CHAPTER 24

Heeyyy!

Kaget gaaakkk?

Happy Reading...

Jangan lupa Vote dan Komen 😍

•••

                Sesuai janji nya, Thalita menemani Arion untuk terapi kaki. Tepat pukul depalan pagi gadis itu sudah sampai di lobi utama rumah sakit. Hari ini, dengan kuasa Bapak Hagam pemilik sekolah nya, Thalita bolos sekolah tanpa di tanyai guru.

Sedang menunggu sebelah lift kanan terbuka, suara denting dari lift yang kiri membuat gadis itu menoleh. Mendapati Adipati berjalan dengan Lusi, ibu nya. Agaknya, lelaki itu juga menyadari keberadaan Thalita karena sekarang, Adi mengayun langkah kearah nya.

Tangan besar Adipati terlalu cepat bergerak saat tahu-tahu sudah ada di puncak kepala Thalita, mengusak nya dengan pelan, lembut, tapi gemas sekaligus. Thalita menatap heran pada tunangan nya itu. "Kok baru kesini?" adi melempar tanya di iringi senyum lebar.

"Masalah emang?"

Adi tersenyum masam, akhir-akhir ini Thalita sangat ketus dan selalu berbicara sinis kepada nya "Aku udah mau pulang ini," beritahu Adi. Kondisi nya memang tidak parah, hanya cedera lengan kanan dan kening sobek sedikit. Kemarin Adi di rawat, karena kebetulan, dirinya memang sedang di bawah pengaruh alcohol, dimana tubuh nya kehabisan energi.

"Bawa apa?" tanya Adi saat Thalita tidak menanggapi ucapan nya.

"Nasi goreng," ucap Thalita "Buat Arion." Gadis itu melanjutkan, membuat senyum Adi meredup.

Lift pilihan Thalita akhirnya terbuka, sebelum benar-benar masuk, Lusi sempat menghentikan nya dan berpesan agar Thalita hadir di acara anniversary yang akan di selenggarakan sabtu malam, yang artinya dua hari lagi. Dengan berat hati Thalita mengangguk, menyanggupi undangan itu untuk hadir.

Dengan semangat, Thalita membuka pintu kamar inap Arion. Begitu masuk, ia bisa melihat Arion yang sudah siap di kursi roda nya dengan suster di belakang. Ada Anita juga yang sempat menyapa nya tepat di pinggir lelaki itu. "Udah sarapan belum?" tanya Thalita sambil memamerkan paperbag nya ke atas.

"Udah," Anita menjawab "Makan bubur tadi.

Thalita mengangguk, hendak menyimpan Tupperware itu namun urung saat Arion menghentikan nya "Biar gue makan sekarang," ujar nya membuat Thalita menyeringai senang.

Anita geleng kepala, padahal, tadi saat makan bubur yang baru separuh dari mangkuk, Arion sudah mengeluh kenyang. Tapi lihatlah, lelaki itu kini tengah makan dengan lahap di suapi Thalita "Bunda duluan kalau gitu ya, Tata tau kan ruangan terapi nya?" Thalita mengangguk sebagai jawaban.

"Semangat terapi nya!" ucap Thalita saat suapan terakhir masuk dalam mulut Arion. Gadis itu mengacak gemas puncak kepala Arion, membuat lelaki itu mendengkus sambil menepis pelan tangan Thalita "Loh, kenapa?"

Arion berdeham. "Gue bukan anak kecil," ucapnya. Sebenarnya, Arion selalu kesal saat Thalita mengusak kepala nya atau bahkan mencium pipi nya dengan gemas. Arion merasa, dirinya sudah dewasa, tidak seharusnya Thalita mencium nya seperti anak kecil.

"Loh, memang siapa yang bilang Arion anak kecil?" Thalita bertanya sambil memposisikan dirinya berlutut di depan Arion yang duduk di kursi roda "Arion udah gede kan," gadis itu terkikik geli melihat raut wajah Arion berubah kesal.

"Lo suka cium gue di pipi," ucap Arion canggung "Kaya cium ke anak kecil."

"Terus Arion mau di cium dimana?" Thalita bertanya serius, namun agaknya pertanyaan itu membuat Arion terganggu. Terbukti dengan telinga lelaki itu yang memerah. "Mau di cium dimana?"

Arion mengedikan bahu cuek sambil berdeham keras. "Ayok," ajaknya sambil mengetuk-ngetuk pegangan kursi roda. Meminta agar Thalita segera membawa nya ke ruang terapi.

Thalita terkekeh geli. "Nanti aku kasih ciuman kalau Arion berhasil lewatin tantangan yang dokter kasih buat terapi." Ucapnya penuh janji.

Arion tersenyum kecil. "Janji?"

"Ofcourse,"

***

Sudah lebih dari dua puluh menit, Arion mencoba berjalan di bantu dengan pegangan besi di sisi-sisi badan nya. Seluruh tenaga, sudah Arion kerahkan. Namun hasilnya nol besar, kaki Arion sama sekali tidak bisa di ajak jalan. Baru satu langkah atau dua langkah, Arion harus jatuh ke lantai. Begitu terus sampai ia sendiri merasa frustasi.

Arion marah pada dirinya sendiri yang sekarang tidak bisa di andalkan. Lelaki itu sempat mengamuk dan membuat kekacauan di ruang terapi tadi. Untunglah, lelaki itu bisa di tenangkan oleh Thalita dengan sebuah pelukan.

Kini, Arion sudah berada di kamar inap nya. Lelaki itu baru saja selesai di bersihkan badan nya. Wajah lelaki itu masih datar, walau kini ada Thalita yang tersenyum lebar di depan nya.

"Gue gagal." Ucap Arion putus asa. "Gue cac—"

"Arion hebat," Thalita menyela dengan tangan merengkuh leher Arion, memeluk lelaki itu sampai kepala Arion tenggelam di ceruk leher Thalita. Sebelah tangan mungil nya mengusap kepala belakang sementara yang lain mengusap lembut punggung lebar lelaki itu "Kamu cowok terhebat."

Arion balas memeluk Thalita erat. Menumpahkan segala kegusaran nya pada bahu kecil itu. Napas Arion masih memburu, menerpa kulit halus leher Thalita. Dan hal itu membuat Thalita bergerak kegelian. "Bentar," ucap Arion kala Thalita hendak melerai pelukan.

Rasanya, Arion butuh pelukan ini lebih lama lagi. Thalita adalah segala sesuatu yang Arion butuhkan. "Jangan tinggalin gue Ta," ucap Arion memberanikan diri.

Dengan sedikit tenaga, Thalita berhasil melepas pelukan mereka. Lalu dengan segera membingkai wajah tampan Arion dengan kedua tangan nya. "Kamu bicara apa sih?" Katanya "Aku gakkan ninggalin kamu Ar."

Arion balas menatap mata Thalita dengan kegelisahan yang tidak bisa ia tutupi. "Gue cacat, lo past—"

Cup

Satu kecupan Thalita sematkan di bibir Arion membuat lelaki itu mematung tanpa berkedip. Biasanya, Thalita akan terkekeh geli melihat ekspresi menggemaskan itu. Namun, kini, wajah Thalita tampak serius. "Aku gakkan ninggalin kamu, percaya sama aku."

"Itu artinya, lo bakal ninggalin Adi kan?" Tanya Arion lugas.

Thalita mengelus lembut rahang lelaki itu sambil mengangguk. "Secepatnya." Ujar Thalita.

Arion menatap tak percaya. Lelaki itu baru berkedip lagi setelah Thalita menjentikan jari di depan wajah nya. "Ngelamunin apa?"

"Lo ambil ciuman pertama gue," ucap Arion membuat Thalita tergelak tawa. "Gue serius Ta."

"Okay. Aku minta maaf udah curi first kiss kamu." Thalita berujar sambil menjewer telinga nya sendiri. Melipat bibir merah mudah nya ke bawah.

Arion menurunkan tangan-tangan itu, lalu menggenggam tangan Thalita erat dengan tangan nya yang besar. Mata Arion menatap lembut wajah cantik Thalita sebelum kemudian tatapan nya turun pada bibir merah mudah milik gadis itu.

Menuruti naluri nya, Arion meraba bagian bawah bibir Thalita dengan ibu jari nya. Lalu dengan sendiri nya jemari lelaki itu turun ke dagu Thalita, sedikit menarik nya sehingga membuat bibir gadis itu terbuka.

Entah siapa yang memulai duluan ketika bibir mereka tahu-tahu sudah kembali menempel. Hanya sebentar. Karena jujur saja, Arion tidak punya pengalaman hebat soal perciuman. "Gue sayang sama lo Ta," ungkap Arion tulus. "Sayang banget."

Thalita tersenyum, tangan gadis itu lalu menarik tengkuk Arion dengan pelan. Memiringkan wajah nya dengan gerakan lambat, ujung hidung keduanya sudah bersentuhan. Thalia siap kembali sematkan kecupan, ketika getaran dari ponsel nya terdengar keras.

***

To Be continued...

Published; July 30, 2021.

Gimana nih Thalita, main sosor aja. ketularan Adi kek nya. Wkwk

Mau update cepet?

400 Vote dan 700 komen dulu kuy! (~ ̄▽ ̄)~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top