CHAPTER 06
Happy reading
Jangang lupa vote dan komen 😍
𝓣𝓱𝓪𝓵𝓲𝓽𝓪'𝓼 𝓦𝓸𝓻𝓵𝓭
THALITA sudah siap pukul 3 sore, tadi dia dan Arion sepakat akan keluar bersama sembari mengembalikan jaket yang Arion pinjamkan beberapa hari lalu. Entah kenapa Thalita merasa sangat bersemangat, padahal dia bukan jalan dengan gebetan apalagi tunangan.
Jika biasanya Thalita akan dandan menor dan urakan hanya untuk Adipati, maka sekarang, Thalita dandan natural seperti dirinya biasa. Walau harus risih karena ada bekas jerawat dan jerawat yang baru bermunculan. Thalita merasa baik-baik saja, dia tidak perlu takut Arion akan menghina nya. Thalita tahu, Arion tidak seburuk itu.
Thalita mengenakan pakaian casual, tank top putih dilapisi jaket jeans, dan celana hitam. Setelah menyemprot belakang leher dan pergelangan tangan nya dengan Parfum, Thalita beranjak dari meja rias lalu mengambil sling bag, kemudian keluar dari kamar.
"Mau jalan Ta?" Sang Mami adalah orang pertama yang menegur saat Thalita mengijakkan kaki di ruang keluarga.
"Heem Mam."
"Sama Adi?" Thalita tertegun untuk beberapa saat sembelum menggeleng sebagai jawaban.
"Loh, terus sama siapa?"
"Sama Arion." Jawab Thalita ragu "Sekalian kembaliin jaket dia Mam."
Nirina menatap Thalita lama "Udah bilang sama Adi belum?" Tanya nya.
"Harus bilang ya?" Thalita bertanya polos. Kenapa dia harus bilang? Adipati saja jika berkencan dengan Shenina tidak pernah bilang pada nya.
"Ya harus. Dia 'kan tunangan kamu sayang. Hargai dia, takut nya nanti marah." Jelas Nirina.
"Heem, nanti Thalita bilang." Thalita mengangguk "Udah ya Mam, Thalita mau nunggu di depan aja."
"Iya. Hati-hati, jangan pulang malam."
***
Thalita baru saja akan duduk di kursi tamu yang disediakan di luar untuk menunggu Arion, namun niat nya urung saat merasa ada getaran dari ponsel nya. Yang ternyata adalah panggilan Video Call dari Arion lewat Instagram.
"Ya Ar?" Sapa Thalita, disana terlihat Arion yang sedang menyetir.
"Gue udah di depan komplek. Gue buta arah blok, Lo tunjukin arahnya." Kata Arion di seberang sana, lalu kamera beralih menjadi kamera belakang.
"Kan bisa pakai waze, aku udah share lokasi kan ke kamu?"
"Gue juga gak bisa baca Map." Sahut Arion tanpa malu. Thalita tersenyum geli menganggapi nya. Lalu dengan sabar Thalita menjadi pentunjuk arah menuju komplek rumah nya. Hingga beberapa menit kemudian, Thalita bisa melihat dari depan rumah nya ada mobil Range Rover putih berhenti di depan gerbang.
"Kamu bilang aja sama satpam nya, mau jemput Tata." Kata Thalita. Kemudian Video call berhenti, tepat saat Arion sampai di halaman depan rumah.
"Yah.. kamu kok pakai mobil sih." Protes Thalita murung "aku kira pakai motor."
Arion mengerut kening, berjalan menghampiri Thalita yang berdiri tidak jauh darinya "Memang kenapa?"
"Aku tuh mau motor-motor an."
"Panas." Arion menunjuk langit "Nanti ngeluh lagi." Thalita mendongak, sedikit aneh karena sudah jam 3 tapi masih sangat terang.
"Ya udah deh." Thalita pasrah. Harapan nya untuk naik motor di sore hari mengelili Jakarta musnah sudah.
Arion yang melihat wajah masam Thalita berdecak, lalu lelaki itu merogoh saku celana demi mendapat ponsel nya " Gas, tolong antar motor gue, nanti lo pulang bawa mobil." Katanya saat panggilan terhubung "alamat nya nanti gue kirim."
Thalita yang mendengar itu mengulum senyum, kenapa dia merasa di manjakan ya?
"Apa senyum-senyum?" Tegur Arion melihat senyum bodoh Thalita.
"Eh? Enggak." Thalita tersenyum cantik "Makasih Arion." Katanya tulus.
Arion hanya mengedikan bahu santai "Ayok, sambil nunggu kita masuk aja dulu." Thalita berucap sambil meraih tangan Arion tanpa sadar.
Thalita mengernyit saat Arion diam saja, lalu seolah tersadar Thalita buru-buru melepas tangan nya "M-maaf gak sengaja."
Ario mendengus "Modus." Katanya.
"Gak sengaja ih." Thalita mengerucutkan bibir, Arion tersenyum tipis melihat itu.
"Mbak Ratiihhh." Thalita berjalan masuk ke dalam rumah "Mbaaakk..."
"Ya non?" Sahut mbak Ratih, berjalan cepat kearah Thalita.
Thalita tersenyum geli melihat raut wajah Mbak Ratih yang terkejut dengan mata berbinar menatap Arion yang berdiri menjulang di samping Thalita "Udah kali liatin nya." Gurau Thalita.
"Ehhehehe. Ada apa Non? Bikin minum ya?"
"Heem. Ambil salad buah buat aku, terus bikin jus melon. Tolong ya Bi" ucap Thalita, membuat Arion refleks menoleh.
"Baik Non."
"Kamu ngapain masih berdiri? Duduk gih." Tegur Thalita saat dirinya sudah duduk tapi Arion masih berdiri menatap lekat kearahnya "apa liat-liat?"
Arion duduk, kedua siku nya berpangku pada lutut "Lo kok tahu gue minum jus melon?" Tanya Arion serius.
Thalita terdiam, gadis itu pun baru sadar. Kenapa harus memesan jus melon "Refleks tadi. Memang kamu gak suka ya?"
"Suka."
"Silahkan Den, di minum ya." Ucap mbak Ratih, memamerkan senyum ramah pada Arion. Arion mengangguk sebagai jawaban.
"Mbak, Tata lupa. Tolong ya bawain paperbag yang ada di kamar. Warna biru langit." Mbak Ratih berlalu, menuruti perintah Thalita. Tidak sampai 3 menit, Mbak Ratih kembali dengan menenteng paperbag.
"Makasih ya Mbak."
"Sama-sama Non." Lalu hening, setelah kepergian Mbak Ratih. Arion sibuk memainkan ponsel nya. Sedangkan Thalita menatap wajah Arion lekat-lekat. Berpikir keras, bagaimana bisa lelaki minim ekspresi itu dengan mudah berteman dengan nya?
Thalita merasa.. ada suatu hal dari Arion yang bisa menarik Thalita membuka mata menatap sekitar. Dalam artian, tidak hanya berpusat pada Adipati saja.
Thalita menatap Arion dengan senyum tipis, dirinya tidak tahu saja bahwa Arion gelisah dibuatnya. Arion sengaja memainkan ponsel agar bisa mencairkan suasana yang entah kenapa membuat Arion sedikit... gugup? Dan Arion harus bersyukur karena kali ini, kaki nya tidak gemetar.
"Ar.." panggil Thalita
"Hmm?"
"Sebelumnya... kita pernah ketemu gak sih?" Tanya Thalita. Entah kenapa dirinya merasa tidak asing dengan sosok rupawan di hadapan nya.
Arion sedikit menegang mendengar pertanyaan Thalita, yang kemudian di tutup deheman oleh lelaki itu.
"Kenapa Emang?"
"Aku ngerasa, gak asing. Kaya apa ya.."
"Cuma ngerasa 'kan? Berarti perasaan Lo aja." Balas Arion sewot.
"Ya sudah sih biasa aja jawab nya jangan nge gas." Kenapa sih lelaki itu? Aku kan cuma nanya. Gerutu Thalita dalam hati.
"Permisi Non, ada tamu di depan. Katanya mau ketemu Den Arion." Lapor mbak Ratih.
"Oh udah datang ya?" Thalita antusias "yuk Ar?" Katanya, lagi-lagi tanpa sadar menarik lengan Arion.
Arion hanya pasrah saja saat di tarik cukup kencang oleh Thalita "Eh, kamu pake jaket dong. Kan pake motor, angin" Ucap Thalita "Pake jaket ini aja ya?" Tanpa menunggu jawaban Arion, Thalita mengeluarkan jaket jeans dalam paperbag.
"Yeaay warna nya samaan dong." Thalita berucap girang, sedangkan Arion hanya diam saja menikmati setiap ekspresi yang Thalita perlihatkan. Ekspresi yang di sekolah tidak pernah terlihat di wajah cantik itu.
"Ayok Aarr.. pake ih." Tau-tau Thalita sudah memasangkan lengan jaket nya. Tampak nya gadis itu kesusahan untuk menaikan jaket tersebut ke atas bahu Arion karena tinggi nya lelaki itu. Arion terkekeh melihatnya. Dengan sengaja Arion membiarkan, biar saja gadis pendek itu berusaha.
"Aarr! Nunduk! gak ngerasa tiang apa kamu tuh?" Omel Thalita.
"Pendek." Arion. Arion mencibir. Dengan kesal Thalita melotot, bukan nya takut Arion malah semakin gemas saja di buatnya. Bibirnya berkedut menahan tawa, dia tidak ingin terlihat bodoh di depan gadis itu.
Mereka berdua keluar setelah Arion selesai memakai jaket, Thalita cukup terkejut saat di teras rumahnya melihat sosok lelaki berparas imut tersenyum ke arah nya. Oh lihatlah! Bahkan wajah lelaki itu lebih Shining, Glowing dari nya.
"Hai, Thalita."
"Hai.. Eeenngg?"
"Bagas. Nama gue Bagas."
Thalita tersenyum cantik "Salam kenal." Kata Thalita, Bagas mengangguk dan tersenyum hangat.
"Duh! Mundur Ta mundur." Kata Bagas tiba-tiba. Walau bingung Thalita tetap mundur "Nah oke. Udah segitu, aman."
"Kenapa memang?"
"Tadi kedeketan. Apalagi pas lo senyum, jantung gue deg-deg an. Takut copot." Bagas tersenyum sedangkan Thalita tertawa kecil, tapi senyum Bagas mendadak luntur saat merasakan hawa dingin di samping nya, menoleh Bagas mendapati Arion yang menatap tajam kearahnya "Hehehehee.."
"Ar. Tukeran ya helm nya? Aku mau pakai helm kamu dong!" Kata Thalita antusias, sembari menyerah kan helm... pink?
"Enggak!" Tolak Arion. Tentu saja, masa iya di harus pakai helm pink?
"Lo jangan mau pakai helm Arion." Kata Bagas menyela.
"Kenapa?"
Sebelum menjawab Bagas mundur beberapa langkah "Bau jigong!" katanya sambil nyengir. Arion menepak kepala lelaki itu dari belakang.
Mengabaikan Bagas, Thalita masih membujuk Arion "Arrr ih, masa gak mau ngalah sama cewek sih?" Thalita merajuk.
"Emang kenapa helm itu?"
"Ya gak kenapa-napa. Cuma, aku pengen pake aja helm kamu. Itu kan nutupin wajah, biar wajah aku yang jel— " Kalimat Thalita terhenti, karena dengan tiba-tiba Arion memasangkan helm fullface itu di kepalanya. Thalita ingin protes. Namun, melihat ada kemarahan dari mata lelaki itu membuat nyali Thalita ciut.
"Enggak ada yang jelek dari Lo." Gumam Arion lirih tanpa bisa di dengar oleh Thalita.
Arion berjalan sambil menenteng helm pink, kemudian dengan pasrah naik ke atas motor besar nya.
Thalita terkikik geli melihat tubuh tinggi dan berisi Arion yang duduk di motor besar menggunakan helm... pink. Astaga lucu sekali lelaki itu. Dengan jahil, Thalita mengabadikan hal itu. Ia mengambil foto Arion yang tengah mendelik ke arahnya. Hasilnya sangat menggemaskan walau sedikit blur.
Sedangkan Bagas, menganga melihat Arion yang sudah memakai helm pink nya "Dasar bucin baru jadi." Katanya, lalu masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.
"Naik atau gue tinggal!" Ancam Arion saat melihat Thalita masih diam tergelak tawa melihat foto nya di ponsel.
"Iya. Iya." Thalita menggerutu sambil berjalan mendekat. Arion tersenyum tipis tanpa diketahui gadis itu.
Namun senyum itu harus hilang dalam sekejap ketika Thalita berkata "Eh bentar. Aku kirim pesan dulu sama Adi. Minta ijin, takut dia marah."
Pada akhirnya, Thalita tetap mengutamakan perasaan Adipati. Walau ada Arion disisi nya.
***
Arion berhenti di Pertamina untuk mengisi bahan bakar. Cukup banyak kendaraan beroda dua yang mengantre di pengisian Pertamax Plus. Baru saja motornya berhenti di antrean, Tiba-tiba saja Arion merasakan pundak nya tertekan oleh kedua tangan Thalita. Dari spion, Arion bisa melihat perempuan itu sedang berusaha... turun?!
"Lo mau ngapain?" Tanya Arion sambil menahan tangan Thalita di pundak nya.
"Aku mau turun. Kamu 'kan mau isi bensin. Nanti susah kalau aku gak turun." Kata Thalita polos. Kali ini tawa kecil lolos dari bibir Arion. Astaga perempuan ini benar-benar.
"Arion kok ketawa?" Tanya Thalita berbisik "Ada yang lucu ya? Kasih tau dong." Lanjut nya sambil mendekatkan kepala berhelm nya pada kepala Arion. Alhasil kepala berhelm mereka berdempetan.
"Apa ih? Kasih tau dong." Desak Thalita "Aku juga pengen ketawa."
"Kalo gue kasih tau, Lo nggak kan ketawa. Nangis yang ada." Balas Arion.
"Ih julid kamu!" Kesal Thalita. Lalu dengan cepat turun dari motor Arion dan berlari kecil ke tepian yang tertutup kanopi. Matanya mengawasi setiap pergerakan Arion yang perlahan maju sesuai antrean yang berkurang dari depan.
Gadis itu menatap pada orang-orang yang memerhatikan nya dengan tatapan aneh dan mengejek? Apa ada yang salah? Dan Thalita baru tahu di mana letak kesalahan nya saat sadar Arion mengisi bensin dengan tangki di depan. Lalu apa guna nya Thalita turun?!
Disana, Arion berusaha sekuat tenaga untuk merapatkan bibir nya agar tidak tertawa. Setelah motor nya terisi bensin, Arion mendekat pada Thalita yang sudah melotot besar.
"Kok kamu gak bilang sih Ar, tangki nya ada di depan?!!" Thalita bertanya dengan nada kesal.
"Pas gue mau bilang, lo terlanjur lari."
"Astaga, malu nya. Ganti muka bisa gak sih?" Tanya Thalita frustrasi. Sungguh Thalita merasa malu. Karena dulu terbiasa di bonceng dengan Scoopy oleh abangnya, Thalita reflek saja turun. Ck, kebiasaan yang memalukan.
"Ngapain? Wajah Lo aja gak keliatan." Kata Arion mengetuk kaca helm fullface yang dipakai Thalita.
"Iya yah. Ya udah yuk, cepat Ar." Thalita terburu-buru naik ke atas motor. Arion melajukan motor dengan kecepatan lumayan tinggi, membuat Thalita memegang erat pinggiran jaket lelaki itu.
"Ar kita mau Kemana?"
Arion diam
"Aaaarrr Ki ta MA u ke MA na?"
Arion mengernyit
"ARION KITA MAU KEMANA?"
"HAH?" Balas Arion
Dan Thalita menyerah.
***
Arion menghela nafas panjang sepanjang panjang nya, saat melihat gadis di hadapan nya berlari kesana-kesini dengan lincah. Kepalanya mendadak pening mengingat Thalita yang ternyata memiliki catatan berjudul '5 Keinginan Tata hari ini'
Tadi saat mereka menepi untuk jajan cuanki pinggir jalan, yang tentu saja itu keinginan Thalita. Gadis itu bertanya, akan membawanya Kemana. Arion yang memang tidak mempunyai tempat tujuan, hanya mengedikan bahu pasrah. Namun sedetik kemudian Arion menyesal, karena setelah nya, seringai lebar milik Thalita terbit sambil berkata "Tadddaaa jangan khawatir karena pusing mikirin tempat tujuan. Aku udah buat catatan ini. Jadi Arion tinggal ikut aja." Jelas Thalita sambil mencium kertas kecil yang menjadi catatan nya "Mwwaahh hari ini aku akan bersenang-senang. Hahahaha."
Arion merebut catatan kecil itu, membuka gulungan nya. Matanya langsung sakit melihat tulisan Thalita yang.... ah sudahlah.
Dan terpampang lah 5 keinginan Thalita di kertas kecil itu, dan yang No satu nya adalah Thalita ingin berkeliling di Mall tanpa MEMBELI APAPUN. Hanya berkeliling saja.
Astaga, kenapa dirinya mudah saja meluluh saat gadis itu merengek meminta keinginan nya hari ini di penuhi. Niat hati ingin menolak, namun yang terjadi kepalanya malah mengangguk pasrah menyetujui. Alhasil di sinilah Arion berada, mengitari Mall yang cukup ramai di minggu sore.
"Ar. Jalan nya cepetan dong." Tegur Thalita saat melihat Arion tertinggal di belakang "Nih kaya aku gini." Thalita berjalan cepat memperagakan agar Arion bisa jalan mengikutinya.
Bibir Arion berkedut geli melihat Thalita yang sedang berjalan seperti seorang prajurit dengan langkah tegas dan kedua tangan yang terayun bergantian. Lalu Arion memilih berhenti memerhatikan Thalita, menyenderkan tubuh nya pada pilar dengan tangan bersedekap.
Tapi saat Thalita berbalik badan, Arion ikut berbalik badan. Dan jalan dengan cepat meninggalkan Thalita di belakang nya. Langkah nya kian cepat saat mendengar Thalita memekik kesal, lalu Arion berlari kencang saat terdengar suara langkah Thalita yang berlari. Alhasil, mereka berdua berlari-lari. Dengan Thalita yang terus meneriaki nama Arion dan Arion yang tertawa kecil di antara lari nya.
"ARION NYEBELIN!" Amuk Thalita "Berhenti dong Ar. Capek aku" pinta Thalita. Namun Arion abaikan.
"Aaarr. Sumpah deh, ini ginjal aku anjlok gara-gara lari. Udah berhenti. Cape." Keluh Thalita. Mendengar suara lemah Thalita Arion berhenti. Menghampiri Thalita yang duduk di bangku depan toko pakaian.
"Ngeselin banget sih." Protes Thalita pada Arion. Kaki nya menendang kesal pada kaki Arion.
"Kan Lo minta keliling Mall. Gue bantuin."
"Ck ya gak gitu juga maksud nya." Ucap Thalita sambil mengusap pelipis nya yang sedikit berkeringat.
"Mau minum Ar." Thalita merengek "Beliin lah. Aku capek. Yaaa?"
Arion menatap Thalita lekat,
"Minum apa?"
"Air mineral aja." Arion mengangguk "aku tunggu disini ya."
Saat Arion berdiri dan hendak melangkah, mata nya tak sengaja menatap sepasang kekasih yang sedang berjalan dengan tangan saling menggenggam. Refleks, Arion pun meraih tangan Thalita sehingga gadis itu berdiri kaget.
"Apa sih Ar?"
"Lo ikut aja." Kata Arion
"Aku capek. Gak kuat jalan."
"Cepet." Desak Arion
"Astaga. Beneran deh Ar. Ini kaki kalo dipaksa jalan, besok nya langsung di amputasi tau." Jawab Thalita.
Arion berdecak, lalu berjongkok membelakangi Thalita yang sudah terduduk lemas "Naik!"
"Eh?"
"Naik Ta." Kalimat Arion yang terucap dengan dingin membuat Thalita dengan cepat naik ke atas punggung lebar lelaki itu. Tangan nya mengalung pada leher Arion, dengan kedua kaki yang terkait oleh lengan Arion. Lelaki itu berjalan santai dengan Thalita yang di gendong punggung nya.
"Berat gak Ar?" Tanya Thalita tepat di telinga Arion. Membuat Arion tersentak dan menegang. Lelaki itu berdehem untuk menetralkannya suara nya yang mendadak hilang.
"Ya berat lah." Jawabnya ketus.
"Turunin!!"
Arion abai.
"Turunin Ar!"
Arion tetap berjalan.
"Ar!"
"Ck. Lo Emang berat, tapi gue kuat kalo harus ngegendong. Sejauh apapun." Kata Arion menoleh ke pinggir dan langsung bertatapan dengan mata Thalita "sekarang, Lo diem, atau gue gelindingin badan Lo ke eskalator."
Thalita mendelik, lalu tanpa sadar semakin mengeratkan rangkulan nya pada leher Arion. Menyenderkan pipinya pada bahu kokoh itu. Lalu memejamkan mata sambil menghirup aroma Arion yang menenangkan. Tak lama, Thalita tidur.
Arion yang merasakan beban di pundak nya kian berat pun menoleh. Menatap Thalita yang sudah tertidur dengan dengkuran halus "Bagus. Lo mending tidur aja, tutup mata. Biar gak usah liat si bajingan." Gumam Arion.
Arion terus berjalan menuju lobi Mall, mengabaikan tatapan orang-orang. Juga.. mengabaikan dua pasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan tajam.
Dia Adipati, berdiri dengan tanpa sadar meremas kuat tangan yang ada di genggaman nya. Shenina, meringis kesakitan.
"Cih. Dasar murahan." Cibir Shenina saat memerhatikan Arion dan Thalita yang berjalan semakin menjauh.
Adipati terdiam, lalu melepas tangan Sheniba dan merogoh saku celana demi mendapatkan ponsel. Rahang nya mengeras begitu melihat ada pesan dari Thalita yang dikirim gadis itu dua jam lalu.
Tata💛
Adi, aku jalan ya keluar sama Arion :)
Adipati mencengkeram ponsel itu erat, menyalurkan kekesalan nya.
"Perempuan sialan!"
***
Bersambung...
Published : 02 Juli 2021
Lanjut gaakkkk...
Komen sini.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top