dicengkeram oleh Romi. Sungguh, dia ingin meninju wajah Romi sekarang juga. Namun, dia lebih suka membalas perbuatan Romi dengan cara lain.
"Kasih," Top mengusap pergelangan tangan istrinya dengan lembut. "Manfaatkan aku sebaik-baiknya. Dengan begitu kamu nggak perlu mikir-mikir lagi untuk balas semua perbuatan Romi. Jangan ragu minta apa pun."
Kasih menatap suaminya, yang juga menatapnya. Sejak awal bukan Top yang memanfaatkan dirinya, tapi dialah yang memanfaatkan suaminya.
"Come here," tambah Top, yang kemudian segera menarik Kasih dalam pelukannya. "Aku nunggu komando istriku untuk melakukan yang dia mau."
Kasih tidak menanggapi apa pun selain mengeratkan pelukannya pada Top. Tidak, dia terlalu kejam kalau harus memanfaatkan Top lebih dari yang sudah dia minta sebelumnya.
Di luar sana Gilbert berdiri di depan pintu darurat, berjaga-jaga agar tidak ada yang jalan ke sana. Gilbert sempat menoleh dan melihat pemandangan manis di dalam. Gilbert tersenyum, senang Top segera menghampiri Kasih.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗🤗❤️
Follow IG & Tiktok: anothermissjo
Kiw ini penampakan Gilbert sama Tiara😍😍 lupa kasih liat wkwk
Meet Our Gilbert😍 eh, Gilbertnya Tiara dong ya🤣
Meet Tiara😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top