Chapter 13
Yuhuu mana yang kangen cerita ini?😍😍😍
Yuk bagusnya kasih vote dulu baru komen yang banyak❤️❤️
•
•
"Mbak Kasih."
Panggilan dari suara lembut itu memaksa seluruh pegawai divisi legal menoleh. Mereka mendapati Morison berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar. Senyum sejenis itu biasanya tidak pernah ditampilkan Morison yang terkenal dingin.
"Waduh! Ada drama segi berapa ini?" celetuk Tiara.
"Mau ngapain lo manggil-manggil Kasih?" tegur Sandra sok galak.
"Mau anter makanan." Morison masuk ke dalam ruangan masih dengan mempertahankan senyum. Tanpa ragu menghampiri meja Kasih dan meletakkan bingkisan yang dia bawa. "Saya bawain untuk Mbak Kasih. Semoga suka, ya, Mbak."
"Apaan, tuh?" Belinda berdiri untuk mengintip. "Nggak lo kasih jampi-jampi biar Kasih nanggepin kecentilan lo, kan?" ceplosnya dengan wajah polos.
Morison terkekeh. "Nggak, dong, Mbak Bel. Saya tulus. Nggak ada jampi-jampi dukun mana pun. Bersih."
"Jangan diterima, Kas. Bisa aja beracun," celetuk Rando.
"Nah, itu! Divisi marketing mana ada yang beneran baik sama kita," timpal Belinda.
"Gue nggak racunin Mbak Kasih, kok. Ini tulus dari hati paling dalam. Bersih dari kuman, bersih dari racun." Morison menepuk-nepuk dadanya dengan segenap hati. Namun, dia kesakitan gara-gara kelakuannya sendiri, yang menyebabkan beberapa pegawai divisi legal menertawakan.
"Gaya lo selangit! Jangan kirim-kirim makanan buat Kasih. Nggak tahu apa suaminya Kasih seganteng aktor?" celetuk Tiara.
Kasih menahan napas. Aduh, dia lupa kalau Tiara melihatnya kencan. Tidak mungkin Kasih pura-pura lupa.
"Lo udah lihat, Ti?" Belinda bertanya paling cepat. Penasaran tingkat dewa. "Ceritain bisa kali, Ti, nggak usah basa-basi biar Mormor tahu diri dan nggak deketin Kasih."
"Gue udah lihat pas kemarin pergi nonton sama pacar dan ketemu Kasih lagi sama suaminya. Sumpah ... suaminya wangi dan rapi banget. Mana tinggi macam tiang listrik. Badannya atletis gitu. Ah, udahlah kalau dibandingin sama lo mah jauh, Mor. Sadar diri aja udah," cerita Tiara.
Kasih bersyukur Tiara tidak bilang mirip Top. Kalau sampai disebut, dia bingung cari alasan dan kebohongan lain. Kasih mengulas senyum, pura-pura malu saat Tiara memberi deskripsi singkat.
"Gue nggak berniat deketin Mbak Kasih. Mau kasih makanan doang, lho." Morison memasang wajah memelas. Memperhatikan Kasih, dia menambahkan, "Mbak Kasih mau terima bingkisan gemas dari saya, kan? Nggak ditolak, kan?"
Sandra segera bangun dari tempat duduknya. Dia berpindah hingga berdiri di belakang Kasih. "Apa, tuh? Cokelat?"
"Iya, Mbak. Oleh-oleh dari kakak saya. Dia baru pulang dari Amsterdam," jelas Morison.
Sandra mencolek pundak Kasih. "Bukannya lo nggak suka cokelat, Kas? Buat gue sama yang lain aja gimana?"
Kasih melihat Sandra memainkan kedua alisnya. Entah ingin melindunginya dari Morison atau memang pengin mencicipi cokelatnya. Kasih berterima kasih. Namun, dia tidak tega menolak melihat wajah memelas Morison. Mungkin lebih baik dia terima sekarang dan bagi-bagi cokelat setelah orangnya hilang dari pandangan.
"Saya terima bingkisannya. Makasih, ya, Morison," ucap Kasih.
"Yah ... nggak lo bagi, nih?" sela Sandra.
"Beli, Mbak." Morison meledek Sandra. Kemudian, dia melambaikan tangannya. "Kalau gitu sampai ketemu lagi, Mbak Kasih. See you, Mbak Kasih."
Kasih sebatas membalas senyum mengiring kepergian Morison. Setelah laki-laki itu menghilang dari pandangan dan tidak lagi berada di dekat ruangan divisi legal, Kasih memberikan semua bingkisan kepada Sandra.
"Bagi-bagi, deh," kata Kasih.
"Lo nggak mau beneran, nih? Tadi gue cuma bercanda biar dia nggak kirim-kirim cokelat."
Kasih melihat kembali salah satu cokelat yang ada di dalam genggaman Sandra. "Well, satu aja nggak apa-apa. Gue ambil ini. Sisanya buat lo sama yang lain." Lalu, dia mengambil satu bar cokelat yang utuh dan meletakkan di atas mejanya.
"Yippyyyy! Thank you, Kas," teriak Belinda riang.
"Gratisan aja demen lo," ejek Tiara.
"Iya, dong. Namanya juga manusia. Ada yang senang gratisan, ada yang senang bayar." Belinda menjulurkan lidahnya pada Tiara, yang dibalas dengan cara yang sama.
Kasih geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah laku keduanya. Syukurlah dia punya rekan kerja unik-unik dan baik, ya, meskipun ujungnya senang bergosip. Selama tidak bergosip jauh atau parah, Kasih tidak masalah.
Tiba-tiba Kasih menyadari layar ponselnya menyala. Kasih lupa menggetarkan ponselnya kalau ada pesan. Dia cuma menyalakan mode sunyi. Kasih mengambil ponsel dan membaca pesan masuk dari suaminya.
Mas Top: Gimana kerjaannya, Kas? Kalau capek istirahat dulu.
Mas Top: Saya lagi capek, nih. Capek mikirin kamu hehehe
Mas Top: I love you, Kasih. See you soon❤️
Senyum di wajah Kasih tertarik sempurna. Kasih semakin beruntung memiliki Top sebagai suaminya. Tidak ada yang jauh lebih baik dari Top, bahkan mantannya tidak bisa mencapai standar Top meski hanya seujungnya saja.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Kasih terpaksa turun setelah diberitahu ada tamu yang datang. Begitu tiba di lobby gedung, dia mendapati seorang perempuan berambut pirang berdiri dengan bertolak pinggang sambil menenteng botol minum. Kasih hendak bertanya pada resepsionis, tapi tiba-tiba perempuan itu menghampiri dan menyiram wajahnya dengan jus jeruk. Kasih kaget. Orang-orang yang ada di sana ikut kaget.
"Anda gila, ya?" tegur Kasih dengan mengusap wajahnya dari sisa air jeruk.
"Heh! Kalau lo mau godain orang, harusnya lo tahu dulu, dong, kalau orang itu udah punya pacar atau belum. Jangan deketin calon suami gue. Dasar perempuan gatel! Mau jadi pelakor, tuh, tahu diri. Cantik nggak, banyak tingkah!" maki perempuan itu.
Kasih bingung sendiri. Menahan diri untuk tidak menampar, dia mengepal tangannya. "Anda bahas siapa? Saya nggak pernah godain siapa-siapa."
"Romi. Lo deketin dia karena tahu dia direktur Element Telecom, kan? Biar lo bisa pindah ke sana lagi gitu? Jangan berharap banyak, ya! Jangan pernah kirimin barang untuk Romi lagi. Awas lo, ya, masih kirimin barang. Gue bakal bikin lo lebih malu dari ini." Suara perempuan itu meningkat lebih tinggi dari sebelumnya, terkesan setengah berteriak hingga beberapa orang bisa mendengar gemanya.
Kasih benar-benar ingin mengguyur Romi sekarang. Permainan gila macam apa yang dilakukan sampai dia dikira ingin merebut laki-laki itu? Sungguh, mantannya tidak ada lelahnya mengganggu hidup.
"One thing you should know, Barbie Girl." Kasih maju satu langkah memangkas jarak. Dia mendekatkan bibir di telinga perempuan itu. "Kalau lo mengira gue mau rebut calon suami lo yang sampah itu, lo salah. Gue udah punya suami. Jauh lebih baik dari dia. Dan asal lo tahu, Romi hobi selingkuh makanya gue tinggalin. Gue nggak pernah kirim barang apa pun. Mungkin selingkuhannya yang lain."
Perempuan itu menatap tidak percaya. "Lo pikir gue percaya gitu aja? Nggak! Lo perempuan ganjennya. Dasar jalang! Pelacur! Murahan lo!"
Kasih mencapai batas kesalnya. Tanpa izin dia mengambil botol minum sang resepsionis dan mengguyur wajah perempuan itu tanpa takut.
"Berisik. Lo ganggu gue kerja. Awas lo datang ke sini lagi," kecam Kasih, yang kemudian mengembalikan botol minum sang resepsionis dan berjalan pergi.
"Dasar perempuan jalang! Pelakor!" teriak perempuan itu.
Kasih tidak mempedulikan. Dia merogoh ponsel dari saku celana, menekan dua belas digit nomor mantannya yang dia hafal dan menunggu telepon dijawab. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu sebelum ditanggapi.
"Halo, Sayang. Gimana? Udah ketemu Maya?" sapa Romi di seberang sana dengan nada angkuhnya.
"Orang gila. Buat apa lo bohong dan bilang gue kirim barang? Buat apa, hah?!" maki Kasih.
Suara tawa Romi mendengung di telinga. Kasih tambah kesal. Dia tahu mantannya memang tidak waras.
"Apa lo pikir gue bakal lepasin lo gitu aja? Nggak. Gue akan menghancurkan lo sampai nggak tersisa. Gue lebih suka lihat lo menderita. Gue akan terus melakukan apa pun sampai lo kembali ke perusahaan gue." Romi berucap penuh penekanan dengan nada setengah mengancam.
"Silakan. Selagi lo sibuk menghancurkan gue, maka itu kesempatan gue mengambil semua yang lo inginkan. Fyi, suami gue udah beliin gue lahan yang lo mau. Senangnya gue punya suami dermawan, nggak pelit kayak lo," ejek Kasih.
"Apa lo bilang?! Lahan?" Suara Romi meninggi beberapa oktaf.
"Iya. Lahan di Kalimantan Timur. Incaran kesayangan lo." Kasih menertawakan, balas melakukan yang Romi lakukan tadi. "Udah, ya, gue mau minta lahan lain dulu sama suami. Dadah, Pak Romi."
Kasih memutus sambungan dengan cepat. Dia memblokir nomor Romi yang sudah dihapus dari daftar kontak. Dia belum sempat memblokir, baru menghapus saja. Benar, kan, mantannya yang mengada-ngada agar dia dipermalukan. Sialan.
Helaan napas lolos cukup keras. Kasih mengusap wajahnya yang lengket. Berdiri menunggu lift, Kasih memejamkan mata. Tiba-tiba dia teringat bangkai yang dikirim Romi, membuat dirinya mual. Tidak sanggup memejamkan mata, terbayang bangkai tikus, dia membuka mata. Menyebalkan.
Kasih mengusap wajahnya lagi. Dia ingin mencuci muka setelah tiba di atas. Soalnya dia mau mencuci dengan sabun cuci muka yang selalu dibawa setiap ke kantor supaya lebih bersih.
Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Kasih melihat ayah mertua sendirian.
"Hai, Kas. Pas banget ketemu. Mau naik, kan? Ayo, bareng." Jordy menyapa seraya menekan tombol pintu lift agar tetap terbuka.
"Iya, Pa. Nggak apa-apa, Papa duluan aja," balasnya pelan sambil celingak-celinguk, memastikan tidak ada orang lain selain dirinya.
"Kalau gitu masuk aja. Ikut turun dulu."
Kasih tidak berani menolak dan segera memasuki lift. Dia berdiri di samping Jordy, mengusap punggung tangannya yang gugup.
"Papa habis ketemu Mas Top, ya?" Kasih bertanya guna melenyapkan sunyi di antara mereka.
"Iya. Biasa, deh, bahas kerjaan sekalian--sebentar. Kenapa blouse kamu kuning gitu? Rambut kamu juga basah. Habis ngapain, Kas?"
"Oh, ini tadi ada yang bawa jus jeruk terus nggak sengaja nabrak aku, Pa," alasan Kasih.
"Nabrak sampai muka?"
Kasih kebingungan. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mengapa dia bisa memberi alasan tidak masuk akal seperti itu? Sudah tahu Jordy teliti.
"Nanti kamu keluar dulu. Mama punya baju yang ditinggal di mobil. Kamu ganti bajumu biar nggak masuk angin."
"Nggak usah, Pa. Nggak akan masuk angin, kok."
Jordy geleng-geleng kepala. "Kamu, ya, mana tahu tubuhmu sekuat apa. Ganti baju. Papa nggak mau menantu Papa sakit. Apa mau Papa telepon Top biar dia gantiin baju kamu?"
"Hah?" Kasih geleng-geleng menolak. "Nggak usah, Pa. Jangan."
"Ya udah makanya kamu ganti sendiri. Jangan nolak mulu kayak sama siapa aja."
"Iya, Pa."
Suasana hening. Tepat sekali pintu lift terbuka di pelataran parkir B2. Jordy keluar lebih dulu, sedangkan Kasih masih berada di dalam lift sambil menahan tombol pintu agar tetap terbuka.
"Kenapa nggak keluar, Kas?" tanya Jordy heran.
"Na-nanti ada yang lihat, Pa. Aku naik aja, deh. Nggak enak Papa mau pulang," jawab Kasih ragu.
Jordy celingak-celinguk, tidak menemukan siapa-siapa. Dia ingat betul Kasih meminta hubungan dengan Top ditutupi. Walau sebenarnya dia kurang setuju, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Kasih. Juga, putranya tidak menolak dan setuju saja.
"Nggak ada siapa-siapa, Nak. Keluar dulu. Nanti Papa suruh Oji jemput kamu biar nggak ada yang lihat kamu ikutin Papa. Jangan takut. Sepi, kok. Papa juga nggak buru-buru pulang," ucap Jordy.
Kasih tidak berani menolak. Dia keluar dari lift. Detik berikutnya Jordy melenggang pergi, meninggalkan Kasih sendirian di depan lift.
Menunggu beberapa menit, Kasih melihat sopir kesayangan Jordy datang dan memandunya sampai mobil Jordy. Baru tiba, Jordy menyerahkan paper bag berisi blouse berwarna merah dan sapu tangan abstrak berwarna senada.
"Kamu ganti baju dulu. Jangan sampai masuk angin. Butuh apa lagi? Biar Papa cari. Siapa tahu Mama punya barang lain," suruh Jordy.
"Ini aja cukup, Pa. Aku ganti baju dulu. Makasih, Pa."
"Iya, hati-hati, Kasih."
Kasih pergi meninggalkan Jordy menuju toilet terdekat. Ketimbang orang tuanya yang tidak pernah peduli, orang tua Top jauh lebih hangat. Terlepas dari perceraian orang tua Top yang sering menjadi perbincangan, Kasih lebih menyukai keluarga suaminya. Keluarga Indrawan tidak pernah memanfaatkan dirinya. Apa mungkin belum? Kasih tidak mau menuduh atau berpikir negatif. Orang tua Top sangat baik. Jauh lebih baik dari orang tuanya.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Jangan lupa vote dan komen🤗🤗🤗
Follow IG & Tiktok: anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top