Chapter 12
Yuhuuu update🥺🥺❤️
•
•
Sehari sebelum esok masuk bekerja, Kasih meluangkan waktunya menemani ibu kandung Top, Belinda Asmika Indrawan, berbelanja mengelilingi mal. Namanya sama dengan Belinda rekan sekantornya, hanya saja Belinda ibunya Top jauh lebih cantik dan memukau. Walau umur tidak lagi muda, ibunya Top tetap segar dan wajahnya tidak ada keriput sama sekali. Kalau ibunya Top mengaku berumur 35 tahun, semua orang pasti masih percaya meski aslinya jauh lebih tua dari itu. Jangan lupa ayah tiri Top merupakan personel boyband ternama di Indonesia, lebih muda 24 tahun dari Belinda yang berumur 56 tahun. Bisa jadi awet mudanya menular dari suami barunya.
Bicara mengenai ayah tiri dan ibu tiri, perbedaan umur Kasih dengan orang tua tiri Top hanya dua tahun. Kasih lebih muda dua tahun dari mereka. Dengar-dengar adiknya Top mengamuk waktu tahu orang tua mereka ingin menikahi pasangan yang seumuran dengan Laciara, berbeda beberapa tahun lebih muda dari Top. Setidaknya Kasih lebih suka keluarga Top dengan segala kontroversinya ketimbang keluarganya sendiri. Bahkan dari segi kebaikan orang tua Top jauh lebih unggul. Seperti contohnya sekarang.
Saat ini Kasih sedang menemani Belinda belanja pakaian di salah satu butik ternama. Walau orang tua Kasih memiliki banyak uang, Kasih tidak pernah dibelikan pakaian di butik sejenis ini. Kalau pun mendatangi butik mahal, tugasnya sebatas memberi pendapat kepada orang tuanya akan pakaian yang dibelikan untuk kakaknya. Kalau tidak minta, orang tuanya hanya membelikan pakaian seadanya dari toko biasa. Lain cerita kalau kakaknya, pasti dibelikan yang bagus-bagus. Namun, Kasih tidak pernah meminta. Dibelikan pakaian saja sudah bersyukur tidak peduli murah atau mahal, yang penting orang tuanya masih ingat membelikannya pakaian.
"Kas, kamu coba dress ini, deh," suruh Belinda seraya menaikkan dua dress pilihannya ke udara––yang secara mendadak diberikan pada Kasih.
Kasih tersentak. Lamunannya buyar melihat Belinda tiba-tiba menyodorkan dress padanya. "Aku coba, Ma? Bukannya Mama mau beli dress buat Mama sendiri?"
"Tadi, kan, udah. Masa Mama ajak kamu cuma buat nemenin? Kamu harus beli. Kamu bukan asisten Mama yang cuma ngekorin aja, kamu menantu Mama. Coba dulu. Kalau nggak suka pilihan Mama, kamu boleh pilih yang kamu mau," ucap Belinda.
"Ta-tapi dress ini mahal, Ma. Terlalu bagus. Apa nggak sayang beliin aku yang mahal?" Kasih menunduk memperhatikan pola bunga pada dress yang diberikan. Jahitannya rapi dan terlihat elegan dengan kilauan kelap-kelip pada dress.
Belinda menatap heran. Baru kali ini dia mendengar komentar soal harga. "Kenapa harus sayang sama uang untuk menantu Mama sendiri? Top nggak pernah beliin baju seperti ini, ya? Dia nggak beliin kamu baju bekas, kan?"
"Ng-nggak, kok, Ma." Kasih menggigit bibir bawahnya panik. Takut nanti suaminya dimarahi. "Mas Top beliin aku baju bagus terus."
Iya, selama menikah semua pakaiannya dibelikan oleh Top. Entah bagaimana Top tahu ukuran pakaian dan dalaman, suaminya membelikan semua merek mahal sesuai ukuran. Biasanya asisten pribadi Top yang membawakan pakaian-pakaian modis ke rumah untuknya.
"Ya udah kamu coba. Jangan pikirin harganya. Mama mau lihat."
"Iya, Ma."
Kasih lebih segan dengan Belinda ketimbang ayah kandung Top. Kalau dengan orang tua tiri Top, dia tidak segan, karena mereka tidak berbeda jauh. Namun, khusus Belinda, ibunya Top terlihat galak. Suaranya saja tegas, bukan tipe lembut-lembut manja. Tidak mau membuang waktu, Kasih masuk ke dalam ruang ganti.
Di depan cermin ruang ganti, Kasih memperhatikan diri. Dia mencoba dress berwarna biru terang bercorak bunga dengan tambahan kelap-kelip keemasan. Cantik. Baru kali ini Kasih tersenyum bisa mencoba pakaian yang dia beli. Sebelumnya tidak pernah.
Dengan cepat Kasih keluar dan memamerkan dress kepada Belinda. Dia berputar setelah Belinda memintanya.
"Cantik banget. Kamu suka, Nak?" tanya Belinda.
"Suka, Ma. Tapi harga––"
"Mbak, saya mau yang ini satu." Belinda menyudahi lebih dulu ucapan Kasih soal harga. "Nah, kamu coba yang warna kuning terus sekalian coba ini." Lalu, dia memberikan empat pakaian lain untuk dicoba menantunya.
"Oke, Ma. Aku coba dulu."
Kasih kembali mencoba satu per satu pakaian yang diberikan Belinda. Dia menunjukkan pada Belinda dengan menampilkan seluruhnya dan memutar tubuh layaknya princess dalam dongeng untuk sekadar memamerkan hasilnya. Entah mengapa Kasih mulai menyukai kegiatan ini.
Selama lebih dari sepuluh menit Kasih sibuk mencoba, ada lagi pakaian yang diberikan Belinda untuk dicoba. Mau tidak mau Kasih mencoba pakaian-pakaian menyusul yang diberikan. Walau sedikit merepotkan, Kasih terus mencoba dan berbolak-balik memamerkan kepada Belinda yang duduk manis di sofa depan ruang ganti.
"Wow! Bagus semua, ya, dipakai kamu. Cantik dan sempurna semua," komentar Belinda dengan senyum lebar. Melihat pegawai sigap berdiri tidak jauh darinya, dia berkata, "Mbak, saya mau beli semua pakaian yang udah dicoba menantu saya. Tolong ditotalkan, ya."
"Hah?" Kasih memekik kaget. Terbelalak tidak percaya. "Ma, apa nggak kebanyakan? Pasti mahal-mahal, deh. Aku pilih dua aja, ya, Ma."
"Anak ini, ya." Belinda geleng-geleng kepala. "Kalau mikirin mahal terus kapan mau punya baju bagus? Udah, jangan protes. Kamu ganti pakaian aja. Mama mau bayar dulu. Tapi kalau ada yang kamu mau, kamu bisa bawa langsung ke kasir, ya." Kemudian, bangun dari tempat duduknya untuk membayar.
Sebelum masuk ke ruang ganti, Kasih berhenti di depan patung manekin. Patung itu mengenakan lace crop top berbahan serba renda berwarna putih dengan ukiran bunga warna merah. Kasih ingin mencoba, tapi tidak cukup percaya diri.
"Kamu mau beli itu, Kas?" tanya Belinda datang tiba-tiba, berhasil mengejutkan Kasih.
Kasih terlonjak kaget. "Nggak, Ma. Takut nggak pantas dipakai aku."
"Coba aja dulu." Belinda memanggil pegawai dengan mengibas tangannya. "Mbak, putri saya mau coba yang ini. Tolong ambilin, ya. Terima kasih."
Pegawai itu segera mengambilkan dan memberikan kepada Kasih. Sempat ragu-ragu masuk, Kasih akhirnya mencoba setelah Belinda mendorong tubuhnya sampai depan ruang ganti.
Beberapa menit kemudian, Kasih keluar dengan malu-malu. Dia ingin mencoba pakaian sejenis ini, memperlihatkan hampir seluruh kulitnya. Mulai dari pundak, perut, dan belahan dada. Sekali-kali Kasih ingin terlihat seksi. Namun, dia takut mertuanya menganggap pilihannya buruk jadi saat keluar dia menutupi bagian belahan dada yang terekspos terutama karena ukuran dadanya jauh lebih besar dari ukuran pada umumnya.
"Oh, My God!" Belinda tercengang sekaligus terkagum-kagum. "Wow! Kamu cocok pakai ini. Cantik banget. Jangan dilepas, ya, pakai ini aja ketemu Top nanti."
"Eh? Nggak, ah, Ma. Ini terlalu terbuka," tolak Kasih. Bukan terlalu lagi tapi memang sangat terbuka!
"Mau ngetes Top nggak?" Belinda tersenyum penuh arti setelah melihat penampilan menantunya. "Nggak tahu gimana Top bisa konsisten sama perempuan pilihannya. Dia selalu pilih perempuan yang gaya berpakaiannya nggak terlalu terbuka. Ya, paling mentok pamer pundak aja. Kita coba gimana reaksinya lihat kamu pakai ini."
"Mantan-mantannya Mas Top nggak ada yang pakai baju begini, Ma?"
"Nggak. Asmara yang kata orang-orang urakan nggak pernah pakai baju pamer perut atau belahan dada. Makanya Mama penasaran gimana reaksi Top lihat istrinya pakai baju begini. Mau, kan, Nak?"
"Kalau aku pakai ini, apa Mama bakal bilang seleraku terlalu nakal?" Kalimat yang diucapkan semakin dipelankan menjelang akhir.
Belinda tertawa kecil. "Nggak, dong. Mama sering pakai baju begitu dulu. Jangan khawatir Mama ngatain kamu atau judge kamu apa pun. Mama nggak begitu. Jadilah apa yang kamu mau. Pakaian yang kamu pakai nggak mencerminkan sifat kamu, Nak."
"Makasih, Ma." Kasih melempar senyum senang. "Berarti nggak usah dilepas lagi, Ma?"
"Iya, nggak usah, pakai langsung. Cocok dengan jeans biru kamu."
"Makasih, Ma."
"Jangan makasih mulu, dong, Nak. Mama senang beliin kamu baju. Semoga kamu bisa pakai semua baju ini ke tempat-tempat favorit kamu." Belinda mengusap wajah Kasih dengan penuh kasih sayang. Sambil terus tersenyum, dia mengusap kepala Kasih. "Mama bayar dulu, ya. Lihat-lihat dulu aja, kalau ada yang kamu suka, bawa ke kasir."
Kasih menatap Belinda penuh haru. Seiring kepergian wanita itu, Kasih mulai teringat orang tuanya. Belinda jauh lebih baik dari ibunya sendiri. Belinda mengajaknya jalan, mengajaknya belanja, tidak seperti ibunya yang hanya melakukan kegiatan itu bersama kakaknya. Kasih jarang sekali pergi bersama keluarganya. Kalau ikut, dia seperti anak tiri, diabaikan dan tidak dipedulikan. Orang tuanya sibuk menggandeng kakaknya. Belinda memanggilnya 'Nak' dan menyebut dirinya sebagai putrinya. Kapan orang tuanya mengucapkan itu? Tidak pernah. Mereka selalu memanggilnya Kasih atau Kas. Satu-satunya anak yang selalu dibanggakan dan diceritakan orang tuanya kepada orang-orang hanyalah kakaknya.
Tanpa sadar setetes air mata jatuh membasahi pipi. Teringat perbedaan itu membuat Kasih sedih. Hatinya terluka. Kasih segera menyeka air mata agar tidak dilihat pegawai butik atau Belinda. Dia senang orang tua Top memperlakukannya dengan baik dan selalu memanjakannya bahkan lebih dari orang tuanya. Kasih berterima kasih untuk itu.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Top tidak ikut acara jalan-jalan ibunya dan Kasih. Biarlah istrinya pergi berdua dengan ibunya. Dia tahu ibunya bukan mertua menyebalkan atau menyeramkan seperti yang ditakuti para menantu di luar sana. Ya, walau terkadang ibunya terkesan lebih galak dan menakutkan, tapi dia yakin ibunya menunjukkan sisi lembutnya pada Kasih.
Setelah menunggu cukup lama kabar dari istrinya, akhirnya dia bisa bertemu dengan Kasih. Berpisah beberapa jam membuatnya merindukan perempuan itu. Top sudah tidak sabar bertemu istrinya.
Di depan restoran Jepang, Top melihat istrinya dan sang ibu berdiri menunggu. Katanya tidak mau menunggu di dalam, maunya menunggu sampai dia datang. Namun, pandangan Top terganggu menyadari atasan yang dipakai Kasih. Saat pergi Kasih memakai blouse, mengapa sekarang sangat seksi? Mata Top melotot tidak suka. Hampir seluruh kulit Kasih terlihat. Atasan macam apa yang dipakai Kasih sampai terlihat seperti bra saja?
Top mempercepat langkahnya hingga berhasil berdiri di depan sang istri dan ibunya.
"Hai, Mas," sapa Kasih polos.
"What the—atasan macam apa yang kamu pakai, Kasih?" Top memperhatikan dengan saksama. Sungguh, dari jauh saja sudah seperti bra, apa lagi saat dari dekat seperti ini semakin jelas penampakan belahan dada istrinya. "Kamu dihasut Mama pakai baju kayak gini, ya?"
Belinda menyela, "Enak aja. Nuduh orang tua dosa, lho, Top."
"Tunggu sini." Top melihat kemeja lengan pendek yang dipakai. Sial. Dia tidak pakai dalaman. Kalau pakai kaus kutang sudah pasti dia lepas kemejanya sekarang. "Pokoknya tunggu." Lalu, dia melihat ke kanan dan kiri, mencari toko pakaian yang ada di sekitar. "Ah, udahlah kamu ikut sekalian. Aku nggak tenang."
Top menggenggam tangan istrinya. "Ma, masuk duluan aja. Top mau urus Kasih dulu."
Belinda menahan tawa sambil melambaikan tangan. "Oke, deh. See you."
Setelah pamitnya, Top membawa Kasih pada toko pakaian terdekat. Top kesal waktu beberapa laki-laki memperhatikan tubuh Kasih yang terekspos sempurna. Kenapa pula istrinya pakai atasan yang mengundang mata?
Top menanyakan ruang ganti, lalu memasukkan istrinya ke dalam ruangan itu. "Tunggu di sini. Aku cariin jaket yang bagus," suruhnya, yang kemudian menutup pintu agar tidak ada yang melihat istrinya.
Beberapa pegawai kebingungan melihat Top datang-datang langsung menuju ruang ganti. Top tidak peduli, yang dia pedulikan sekarang istrinya harus memakai jaket. Dia tidak membawa jaket sama sekali di dalam mobil jadi harus membeli sekarang. Memilih dengan cepat, Top mengambil jaket jeans berwarna biru khusus perempuan.
Tidak membuang waktu lebih banyak, Top membawa jaketnya kepada Kasih setelah mengetuk pintu. Setelahnya dia masuk ke dalam bilik dan menguncinya, lalu menarik Kasih mendekat. Top segera memakaikan jaket kepada sang istri, mengancingi seluruh kancing tanpa menyisakan satu pun terbuka.
"Mas nggak suka sama lace crop top yang aku pakai, ya? Aku pilih sendiri, lho," tanya Kasih.
"Jawaban jujur nggak suka, jawaban mesumnya suka."
Kasih menahan tawa. Dia menemukan sisi manis sekaligus lucu dari suaminya. "Jawaban mesumnya, tuh, takut tergoda?"
Top menghela napas. "Kalau aku doang yang tergoda bagus. Aku bisa hukum kamu di rumah nanti. Tapi kalau laki-laki lain ikut tergoda gimana? Tadi sama aja kayak kamu cuma pakai bra, Kasih. Ampun, deh. Aku nggak rela istriku dilihat laki-laki lain. Cukup aku aja yang boleh menikmati setiap jengkal, setiap kulit, dan bagian-bagian seksi kamu. Titik."
"Berarti Mas nggak memberi aku kebebasan untuk memakai apa yang aku mau, dong? Mas mulai melarang dan mengekang aku walau cuma sebatas pakaian." Kasih tidak serius akan ucapannya. Lagi juga, dia tidak nyaman diperhatikan, tadi hanya iseng saja mau memakai pakaian seksi.
"Bukan gitu, Kas. Aduh..." Top mengusap wajahnya bingung. "Aku nggak melarang kamu pakai baju apa pun. Terserah. Asal bukan yang seksi dan mengundang mata jelalatan laki-laki berengsek di luar sana." Lalu, dia mengacak rambutnya kelimpungan mencari alasan lain. "Kalau kamu mau pakai itu, ya udah. Aku nggak mau dibilang larang-larang kamu. Terserah, deh. Tapi pakai yang seksi pas lagi sama aku aja. Aku jago berantem jadi kalau ada yang macam-macam, tinggal aku pukul."
Kasih tidak bisa menahan tawa. Suara tawanya lolos begitu saja. Sambil mencubit pipi Top dengan gemas, dia berucap pelan. "Mas lucu banget. Aku iseng pakai aja, mau lihat gimana reaksi Mas. Kalau nggak boleh, nggak apa-apa. Aku nggak tertarik juga dan nggak nyaman dilihatin yang lain selain Mas."
Top menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Syukurlah. Tapi ini kamu yang bilang, ya, jangan nanti dikiranya aku nggak izinin. Ya, meskipun aku nggak kepengin juga kamu pakai ini, tapi kalau kamu merasa aku mengekang, aku nggak mau. Kalau kamu mau pakai boleh seperti yang udah kubilang tadi."
"Nggak, Mas. Beneran nggak mau." Kasih mencubit kembali pipi suaminya, kali ini sebelah kiri biar impas. "Jangan khawatir, aku senang Mas melarang, itu tandanya Mas nggak mau ada yang kurang ajar sama aku. Mas punya alasan. Aku bercanda aja tadi, Mas."
Top bernapas lega. "Kamu bikin jantungan saja. Aku takut kamu merasa dikekang atau dilarang-larang atau merasa hak kamu diambil sama aku perkara aku ngatur ini dan itu. Maaf. Kalau kamu memang mau, ya, nggak apa-apa. Nanti aku pelototin satu per satu yang merhatiin kamu."
Kasih tertawa semakin keras. "Duh, lucunya suamiku." Dan diakhiri dengan menguyel-uyel pipi suaminya sekaligus mendaratkan kecupan singkat di hidung mancung Top. "Nggak, kok. Bersama Mas, aku malah merasa bersyukur dan beruntung. Mas nggak pernah melarang nggak jelas atau mengatur aku. Mas membiarkan aku jadi diriku sendiri. Mas nggak mengurangi apa pun hakku sebagai perempuan dan istri." Lalu, dia memeluk lengan suaminya. Sedikit mendongak dengan diselipi senyum lebar, dia menambahkan, "Makasih udah sebaik ini, Mas."
Wajah Top bersemu merah. Ya, Tuhan ... hatinya bergerak-gerak riang. Top tidak kuasa menahan senyum dan berujung mencium puncak kepala istrinya. Namun, sebelum dikira mesum di dalam ruang ganti, ada baiknya dia keluar sekarang. Tidak mau viral juga gara-gara lagi wikwik di ruang ganti. Bisa berabe.
"Bilang sama aku soal apa pun. Kita perlu berkomunikasi untuk mengatasi kendala dalam rumah tangga. Kalau kamu nggak suka caraku bicara, terkesan sok ngatur atau apa pun, tolong bicarakan, ya. Jangan dipendam. Oke?"
Kasih mengangguk kecil. Binar-binar kekaguman di matanya muncul. Semakin hari, dia semakin mengagumi suaminya. "Iya, Mas."
Setelah itu Top membawa Kasih keluar. Di depan ruang ganti, dia melihat sepasang muda-mudi memperhatikan dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa maksudnya, Top tidak mau peduli.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗😘
Follow IG & Tiktok: anothermissjo
Btw, Top ini emang konsisten soal gaya pakaian pasangannya. Dimulai dari Asmara, Darling, Sekar, Preventi, ini tuh gak ada yang suka pakai baju seksi. (Paling si Preventi aja, nih, kalau lagi clubbing pakai tank top wkwk XD)
Nih lace crop top yang dipakai sama Kasih wkwkwk XD
gimana Top nggak panik ye XD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top