CHAPTER 10
Heh kaget banget liat spam komen dah sampe 700 aja , makasih yaa semuanya🤩
Ini deh aku Up lagi sekarang..
Malam Up lagi kalau chapter ini sampe 500 komen..
Happy reading...
Jangan lupa Vote dan komen 😍
𝓣𝓱𝓪𝓵𝓲𝓽𝓪'𝓼 𝓦𝓸𝓻𝓵𝓭
Thalita masuk ke dalam bilik kamar mandi dengan tangis yang ia tahan. Sebenarnya dada nya sudah sesak dan air mata nya sudah ingin tumpah sejak Adipati memaki nya. Namun entah mengapa, bisikan Arion pada hari kemarin terngiang di telinga nya. Bahwa seorang Thalita hebat dan kuat. Dan Arion tidak suka dengan dirinya yang lemah. Maka Thalita tidak ingin menjadi lemah. Dan berhasil, dia berhasil untuk tidak menangis di depan Adipati.
Namun, justru sekarang tangisan nya pecah. Makian Adipati, tatapan remeh dari semua orang disana kembali teringat oleh Thalita. Sehina itukah dirinya? Aahh Ya memang sehina itu, bahkan Adipati saja mengakuinya kemarin.
Disela tangisan nya, Thalita tertawa. Menertawakan dirinya sendiri, ia membuka pouch kemudian mengambil cermin kecil. Thalita mematut wajah nya sendiri, benar kata orang-orang. Dia adalah itik buruk rupa. Dia anak pungut, seorang tunangan yang di abaikan, dan seorang manusia yang bahkan tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. See? Lucu sekali hidup nya.
Thalita tertawa lagi, lalu tawa itu berubah menjadi isak tangis kembali. Kali ini lebih pelan, terdengar lemah.
Bermenit-menit berlalu, akhirnya tangis Thalita berhenti. Ia menyalakan keran air lalu membasuh wajah nya. Keluar dari bilik toilet kemudian berdiri di depan cermin yang lumayan besar. Gadis itu membuka pouch, mengeluarkan make up nya. Lalu, mulai merias diri dengan make up tebal. Menutupi wajah nya yang sembab akibat menangis.
Iya, Thalita selalu mengenakan make up bukan hanya karena Adipati dan usul kedua teman nya saja. Ia sengaja, ingin menutupi wajah sedih nya, ingin menutupi wajah yang selalu menangis itu. Inilah sebabnya Thalita selalu berdandan tebal, tidak peduli pada ejekan teman sebaya nya. Tidak peduli dengan pandangan aneh dan meremehkan nya.
Iya, tidak apa-apa, tidak masalah. Yang penting mereka tidak melihat wajah Thalita yang sedang bersedih.
Sesaat kemudian, Thalita selesai dengan make up nya. Namun , gadis itu kembali lagi masuk bilik kamar mandi, karena mendadak ingin buang air kecil
Setelah selesai, baru saja Thalita hendak membuka slot kunci untuk membuka pintu , namun suara seseorang yang sangat Familiar terdengar oleh telinga nya, membuat niat Thalita urung. Ia penasaran.
"... kasian tahu, tadi dia kayak mau nangis tapi ditahan. Wajah nya merah." Kata seorang perempuan yang tidak tidak Thalita kenali suaranya.
"Njir sayang banget tadi gue gak liat." Suara itu.. Thalita kenal suara itu.. "Lo sih ah, pake ngajak ke kelas Shenina."
"Yeee mana gue tahu, Shenina ngedadak nelepon." Sahut seseorang, yang Thalita kenali juga suaranya.
Thalita terdiam, mematung dengan jantung berdebar kencang, rasa nyeri perlahan datang saat ia yakin bahwa yang sedang berbincang itu adalah Nadine dan Selia. Untuk apa Kedua teman nya itu bertemu dengan Shenina?
"Terus gimana lagi?" Selia bertanya.
"Ya gak gimana-gimana. Abis si Itik teriakin Adi. Dia langsung lari gitu."
"Dia pasti nangis tuh seudah nya. Gila banget, si Adi ngomong nya pedes." Komentar seseorang.
"Eh terus gimana, si Thalita Emang belum mau ya putus sama Adi?" Komentar gadis itu lagi "kalo gue mah Dih ogah banget bertahan."
Terdengar helaan napas panjang sebelum terdengar suara Nadine "Itu masalahnya. Baik Adi sama Thalita gak ada yang mau mutusin pertunangan itu. Tugas gue sama Selia kaya nya masih lama deh."
"Berat banget Emang tugas kalian berdua?"
"Ya enggak sih. Cuma bikin Thalita dandan menor kaya jablay, terus manas-manasin Thalita. Sengaja kasih tau kalau Shenina lagi jalan sama Adi." Jelas Selia.
"Tapi.. kasian juga ya Thalita. Wajah nya jadi rusak gitu." Komentar orang lain yang tidak Thalita kenali suaranya.
"Hooh. Si Thalita nya aja bego. Mau-mau aja Lo berdua kerjain. Bukan nya makin cantik malah kaya ondel-model njir." Gelak tawa terdengar "Mana si Thalita nya kaya pede banget lagi samperin-samperin Adi."
"Dia gak tahu aja, Adipati makin benci. Kan si Adipati paling benci sama cewek dandan an menor." Kata Selia.
"Masa? Kenapa?"
"Katanya sih, dulu bokapnya si Adi pernah punya sugar Baby, tahu sendiri lah dandanan sugar Baby, gak beda jauh sama Thalita yang sekarang. Nah ortunya si Adi ini hampir mau pisah gitu, tapi gak jadi dengan alasan bertahan buat Adi." Jelas Nadine "Dan si Adi ini katanya waktu dia kecil, sering dibawa bokapnya ketemuan sama sugar Baby. Mungkin dulu si Adi belum tau apa-apa. Tapi pas udah ngerti, dia tahu bahwa bokap nya selingkuh."
"Nah semenjak itu si Adi anti banget sama cewek yang dandan menor. Si Shenina sengaja suruh kita deketin Thalita, pura-pura jadi temen terus simpati sama dia. Ngasih saran biar dia berubah, iming-iming biar bisa ngalahin cantiknya si Shenina." Kali ini Selia yang berbicara "Eh si Thalita nya percaya aja. Mungkin dia ngira si Adi bakal klepek klepek. Ck, mana tuh anak baik banget. Tiap dia beli make up, kita juga di beliin. Ya enggak Nad?"
"Heem. Baik banget tau. Tiap dia liburan kita selalu di ajak sama keluarga nya. Apapun yang dia beli, dia beli juga buat kita." Nadine menimpali.
"Lo berdua, gak ngerasa bersalah?"
"Kadang ngerasa bersalah sih." Selia menjawab dengan ringisan tak enak "tapi.. gimana lagi. Kita kan juga di tekan sama Shenina."
"Emang Shenina bayar kalian berapa?"
Hening, Thalita tidak mendengar jawaban apapun lagi. Baik dari Nadine atau Selia. Sampai suara mereka benar- benar hilang dan hanya ada kesunyian.
Lalu tubuh Thalita luruh dilantai yang basah. Punggung nya bersandar di balik pintu. Matanya sudah basah, karena sejak Selia dan Nadine mengatakan kenyataan yang pahit, air matanya kembali turun. Dadanya penuh, sesak, kepalanya pening. Ternyata penderita nya belum berakhir. Satu hal lagi hal pahit yang menimpa hidupnya, kedua teman yang ia sayangi setulus hati ternyata adalah orang yang paling menyakitinya.
Hati nya sakit, bahkan lebih sakit dari saat mengetahui Adipati menjalin kasih dengan Shenia
"Sebenarnya aku salah apa sama kalian?" Bisik Thalita getir.
***
Thalita keluar dari toilet dengan langkah lunglai, tangis nya sudah reda. Wajah nya sudah ia pakaikan make up kembali. Tebal seperti biasa. Make up adalah topengnya.
Entah berapa lama Thalita mendekam di bilik toilet, dirinya bahkan sampai tertidur karena kelelahan menangis. Ia baru bangun saat ada dering panggilan masuk dari ponsel nya. Dengan sekuat tenaga Thalita bangkit dan berniat kembali ke kelas.
Walau sekarang kepalanya pusing, badan nya lemah, matanya sangat perih hingga mengabur, bahkan Thalita tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana. Tapi Thalita tetap memaksakan diri.
Thalita menatap ke depan, namun siapapun yang melihat gadis ini dengan jarak dekat pasti akan tahu bahwa pandangan mata Thalita kosong. Thalita terus berjalan, mengabaikan beberapa murid yang berbisik-bisik di kanan kiri nya hingga..
Brruukkk..
Thalita jatuh tersungkur dengan wajah menghadap ubin, tentu hidung mancung nya sakit bukan main. Belum lagi dahi nya yang sebelum nya terluka kini kembali terbentur membuat kepalanya terserang pening hebat. Gadis itu mencoba bangkit, dibawah tatapan remeh dan gelak tawa dihadapan nya. Thalita sungguh terlihat menyedihkan.
"Hahaha.. mau gue bantuin gak?" Tawar seorang gadis di hadapan nya.
Thalita tidak bisa melihat siapa itu, namun meski begitu Thalita mejawab dengan anggukan, ia memang butuh bantuan. Namun dirinya terlalu naif, mana mungkin ada orang yang mau membantu nya. Liat saja, bukan nya membantu sampai bangkit namun justru Thalita kembali terjatuh saat tangan si penolong tiba-tiba terlepas dengan sengaja.
"Bangun sendiri lah! Lemah banget, dasar itik buruk rupa!" cibir gadis tadi. Thalita mengintip dari balik bulu mata. Sang penolong ternyata Shenina. Kekasih dari tunangan nya.
Mengabaikan cibiran Shenina, Thalita dengan sekuat tenaga berusaha berdiri. Ada kemarahan, kesedihan yang menggerogoti hati nya, namun Thalita tak bisa berbuat apa-apa.
Bukan dirinya lemah. Sesekali Thalita berani melawan dari Aksi bully Shenina dan lain nya. Namun yang ia dapat bukan nya kemenangan, justru adalah hinaan yang semakin menjadi, seperti hari-hari kemarin contoh nya.
Membuat Thalita bukan saja tersiksa fisik, namun mental nya pun menjadi korban.
"Ada apa ini?" Thalita mendongak demi melihat orang yang bertanya. Suara dingin itu sudah Thalita hafal, suara yang selalu membuat Thalita takut dan senang diwaktu bersamaan. Suara seseorang yang Thalita cintai selama ini. Dia, Adipati .
Lelaki itu berdiri menjulang begitu tinggi nya, lelaki berparas rupawan yang sejak lama ia puja-puja. Lelaki yang terikat janji dengan nya. Dan.. lelaki yang sudah satu tahun terkahir menyakitinya. Lelaki yang begitu sempurna menghancurkan hatinya sedemikian rupa. Adipati Malik. Tunangan nya.
"Adi, lihat. Tata jatuh, tadi mau aku bantu tapi dia nya enggak mau.." Raut wajah Shenina berubah menjadi sedih.
Oh betapa pintar nya gadis itu berakting.
Thalita kembali menunduk bertepatan dengan Adipati yang menatapnya. Dirinya meringis saat sapuan angin mengenai lututnya, yang kini berdarah tanpa ia sadari. Kemudian Thalita berdiri lalu mencoba melangkah walau tertatih, menyeret kakinya dengan susah payah agar beranjak dari Neraka dunia.
"Aww.." Thalita melirih, matanya memerah menahan tangis. Kepalanya pening, dan lututnya kini berdenyut sakit "Bisa tolong aku? Kaki aku sakit banget." Thalita berbalik, memohon dengan sorot matanya yang berkaca. Wajahnya sungguh berantakan, rambut yang mencuat kemana-mana dengan riasan sedikit tebal di wajahnya yang kini luntur oleh air mata.
Adipati diam saja didepan nya, namun matanya menatap nanar pada lutut Thalita yang mengeluarkan darah yang terus mengucur. Dia pasti sakit sekali, pikirnya. Adipati mengalahkan egonya, walau dia benci pada Thalita. Ia tidak setega itu untuk membiarkan tunangan nya kesakitan.
Belum sempat Adipati melangkah, tangan nya dicekal erat oleh Shenina, kekasih nya. Membuat Adipati hanya menghela napas "Aku bantu dia dulu." Katanya lembut, sambil mengusap lengan Shenina.
Gadis itu menatap sendu dengan bibir mengerecut, kepalanya menggeleng. Tidak mengijinkan kekasih nya membantu Thalita.
Sedetik kemudian, Shenina menunduk lalu tersenyum lebar,saat Adipati bergeming disisi nya. Aahh wajah memelas nya ternyata lebih ampuh dari tangis Thalita.
Lain dengan Thalita yang menunduk sambil tersenyum miris. Sampai kapanpun, Adipati tidak akan menolongnya. Maka dengan bercucuran air mata dan darah dari lututnya, Thalita mencoba melangkah lagi, sekuat tenaga ia kerahkan, namun hasilnya tetap sama. Hingga saat dirinya jatuh terduduk pun, Thalita hanya pasrah. Menerima cibiran, hinaan, dan tawa yang menggema diatas tangisan nya.
Kenapa dirinya selalu menyedihkan?
"Sini, gue bantu." Suara lelaki disamping nya membuat Thalita mendongak, menemukan Arion membungkuk sambil mengulurkan tangan. Dengan segera, Thalita menerima uluran itu. Mengeratkan genggaman jemari nya saat Arion membantunya bangkit.
"Terimakasih, Arion." Ucap Thalita tulus.
"Gue antar ke UKS."
Thalita menggeleng "Boleh anter aku ke rooftop?" Tanya nya "Aku bawa obat-obatan di tas. Aku bisa obatin sendiri disana."
Tanpa menjawab, dengan kaku lelaki itu mengalungkan sebelah tangan Thalita pada pundak nya. Memapah Thalita naik ke tangga menuju rooftop sekolah.
"Dasar murahan." Desis-an itu terdengar saat Thalita berjalan melewati Shenina dan Adipati.
"Adi, gak boleh gitu." Tegur Shenina. Namun dalam hati gadis itu bersorak senang.
Hati Thalita terasa di remas, sudah perih dan kini betambah lagi. Perih nya melebihi luka yang diberi perasan air jeruk. Perih sekali.
Kenapa dirinya selalu disalahkan? Di hina dan di caci maki? Kenapa saat dirinya sudah mencoba yang terbaik tapi selalu berakhir menyedihkan?
"Jangan di dengar. Ayo, tetap jalan." Tekan Arion. Thalita mengangguk lalu melanjutkan langkah nya bersama lelaki itu.
Terus melangkah menjauh dari Neraka dunia nya. Tanpa ingin menoleh, pada Adipati yang sekarang berdiri dengan kedua tangan mengepal erat dan tatapan benci.
Sungguh, Adipati membenci Thalita. Sangat membenci nya. Adipati bahkan tak sudi lagi untuk melihat wajah menor menjijikan itu lagi.
Dan harapan Adipati terkabul, karena kurang dari satu jam kemudian, dia mendapati kabar ada satu orang pemuda dan seorang gadis yang berusaha bunuh diri dengan cara melompat dari rooftop sekolah, Gadis itu adalah Thalita Sasmitha Andan, gadis yang ia benci..
Dalam sedetik, dunia Adipati terasa hancur.
***
Bersambung...
Published : 03 Juli 2021
Chapter depan, Tata bunuh diri ini. Penasaran gaakk? 🤣
Mana nih readers yang baru baca?
Ayok spam disiniii....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top