CHAPTER 31

Hai,

Makasih buat 500 Vote dan 1,2K komen nya. Seneng banget wey :(

TOLONG DI BACA DAN DI PAHAMI! JANGAN DI SKIP!

Untuk yang enggak terima dengan alur di chapter 29-30, mengenai Tata yang melibatkan Kania dan Bella untuk balas dendam tolong pahami ini ya.

Dan ternyata komenan dia di hapus satu menit kemudian :) Teruss...

Sorry kalau cerita gue gak sesuai dengan ekspetasi kalian 🙏🏻

Cerita ini memang enggak mendidik. Maafin gua ya.

Tapi apa seburuk itu cerita gue sampai harus di kasih saran agar lebih manusiawi?

Seburuk itu cerita gue sampai mungkin nanti bakal ada yang lapor ke Kak Seto?

Iya gue emang baperan orang nya. Gue terlalu perasa. But please... gue juga gak mudah buat sampai ada di posisi ini. Banyak hal pahit yang gue lewati buat bikin cerita ini. Dan klo ada yang komen begini, gue ngerasa down banget 🥺

Mungkin pembaca baru gak tau, cerita ini pernah di report dan di hapus wattpad. Gue publish ulang dengan sabar, dan jujur itu bukan hal mudah buat gue. Tapi gue lakoni, gue publish ulang karena gue merasa harus tanggung jawab atas cerita ini soalnya banyak readers yang belum selesai baca.

Gue tahu, cerita gue gak sempurna. Tapi gue selalu berusaha yang terbaik. Maaf klo hasilnya gak sesuai dengan harapan kalian 🥺

Gue juga sadar, apa yang Tata lakuin itu salah. Apa gue ada bilang kalau Tata itu bener. Enggak kan? Tapi balik lagi dengan pemikiran masing2. Karena kalau gue jadi Tata gue bakal melakukan hal yang sama.

Mungkin lo memang berbeda pendapat, tapi gak seharus nya menghujat. Lihat dulu dari berbagai sudut pandang kaya gimana. Dan selalu ingat, ini cerita fiksi gals! Kalau memang mau baca yang berpendidikan, ya lo salah tempat!

Cerita gue PENUH DOSA! Udah gue peringati dari awal buat para INNOCENT PEOPLE agar enggak baca! tapi kenapa kalian nerobos masuk dan sekarang menghakimi seolah kalian adalah yang paling benar? :)

Maaf gue bukan mau drama. Tapi gue capek ngelayanin kementar kaya gini. Mental gue gak setangguh itu buat terus nerima cecaran. Fyi, bukan dia aja yang komen kritik pedas gini, tapi banyak. Dan gue selalu balas, sayangnya, komentar2 lain pada di hapus sama mereka sendiri 😊

Gue minta, kalau mau kasih saran dan kritik bicara baik-baik. Lo gak pernah tau, satu kalimat yang lo ucapkan atau tulis itu akan berdampak seperti apa pada seseorang. Kuat lemah nya mental orang beda-beda. Dan gue akui gue lemah.

Gue sekarang jadi ngerasa orang terjahat karena bikin alur cerita begini, dan gue ngerasa bersalah karena cerita ini gak mendidik 🥺

Sekali lagi gue minta maaf 🙏🏻

TERAKHIR KALI GUE INGATI, YANG GAK SUKA CERITA GUE SILAHKAN MINGGAT!

Happy Reading...

Jangan lupa vote dan komen :)



Btw 8K vote dan 3K komen buat next bab 32 :)

Arion sudah pulang dari rumah sakit. Adalah berita yang cukup mengejutkan bagi Thalita saat sampai di kamar inap, dan tidak ada siapapun di dalam nya.

Harusnya, Arion pulang besok pagi atau siang. Kalaupun memang hari ini, kenapa lelaki itu tidak mengabari nya? Padahal jelas, Arion sudah punya nomor Thalita yang gadis itu save sendiri dengan nama Tata cantik.

Ah iya, lelaki itu masih marah.

Sambil berjalan di selasar rumah sakit untuk kembali ke lobi utama, Thalita sibuk mencoba menelepon Arion berulang kali. Nomor lelaki itu aktif, tapi sepertinya, Arion sengaja mengabaikan panggilan nya. Karena sudah ke tujuh kalinya telepon itu tersambung, namun berujung dengan suara operator.

Thalita beralih menelepon Bagas. Menanyakan alamat rumah Arion, karena Thalita tidak tahu alamat lelaki itu, walau pernah berkunjung sekali. Setelah di beri tahu oleh Bagas, bergegas Thalita memesan taksi online untuk segera kesana.

Tidak memakan waktu lama ternyata dari rumah sakit menuju rumah Arion. Dalam 20 menit, Thalita sudah sampai. Gadis itu berdiri di gerbang utama yang menjulang cukup tinggi, tepat saat jam menunjukan pukul 10 malam.

Tapi Thalita tidak peduli. Ia hanya ingin memastikan Arion baik-baik saja, karena seharian tidak bertemu lelaki itu, membuatnya khawatir. Selain khawatir, tentu saja ada yang kurang. Semenjak Arion di rumah sakit, menemui lelaki itu disana, sudah menjadi rutinitas penting dalam hidup Thalita.

Kini, Thalita sedang menunggu Security yang sudah ia tanyai tadi. Katanya, bapak itu sedang menelepon Anita. Karena sepertinya, tidak sembarangan orang yang bisa masuk pada kediaman keluarga Hagam.

"Non, boleh masuk." Thalita tersentak kaget kala suara Security itu terdengar. Gadis itu mengangguk, dan segera masuk pada celah yang dibuat. "Ayok saya antar." Bapak itu berucap sambil bersiap menyalakan mesin motornya.

Jarak gerbang utama menuju rumah Arion ternyata jauh. Thalita harus melewati taman yang luas dan air mancur dulu sebelum sampai di pintu utama.

Dalam jarak yang hanya lima puluh meter, Thalita bisa melihat seorang wanita yang sudah berdiri menunggu nya. Itu Anita, memasang senyum lebar seperti biasa. Hal itu, membuat hati Thalita lega. Sepertinya, Anita sudah tau kasus tentang Nadine.

Begitu kaki nya memijak di undakan tangga terakhir, Thalita di sambut pelukan hangat oleh Anita. "Ta, maafin tante soal tadi pagi." Sebetulnya, Anita tidak perlu meminta maaf. Ini kesalahan Thalita yang ceroboh sampai Nadine bisa melihat nya dengan Adi malam kemarin.

"Enggak apa-apa." Thalita menjawab dengan senyum yang akhir-akhir ini jarang di perlihatkan kecuali pada Anita dan Arion.

"Tante udah tahu, soal kabar Nadine. Astaga, tante gak nyangka dia bisa sejahat itu, padahal kalau di rumah, gak keliatan kaya orang jahat." Anita menggerutu sambil menggiring Thalita untuk masuk ke dalam. "Bisa-bisa nya tante sempat menjodohkan dia dengan Arion."

Thalita menatap kaget. "Kapan itu?"

"Udah lama. Waktu mereka masih kecil lah. SD kalau gak salah. Waktu itu mama nya Nadine minta perjodohan gitu. Duduk Ta," ucap Anita sambil dirinya pun ikut duduk. Lalu wanita itu melanjutkan. "Tante waktu itu setuju, Arion kan masih kecil ya, gak tau apa-apa. Eh pas udah gede, dia gak mau di jodohin."

Thalita mengulum senyum geli, lalu mengangguk pada asisten rumah tangga yang datang membawa nampan berisi teh hangat. "Makasih mbak," kata nya, lalu Thalita menatap Anita lagi. "Kenapa Arion gak mau Tan?"

Anita mendengkus seolah sedang mengejek. "Kamu pasti tahu jawaban nya," ujar wanita itu lalu tergelak tawa saat Thalita berdeham salah tingkah. "Arion ada di kamar, itu tuh, yang ke dua dari kanan." Anita menunjuk pada lantai dua yang memang terlihat dari bawah. "Kalau dia gak buka pintu nya, Tata masuk aja pakai kunci cadangan. Ada tante simpan di dalam guci di nakas samping pintu."

Setelah bertukar kata sebentar dengan Anita. Thalita lalu bergegas untuk menuju kamar Arion. Benar dugaan Anita, Arion tidak mau membuka pintu saat Thalita berulang kali mengetuk pintu kamar itu. Karena arahan dari Anita, Thalita pun memilih membuka pintu kamar itu menggunakan kunci cadangan.

Dengan pelan dan hati-hati, pintu Thalita buka. Kepala nya lalu mengintip dari celah, ada Arion di dalam. Lelaki itu sedang duduk di kursi roda membelakangi nya.

Setelah membuang napas cukup panjang, akhirnya Thalita masuk ke dalam. Langkah gadis itu terhenti karena di serang rasa terkejut begitu besar.

Mata Thalita membulat saat melihat dinding-dinding kamar lelaki itu di penuhi oleh foto Thalita. Dari kecil saat masih di panti, sampai besar, ketika sudah menginjak bangku SMA. Bahkan, foto saat gadis itu berada di Mall saat jalan dengan Arion, ada tertempel disana.

Thalita tidak tahu, kapan Arion mengambil semua foto itu. Ternyata Arion pandai mengambil foto secara diam-diam. Lamunan Thalita tersentak saat mendengar deheman keras dari Arion. Gadis itu menoleh, kemudian mengusung senyum cantik.

"Aku telepon kok gak diangkat?" Gadis itu berjalan mendekat pada Arion dibawah tatapan tajam lelaki itu.

"Sebelum kesini, aku ke rumah sakit dulu tadi." Jelas Thalita lagi. Memilih abai pada tatapan Arion yang jelas-jelas menunjukan rasa tidak suka dengan keberadaan Thalita disini.

"Maafin aku, Arion." Ucap Thalita sambil memposisikan nya berlutut di depan Arion yang duduk di kursi roda. Tangan gadis itu dengan cepat menggapai tangan besar Arion dan meremas nya pelann. "Malam itu aku gak datang ke rumah sakit. Kecapekan."

Arion mendengkus walau pelan. "Kecapekan abis sama Adi." Ujar lelaki itu seperti geraman tertahan. Alih-alih takut, Thalita justru mengulum senyum geli. Arion masih sangat menggemaskan di mata nya.

Kata Anita, Arion tidak mau minum obat. Jadi, saat mata Thalita menemukan kotak obat di nakas dekat lampu tidur, tanpa pikir panjang gadis itu mengayun langkah kesana. "Kok gak mau minum obat?"

"Bukan urusan lo! Sana keluar!"

"Aku keluar kalau Arion udah minum obat," Thalita menyiapkan butiran obat iti di telapak tangan nya. Arion memerhatikan dalam diam, sedikit kesal karena Thalita sepertinya tidak terganggu padahal Arion jelas-jelas sedang marah pada gadis itu. "Aku tahu, kamu marah." Ucap Thalita membuat mata Arion melebar. "Bukan nya enggak peduli sama kemarahan kamu, justru aku peduli maka nya aku kesini."

Setelah obat siap, Thalita menatap Arion lagi dengan sorot mata hangat. "Tapi tingkah kamu menggemaskan."

"Lo selalu anggap gue anak kecil!" Simpul Arion saat Thalita tersenyum geli. Menurut nya, yang menggemaskan itu anak kecil. Dan Arion jelas, bukan anak kecil.

Thalita kembali mendekat pada Arion, masih dengan senyum geli yang tidak bisa hilang dari wajah cantiknya. "Enggak gitu, Arion." Katanya sambil menyematkan satu kecupan halus di pipi lelaki itu.

Arion menegang, lalu segera menatap Thalita tajam. "Jangan cium gue," desis nya tajam. "Cium aja Adi."

"Kamu marah aku cium Adi?" Tanya Thalita sambil mengedikan dagu agar Arion segera meminum obat di tangan nya.

Lucu nya, walau dengan wajah ketus, Arion tetap mengambil butiran obat itu dan segera meminum nya dengan sekali teguk. "Gue gak marah. Gue cuma gak nyangka aja dengan pemikiran lo. lo bilang bakal putusin hubungan lo sama dia. Tapi yang terjadi, jauh dari apa yang gue bayangin."

Thalita menatap Arion penuh sesal. "Maaf," hanya itu yang bisa gadis katakan. "Di maafin enggak?"

Arion tidak menjawab, lelaki itu lebih memilih memutar kursi roda menuju tempat tidur nya. Thalita membantu lelaki itu untuk berdiri sebelum kemudian merebahkan tubuh Arion di ranjang yang lebar. "Lo bisa pergi,"

Alih-alih menuruti permintaan Arion, Thalita malah ikut naik ke ranjang. Membuat Arion melotot, tapi gadis itu abaikan. Thalita merebahkan dirinya tepat di samping Arion, lalu memaksa lelaki itu untuk memiringkan badan, sama sepertinya.

Arion patuh, lelaki itu sekarang berhadapan dengan Thalita dan saling melempar tatapan. Tangan halus Thalita terulur untuk mengelus rahang Arion. "Jangan marah lagi." Katanya. "Malam itu, aku udah bilang ke Adi. Pertunangan aku sama dia, udah berakhir."

Mata Arion menyipit tidak percaya. "Bener, Arion."

"Tapi lo masih sempet pelukan dan..." sial, Arion bahkan merasa kesal saat teringat kembali Video yang Nadine kirim.

Thalita menghela napas panjang. "Aku cuma terbawa suasana saat itu. Cukup banyak hal yang terjadi sama Adi gara-gara aku."

Arion menatap tidak suka. Lelaki itu menepis pelan tangan Thalita yang masih asik mengelus rahang nya. "Kalau gitu lo bisa perbaiki hubungan lo sama dia."

Lalu Arion berbalik badan, tidak ingin melihat mata Thalita yang menatap nya sayu. Tapi detik berikut nya, lelaki itu tersentak saat tangan Thalita melingkar erat pada pinggang nya. "Hubungan aku sama Adi selesai, Arion. Gak ada yang harus di perbaiki, dan aku gak mau kalau memang ada. Kalau kamu gak percaya, kamu bisa langsung tanya sama dia."

"Atau enggak tanya ke keluarga ku." ucap Thalita lugas. "Mereka undang kamu buat makan malam, kamu bisa tanya-tanya sama mereka." Thalita tidak berbohong, dari awal tahu bahwa Arion yang menyelamatkan nya di rooftop, Faizal dan Nirina memang mengundang lelaki itu untuk makan malam bersama.

Namun, karena keadaan Arion yang sempat koma dan harus di rawat, rencana itu belum terlaksana juga. "Mau kan kesana?"

Mendengar itu, sedikit membuat hati Arion ringan. Lelaki itu kemudian membalik badan kembali, menatap Thalita sementara tangan nya terulur untuk merapikan anak rambut di sisi wajah gadis itu. "Gue cemburu," ucap Arion pada akhirnya. "Gue tahu, gue gak berhak. Tapi gue gak suka liat lo dekat apalagi di sentuh sama Adi. Dia bukan laki-laki baik Ta."

Thalita tersenyum. "I know," jawab nya pelan. "Sorry bikin kamu marah."

"Marah gue gak seberapa, gue khawatir, dia apa-apain lo." Arion berucap dengan rahang mengetat.

Senyum Thalita semakin lebar, wajah gadis itu maju, untuk mengecup ujung bibir Arion. "Dia gak berani apa-apain aku. Tapi, makasih, udah khawatirin aku." bisik gadis itu.

"Jangan cium-cium gue Ta." Peringat Arion.

Thalita menaikan sebelah alis. "Terus harus cium siapa? Bag-" Gadis itu tersenyum kala Arion mencium nya tepat di bibir.

Ketika Arion hendak menjauhkan wajah, Thalita justru semakin menekan bibir nya dengan gemas. "Tidur, udah malam." ucap Thalita santai, tidak terlihat seperti orang yang baru saja memaksa cium.

Arion memerhatikan Thalita yang beringsut turun dari kasur sambil merapikan baju nya. "Kemana?"

"Pulang," jawab Thalita. "Gak enak malem-malem bertamu."

"Lo bukan tamu,"

"Oh ya? Apa dong?" tanya Thalita dengan tawa pelan. "Besok aku kesini, habis pulang sekolah."

Arion terlihat murung. "Lo bisa nginep disini," katanya pelan. "Tidur disini." lelaki itu menambahkan sambil menggeser badan nya.

"Eh?" Thalita pura-pura kaget, seolah baru pertama kali saja mendengar kata tidur sebelah Arion. "Kalo belum nikah, gak boleh tidur bareng." katanya, berniat bercanda.

Namun agaknya tidak dengan Arion, lelaki itu menganggap serius ucapan Thalita. "Kalau gitu ayo nikah." kata Arion. Lalu lelaki itu mendudukan diri sambil berdeham. Arion membasahi bibir sebelum berucap lagi. "Ayo, nikah sama gue. Angela."

Thalita tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya. Mata gadis itu membulat besar. "Arion.."

"Gue gak mau nunggu lagi Ta. Gue mau, ikat lo dalam sebuah hubungan." kata Arion dengan kesungguhan yang besar terpancar dari mata hitam nya.

Thalita terpaku.

Dia belum bisa menjalin hubungan saat baru saja hubungan nya dengan Adi selesai. Thalita masih ragu untuk terikat hubungan baru.

Hati Thalita belum benar-benar sembuh, tapi tidak lagi sakit. Tapi bukan berarti, hal itu membuat Thalita gegabah, dan terburu-buru menjalin hubungan baru. Walaupun orang itu adalah Arion, yang sudah punya tempat di hati nya.

"Angela,"

"Apa kita gak bisa tetap seperti ini aja, Arion?" kata Thalita pelan. "Kita bisa dekat seperti ini, dan bahkan lebih. Tanpa sebuah ikatan."

Arion tersenyum getir mendengar itu.

Ternyata, Angela memang tidak menginginkan nya.

***

To be continued...

Published; August 06, 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top