CHAPTER 26
"Nadine, dalang di balik kejadian rooftop. Gue ada bukti nya. Ada video pelecehan yang lo alami yang di ambil Nadine secara sengaja. Ada juga percakapan Nadine dan Daniel tentang rencana pelecehan lo, yang sempet gue screenshot."
"Dari mana lo dapat semua itu?"
"Gue dapet itu semua, asli dari ponsel Nadine langsung. Ponsel Nadine sempet ketinggalan di rumah gue, dua minggu lalu. Dan yah, gue Nadine dan Selia memang sedeket itu sampai masing-masing dari kita, tau pasword handphone. Gue gak niat buat buka-buka privasi dia. Cuma saat itu, ada telepon dari Daniel yang katanya minta video di rooftop dan semua percakapan di hapus. Disitu gue curiga, pas gue buka, ternyata bener. Nadine dalang nya."
Thalita memejamkan mata saat permbicaraan nya dengan Shenina tadi kembali terngiang.
Nadine.
Nama itu terus membuat gelegak amarah dalam hati Thalita terus berkobar. Gadis lugu itu, bukan hanya menjerumuskan nya pada hal yang buruk. tapi ternyata, gadis busuk itu dalang dari semua penderitaan yang ia dan Arion alami belakangan ini.
Saat ini, Thalita tengah berada di kamarnya. Menatapi papan target yang ia buat. Papan hitam itu bertempel foto-foto orang yang ingin Thalia balas perbuatan nya. Tentu saja ada Nadine di dalam nya, namun gadis itu berada di urutan terakhir bersama Selia.
Tapi, sejak tahu kebenaran yang Shenina katakan, serta bukti yang gadis itu berikan di rumah sakit tadi. Agaknya, Thalita harus menyusun rencana nya kembali. Nadine, harus berada di jejeran Daniel dan kedua teman nya. sepertinya, menyiksa empat orang itu secara bersamaan, akan sangat menyenangkan.
Thalita menatap foto Nadine penuh dendam. Jujur saja, gadis itu tidak sedikitpun mengerti apa alasan Nadine berbuat jahat padanya sampai sejauh ini. Thalita merasa tidak ada masalah pribadi apapun dengan gadis itu.
Getaran dari ponsel yang ia letak di nakas membuat lamunan Thalita buyar. Ada telepon, dari Bagas. Segera Thalita jawab panggilan itu. "Halo Nya? sorry, tadi gue lagi boker. Jadi gak ke angkat." lelaki itu menjelaskan alasan nya tidak menjawab telepon Thalita setengah jam yang lalu.
Thalita memutar bola mata mendengar panggilan dari Bagas itu. Semenjak Thalita terang-terangan dekat dengan Arion, lelaki itu selalu memanggil nya Nyonya. "Gue mau pake tempat itu tiga hari ke depan."
Hening, Bagas tidak langsung menjawab.
"Tolong, siapin semua nya Gas. Daniel dan dua bajingan lain nya."
"Oke Nya."
"Tambah satu orang," Thalita menjeda. "Nadine, bawa dia kesana."
"Nadine? Kenapa?"
"Lo bakal tahu nanti." lalu panggilan terputus setelah Bagas menyanggupi permintaan Thalita.
Baru saja Thalita hendak menyimpan ponsel nya, ada denting pesan terdengar. Kening Thalita mengernyit saat ada chat masuk dari nomor asing.
Ancam Nadine pakai ini.
Shenina.
Thalita membuka tautan yang Shenina kirim. Itu adalah sebuah Video, Thalita menyeringai senang melihat itu. Video itu berisi Nadine yang tanpa malu mendesah dibawah Daniel. pantas saja Daniel sangat patuh, sampai nekat berbuat jahat. Ternyata upah nya di beri badan oleh Nadine.
Sungguh menjijikan.
***
"Ta, sesudah sarapan, Papi mau bicara sebentar. Bisa?"
Thalita yang baru saja duduk di kursi meja makan nya menoleh pada Faizal, lalu mengangguk patuh.
"Hari sabtu nih. Mau jalan ke Mall?" Nirina datang sambil menata masakan nya di meja. lalu duduk dengan mata menatap Thalita dan Dirga bergantian. "Udah lama kita gak jalan?"
Faizal mengangguk. "Boleh. Tata sama abang gimana?"
"Aku ada janji sama Dinda Pi." Dirga menyahut. "Sampai malam, ada acara nikahan sodara nya. Tata aja."
Thalita mendengkus. "Aku mau ke rumah sakit." jawab nya.
"Arion gimana keadaan nya sekarang?" tanya Faizal.
"Senin udah boleh pulang. tinggal rawat jalan sambil terapi kaki nya." Thalita menjawab sambilalu.
"Mami sama Papi belum jenguk dia lagi. Nanti aja deh, kalau Arion udah di rumah. sekalian main." Nirina memberi usul yang diangguki oleh Faizal. Kedua nya memang saling kenal dengan orang tua Arion. Dulu, mereka berempat sering bertemu jika sedang mengunjungi panti asuhan.
Thalita tidak menyahut, keheningan menyelimuti mereka selama menghabiskan sarapan. Semenjak Thalita mengingat masa lalu nya, meja makan yang biasa nya berisik oleh celotehan gadis itu, kini selalu sepi.
"Sebelum Papi bicara. Ada yang mau aku bicarain juga," Thalita berucap setelah menyelesaikan sarapan nya. Gadis itu menatap Fizal, Nirina dan Dirga beragantian. Thalita menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Aku mau mengakhiri hubungan ku sama Adi," ujarnya lantang.
Mata Faizal membulat, sementara Nirina tersedak minuman nya sendiri. Dirga santai saja, karena sebelumnya Thalita sudah bercerita terlebih dahulu. "Mengakhiri tunangan ini. Maksud nya?" tanya Faizal.
Dengan penuh keyakinan, Thalita mengangguk. "Aku gak minta ijin, aku cuma kasih tahu. Yang artinya, keputusan aku udah bulat. Aku tahu, mungkin akan rumit mengakhiri pertunangan ini, terlebih Papi dan Mami udah sangat dekat sama keluarga Adi. Tapi, aku udah gak sanggup untuk melanjutkan hubungan yang udah rusak ini."
"Rusak gimana? Setahu Papi hubungan kamu sama Adi baik-baik aja kan?"
Dirga mendengkus mendengar itu. "Cowok berengsek itu cuma pura-pura baik aja di depan kita Pi. Dia ternyata penghianat besar."
Melihat kebingungan yang kental di wajah Faizal, Thalita lalu membungkuk, mengambil box berukuran sedang untuk ia simpan di atas meja. Dengan tenang, Thalita membuka box itu. mengeluarkan semua isi nya. "Maaf baru bisa jujur sekarang."
Faizal segera merebut box itu, mata nya melebar melihat banyak foto disana. Hati pria itu dengan cepat di kuasai amarah. Disana, banyak foto Adi berdua dengan Shenina. Bukan foto biasa, melainkan foto yang cukup mesra. Sedang memeluk atau bahkan mencium. Yang lebih parah, pasangan itu bahkan berfoto sambil berciuman di tepi pantai.
"Kamu yang ambil semua foto ini?" tanya Nirina.
Thalita mengangguk. Dulu, dirinya memang selalu menguntit kemanapun Adi dan Shenina pergi. Entah kenapa, Thalita gemar sekali memelihara sakit hati. Gadis itu sengaja, selalu mengabadikan momen Adi dan Shenina. Hati nya jelas sakit, tapi Thalita selalu senang melihat bagaimana Adipati tersenyum di foto itu.
Senyum yang tidak pernah di tujukan pada Thalita setahun terakhir.
Nirina menatap Thalita sendu, lalu dengan segera memutari meja dan memeluk putri nya itu erat-erat. "Kenapa kamu gak bilang nak?"
Thalita hanya menggeleng saja. Dulu, alasan nya tidak pernah bilang mengenai penghianatan Adipati karena ia takut Faizal marah dan memutuskan untuk memisahkan nya dengan Adi. Namun kini, Thalita bahkan sangat ingin mengakhiri hubungan ini. semoga saja Faizal mau membantu nya bicara pada orang tua Adi.
"Aku pengen selesain hubungan aku sama Adi malam ini juga Pi."
***
Thalita sudah siap dengan dress elegan warna biru langit tanpa lengan. Dress panjang itu menutupi mata kaki, namun, di sisi kiri ada belahan cukup panjang sampai setengah paha nya. Rambut panjang gadis itu di gerai, hanya di catok agar ujung-ujung nya bergelombang.
Tidak ada make up tebal. Wajah putih Thalita hanya berhias make up tipis yang justru semakin memperlihatkan, betapa cantik nya gadis itu.
Sayang, tidak ada senyuman hangat yang selalu Adi lihat dari dulu. Kini wajah gadis itu sangat datar, tatapan Thalita begitu dingin, dan asing. "Cantik," lelaki itu memuji dengan setulus hatinya. Inilah Tata nya, kekasih nya yang manis, cantik dan elegan. Bukan Tata yang urakan dan seperti wanita murahan.
"Thanks," Thalita menanggapi cuek. "Kita berangkat sekarang."
"Mami sama Papi kamu, kesana kan?" Adipati bertanya sembari mengulurkan tangan saat Thalita sampai di undakan tangga terakhir. Lelaki itu tersenyum, saat Thalita menerima tangan nya.
"Mereka kesana, mungkin agak telat."
Adipati sempatkan dulu mengecup lembut pipi Thalita sebelum menjawab. "Ya udah kita jalan duluan."
Thalita tersenyum tanpa minat, lalu mereka berjalan beriringan dengan Thalita yang memeluk lengan Adi. Dengan sangat lembut dan perhatian, Adipati membantu Thalita masuk ke dalam mobil.
Lelaki itu tidak tahu saja, Thalita berdecih dan segera menghapus jejak kecupan Adi di pipi nya saat Adipati sedang memutari mobil. "Pakai sabuk nya, Baby." peringat Adi saat sudah ada di balik kemudi.
"Shenina gak di jemput?" tanya Thalita saat mobil Adipati melewati komplek perumahaan gadis itu.
Adi menghela napas pendek. "Gue sama dia udah gak ada hubungan apa-apa Ta." ucapnya lugas. "Dia juga gak ada ganggu gue lagi."
"Sejauh apa, hubungan lo sama dia Adi?"
Adipati menoleh, dan Thalita menangkap dengan mata nya bagaimana lelaki itu menegang. "Jangan bahas masa lalu Ta,"
"Sejauh apa?" Tanya Thalita lagi. "Pelukan? Ciuman?"
"Lebih dari itu," Adipati menjawab setelah beberapa saat berpikir. Walau jawaban nya pasti akan menyakiti Thalita, tapi Adi enggan berbohong pada gadis itu. "Gue minta maaf Ta."
Thalita tersenyum. "Hmm." sahut nya.
***
To Be Continued...
Published; August 02, 2021.
Komen yang banyak disini biar cepet up...
*Spoiler Next Chapter*
Thalita memeluk Adi erat. Sambil mengucapkan maaf berulang kali. Cukup lama, sampai akhirnya pelukan itu diakhiri dengan pertemuan bibir nya dengan bibir lelaki itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top