Chapter 16

Yuhuuu update🥲

Berhubung aku telat, nanti aku update lagi ya👍 tetep tapi nih, komen yang banyak❤️

Kabar mengenai hubungan Kasih dengan Gilbert yang diciptakan Morison berubah besar setelah Reya memamerkan foto kebersamaan Gilbert dan Kasih di supermarket. Foto yang diambil diam-diam itu baru dilihat Kasih setelah Sandra memperlihatkan. Pantas saja sejak pagi suasana ramai. Para pegawai memberi beragam reaksi. Ada yang senyum, sinis, pokoknya macam-macam. Rupanya biang keroknya Reya dan Dea. Dua biang gosip itu memang paling menyebalkan kalau sudah menyebar gosip.

Kasih ingin menutup mata, tapi dia teringat Top. Walau Top tidak masalah dan berkata tidak apa-apa, dia yakin suaminya menahan kecemburuan dan berusaha tidak marah. Semua ini gara-gara dia ingin hubungannya dengan Top disembunyikan. Kalau tidak disembunyikan pasti tidak ada yang berani membuat gosip semacam ini.

Pusing memikirkan banyak hal, Kasih menghela napas. Bagaimana caranya agar gosip mereda?

"Kas," Belinda menidurkan keningnya di pundak Kasih secara tiba-tiba. "Gue pengin istirahat, deh. Temani gue, yuk? Kerjaan lo udah beres, kan?"

Kasih terlonjak kaget. Spontan, dia menoleh ke samping. "Kenapa, Bel? Pusing?"

"Iya, nih. Takutnya hamil."

Satu alis Kasih menukik naik. "Hamil?"

"Astogeeee! Kalau ngomong jangan asal-asalan, Bel. Hamil beneran nyaho lo!" celetuk Sandra.

"Kalau hamil, udah pasti bapaknya si Rando ini mah," timpal Tiara.

Belinda menarik kepala dengan wajah lemas. Kedua tangan menyentuh pundak Kasih, memijatnya pelan sebagai usaha untuk membujuk Kasih mau menemaninya. "Ya, namanya kepala lagi pusing jadi ngomongnya semrawut. Gue mau istirahat dulu. Pak Aziz mana, ya? Mau izin biar nggak dimaki-maki."

"Udah, nanti gue bilangin. Sana istirahat," suruh Rando.

"Ayo, Kas," ajak Belinda sudah tidak sabar.

Kebetulan Kasih sudah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, hanya tersisa sedikit lagi. Melihat Belinda tampak lemas, dia mengangguk setuju. Kasih bangun dari tempat duduknya dan segera keluar bersama dengan Belinda.

Mereka mengunjungi ruang istirahat. Selain ruang istirahat, ada pula ruang bermain game dan billiard supaya pegawai bisa istirahat sejenak. Ruang istirahat sepi kalau siang-siang begini. Biasanya ramai menjelang sore sebelum pulang kerja. Kalau pun ramai pas siang tentunya saat jam makan siang.

Di dalam ruang istirahat Kasih hanya berdua dengan Belinda. Sementara Belinda merebahkan tubuhnya pada bean bag, Kasih duduk di kursi yang agak keras. Saat Belinda mulai memejamkan mata sambil menutup setengah wajah dengan lengan, Kasih mengabari suaminya bahwa dia sedang menemani Belinda.

"Bel, mau minum teh manis nggak? Biar gue buatin," tanya Kasih.

Belinda menjawab, "Boleh. Makasih, Beb."

"Tunggu, ya, gue buatin dulu."

Kasih beranjak bangun menuju dapur. Dia mengambil toples khusus teh, tapi nyatanya habis. Tanpa mau membuang waktu, Kasih masuk ke dalam pantry untuk mengambil teh baru.

Pintu pantry tidak ditutup sehingga Kasih bisa dengan mudah melihat orang yang ada di dalam. Gilbert terlihat sedang mengambil bungkus kopi dari atas rak gantung di dalam pantry. Kasih pun masuk ke dalam dan melempar senyum pada Gilbert.

"Hai, Gil. Lagi ambil kopi?" tanya Kasih.

Gilbert mengangguk dan menjawab pelan. "Iya, Bu. Ini sekalian saya mau ambilin teh juga soalnya di luar udah pada habis. Pak Top mau minum kopi, Bu, cuma saya periksa kopinya habis."

"Tumben nggak beli kopi untuk Mas Top?"

"Pak Top suka nggak cocok minum kopi di luar, Bu. Katanya lebih suka yang udah jadi tinggal seduh aja."

Kasih manggut-manggut. Pantas suaminya jarang membeli kopi di luaran dan lebih suka dibuatkan kopi olehnya di rumah. Jadi, itu alasannya.

"Btw, kenapa pintunya nggak ditutup, Gil? Nanti masuk binatang, lho." Tanpa pikir panjang Kasih menutup pintunya dan mendengar suara pekikan.

"Jangan, Bu!" Sialnya, Gilbert terlambat. Saat pintu sudah ditutup dan Kasih menatap kaget, dia menghela napas berat. "Pintunya agak macet, Bu. Kalau dibuka dari dalam susah harus dari luar."

"Eh? Serius?" Segera setelah jawaban itu, Kasih mencoba membuka pintu dari dalam. Benar kata Gilbert, pintunya tidak bisa dibuka padahal tidak dikunci. "Duh, terus ini gimana?"

"Saya coba dulu, deh."

Gilbert meletakkan kopi di atas meja pantry, lalu berjalan menuju pintu utama. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuka pintu, tapi sia-sia. Pintu tidak bisa dibuka sama sekali.

"Bu, tadi ada orang nggak? Kalau ada, kita bisa gedor-gedor minta tolong," kata Gilbert.

"Nggak ad––oh, ada Belinda!"

Gilbert menggeser posisinya setelah Kasih hendak menggedor pintu. Kasih menggedor dan berteriak meminta tolong sambil memanggil-manggil nama Belinda. Beberapa menit melakukan, tidak ada tanggapan sama sekali sampai akhirnya Kasih menyerah. Telapak tangan Kasih merah gara-gara menggedor pintu.

"Tunggu, saya hubungi Mas Top, deh."

"Di sini nggak ada sinyal, Bu. Ruangan ini paling buruk sinyalnya."

Kasih mendesah kasar. Meraih ponselnya, dia mengamati sinyalnya yang tidak ada. Benar apa kata Gilbert.

"Makanya tadi saya buka pintu biar nggak ketutup, Bu. Saya usaha gedor lagi, ya, Bu. Siapa tahu Belinda dengar."

Selama Gilbert sibuk menggedor dan memanggil nama Belinda untuk dibukakan pintu, Kasih mengambil teh. Kasih berpikir positif, siapa tahu kalau nanti dibukakan Belinda bisa langsung keluar dan tidak perlu repot ambil teh lagi.

Beberapa menit suara teriakan Gilbert menggema di ruangan, tapi hasilnya tetap sama. Nihil juga. Tidak ada tanggapan apa-apa.

"Gil, udah, tunggu aja sampai ada yang buka," kata Kasih pasrah. Bukan masalah kasihan sama Gilbert, tapi telinganya sakit mendengar suara teriakan yang menggema. "Tunggu beberapa menit lagi aja. Siapa tahu ada yang buka."

"Baik, Bu."

Kasih bersandar pada meja pantry sambil memegang kardus teh. Dia melihat Gilbert berdiri di seberangnya setelah mengambil kopi yang diinginkan. Mereka berdua diam tanpa suara. Mau main game online pun tidak ada sinyal.

"Bu, saya minta maaf lagi soal gosip. Harusnya saya maki aja mereka waktu di supermarket biar nggak bikin gosip," ucap Gilbert tiba-tiba.

"Santai aja, Gil. Kamu mana tahu mereka foto diam-diam gitu. Saya pun nggak tahu." Mengambil napas dalam, Kasih mengembuskan napasnya. "Btw, nggak ada hati yang kamu jaga di kantor ini, kan? Saya nggak enak juga kalau gosip kita mencuat, ada yang pendekatan sama kamu. Nanti gebetan kamu sedih."

"Soal itu..." Gilbert menggantung kalimatnya sambil menggaruk tengkuk lehernya malu-malu. "Saya nggak bisa jadiin dia gebetan, Bu. Cinta saya bertepuk sebelah tangan jadi dia nggak bakal cemburu atau marah."

Penuturan itu membuat Kasih kaget. Di kantor ini target pembicaraan paling pertama adalah Top. Nomor duanya adalah sekretaris Top alias Gilbert yang tidak kalah tampan. Semua pegawai perempuan tergila-gila dengan Gilbert. Sekitar lima kali obrolan dalam sehari Kasih mendengar para perempuan membahas Gilbert, yang menurut mereka masih single.

"Oh, ya? Cinta kamu bertepuk sebelah tangan? Saya boleh tahu nggak siapa?" Kasih penasaran. Padahal sebelumnya dia tidak mau tahu urusan orang. Berhubung Gilbert baik, siapa tahu dia bisa bantu.

"Tiara, Bu. Dari awal dia masuk kantor ini, saya tertarik. Tapi, ya, Tiara nggak pernah single, Bu. Dia selalu punya pacar. Kelihatannya sama yang terakhir ini dia serius. Jadi, ya, saya pendam aja," ungkap Gilbert.

"Tiara?" ulang Kasih dengan tidak percaya. Laki-laki itu mengangguk malu-malu. "Berarti waktu kamu larang Tiara dekat-dekat takut jatuh cinta, itu lagi ungkapin isi hati?" ledeknya.

"Ya, gitu, Bu." Gilbert malu-malu lagi sambil menggaruk tengkuk lehernya. "Jangan dibocorin, ya, Bu. Kalau memang nggak bisa dapat kesempatan, nggak apa-apa. Lagian cinta nggak harus berbalas. Kalau Tiara bahagia dengan pilihannya, saya pun ikut bahagia."

"Legowo banget, ya."

"Belajar dari Pak Top, Bu."

"Oh, ya? Memangnya Top pernah bertepuk sebelah tangan?"

"Sering, Bu. Eh..." Gilbert buru-buru mengatup mulutnya. Dia tidak boleh membeberkan masalah yang satu ini.

Kasih memicingkan mata, menatap ingin tahu. "Tell me about that, Gil. Infoin dikit-dikit sama saya nggak bakal ketahuan Mas Top, kok."

"Itu, Bu..." Gilbert menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali sambil menunda sebentar kalimatnya. Melihat Kasih penasaran, dia terpaksa memberi tahu dan melanjutkan, "... waktu Pak Top masih cinta sama Bu Asmara, ya, cintanya nggak berbalas. Tapi akhirnya Pak Top merelakan Bu Asmara dengan pilihannya. Setelah itu, Pak Top pernah pacaran sama Bu Darling. Ini juga ngenes, sih, Pak Top berniat serius cuma Bu Darling masih galauin mantan suaminya. Ujung-ujungnya putus karena Pak Top merelakan Bu Darling sama yang lain. Terakhir sama Bu Preventi juga gitu. Ya, intinya saya belajar legowo dari Pak Top."

"Gitu, ya? Kalau saya minta balik sama mantan saya, apa Mas Top akan legowo juga?"

Gilbert terbelalak. "Jangan, Bu. Menikah sama Pak Top udah paling betul."

Kasih diam cukup lama. Bagaimana pun perlakuan Romi padanya, empat belas tahun bukanlah waktu sebentar. Kasih menghabiskan hampir seluruh hari-harinya bersama Romi. Selain banyak momen sialan, banyak juga momen senangnya. Kalau dibilang sudah melupakan Romi akibat perselingkuhan itu, tentu saja tidak. Meskipun sambil membenci, ada sedikit ruang di hatinya untuk Romi yang belum bisa diusir begitu saja.

"Bu, saya cuma pengin bilang, Pak Top jauh lebih baik dari siapa pun. Menikah dengan Pak Top pilihan yang bagus. Saya harap Ibu juga tahu kalau Pak Top sangat mencintai Ibu," tambah Gilbert.

Kasih mengangguk pelan. "I know, Gil."

Tiba-tiba mereka mendengar suara pintu dibuka. Saat pintu terbuka lebar, mereka berdua menoleh ke samping kanan. Tepat sekali sosok yang membuka pintu adalah Tiara. Hal itu menimbulkan wajah merah padam pada Gilbert.

"Gila, gila, lo malah berduaan sama suami di sini. Belinda udah panik telepon gue ngira lo diculik. Itu anak kalau lagi sakit macam orang sakau ngelantur mulu," cerocos Tiara.

"Suami dari Hongkong! Gilbert bukan suami gue tahu. Lo, kan, udah lihat suami gue. Coba perhatiin baik-baik, bukan Gilbert," balas Kasih.

"Masa, sih? Bukannya Gilbert?"

Kasih berdecak kesal. "Pelototin matanya. Suami gue matanya cokelat muda. Gilbert matanya biru. Bisa bedain warna, kan?"

"Lho, iya?" Tiara mendekati Gilbert. Setelah berada di depan laki-laki itu, dia memperhatikan warna iris mata Gilbert. Seperti kata Kasih, warnanya berbeda. "Eh, iya, dong. Gue salah pula. Daaaan suami lo wanginya nggak begini. Wanginya Gilbert lebih soft."

Gilbert mencoba untuk tenang. Dipandangi Tiara sampai cukup dekat nyaris membuat jantungnya meledak.

Kasih menahan tawa melihat reaksi Gilbert yang kentara sekali. Wajahnya sangat merah bahkan sampai telinganya pun warnanya sama dengan kepiting rebus.

"Gue duluan, ya. Mau buatin teh. Makasih udah bantu buka pintu. Kalau nggak, pintu ini nggak bakal kebuka," kata Kasih, yang kemudian segera berbalik badan dan berjalan keluar.

Tiara melambaikan tangan pada Gilbert. "Bye, Pak Gil." Lalu, dia mengejar Kasih. "Memangnya pintu ini kenapa, Kas? Ada penunggunya?"

"Semacam itu."

"Hah?! Serius lo? Ih ... gue nggak bakal ke sini lagi!"

Suara obrolan Kasih dan Tiara masih dapat terdengar dari dalam pantry. Gilbert sibuk menyentuh dadanya, memastikan jantungnya tidak lepas sudah disapa dan didadah-dadah oleh Tiara.

❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

Sebelum tidur rutinitas Top adalah membaca. Kasih melihat kebiasaan itu menjadi hobi suaminya. Kasih sering kali mengganggu suaminya dengan memeluk lengan laki-laki itu dan menyandarkan kepala di pundaknya. Walau sudah diganggu, suaminya tidak terusik.

"Mas?"

"Iya?"

"Gilbert pernah pacaran nggak?"

"Pernah."

"Oh, ya? Sama anak kantor?"

"Bukan. Kalau tahu Pak Bharat, salah satu komisaris perusahaan, beliau punya adik perempuan. Adiknya Pak Bharat pacaran sama Gilbert."

"Wow!"

"Tapi gitu, deh. Gilbert semacam dijadiin pajangan. Mungkin karena perempuan itu merasa dia punya segalanya, dia cuma jadiin Gilbert pelengkap dan pesuruhnya aja. Adiknya Pak Bharat umurnya tiga belas tahun lebih tua dari Gilbert."

Kasih melongo. Sebentar. Kalau tidak salah umur Gilbert sekarang 32 tahun. Kalau perempuan itu lebih tua tiga belas tahun, umur perempuan itu 45 tahun.

"Mas bercanda, ya?"

"Beneran. Kamu pikir Gilbert masuk kantor karena siapa? Itu karena rekomendasi Pak Bharat. Sebelum Gilbert gabung ke kantor, dia udah pacaran sama adiknya Pak Bharat selama empat tahun. Pas udah gabung kantor selang setahun, mereka putus."

Kasih manggut-manggut. "Gilbert suka yang tua-tua, ya. Di luar dugaan banget."

Kali ini Top melirik sang istri. "Kamu lebih muda dari Gilbert. Udah pasti dia nggak tertarik yang di bawah umurnya."

Kasih tertawa kecil. Mengusap lengan sang suami, dia berkata, "Bukan, Mas. Gilbert suka sama Tiara. Umurnya Tiara, kan, 36 tahun. Lebih tua empat tahun dari Gilbert."

"Tiara divisi kamu? Tahu dari mana?"

"Tadi Gilbert curhat. Katanya cinta bertepuk sebelah tangan."

"Curhat di mana? Telepon?"

"Nggak lah. Tadi aku sama Gilbert kejebak di pantry. Pintunya nggak bisa dibuka. Di sana dia cerita suka sama Tiara cuma nggak berbalas."

"Tunggu, tunggu." Kali ini Top menutup bukunya dengan menjadikan ibu jari sebagai pembatas. Dia memiringkan tubuhnya sedikit agar lebih leluasa menatap sang istri. "Kok, kamu baru cerita kejebak di sana? Kenapa pintunya nggak bisa dibuka? Ada yang kunci dari luar?"

Kasih lupa cerita sama suaminya. Seharusnya dari awal dia cerita. Berhubung sudah terlanjur ketahuan, dia menceritakan masalah di pantry tadi siang. Kasih sedikit berhati-hati, takutnya Top salah paham. Alih-alih salah paham, Kasih melihat suaminya bernapas lega dan mengusap kepalanya.

"Syukurlah bukan dikunciin. Aku takut ada yang jahilin kamu."

Kasih menatap sang suami dengan penuh misteri. Suaminya selalu baik seperti ini. Dia bahkan bisa merasakan pelukan hangat suaminya yang tulus dan penuh cinta.

"Kalau ada apa-apa cerita langsung, ya. Aku nggak mau tahu dari orang lain. Pokoknya apa pun itu bilang," bisik Top.

"Iya, Mas."

"Oh, iya, soal rumah yang kamu mau udah deal. Besok mau lihat rumahnya nggak?"

"Boleh, Mas."

Lagi, Kasih merasakan kebaikan tiada henti dari suaminya. Bagaimana caranya dia menumbuhkan rasa pada suaminya agar cinta laki-laki itu berbalas?

❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗❤️

Follow IG & Tiktok: anothermissjo

Btw bagian yang supermarket nanti aku share di Karya Karsa ya👍 semacam additional chaptet 15-nya versi lebih lengkap hehe

Mau lihat Gilbert - Tiara momen gak?🤣🤣

Seperti yang kalian tau yaaaw, Kasih cuma malu2 dan suka blushing, tapi belum ada rasa sama sekali sama Top. Jadi, ya gitu yaw👍 Sementara Top udah jatuh cinta duluan kan dari awal🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top