CHAPTER 01

Happy Reading...

Jangan lupa Vote dan komen ^^

𝒯𝒽𝒶𝓁𝒾𝓉𝒶'𝓈 𝒲𝑜𝓇𝓁𝒹

"Ini aja Ta, bagus ini." saran Selia sambil menyerahkan mini dress berwarna merah menyala pada Thalita.

Thalita membawa dress tersebut, seketika meringis ketika melihat modelnya, "Hmm kayaknya nggak deh Sel, ini kepedekan. Terus belahan dada nya rendah banget." tolak Thalita sambil tersenyum agar Selia tidak tersinggung.

Sore ini, Thalita ditemani Selia dan Nadine pergi ke Mall, untuk shopping. Thalita ingin membeli baju baru untuk dipakai besok, baju tersebut akan ia pakai untuk pergi ke acara ulang tahun kepokanan Adipati.

"Ih nggak tahu. Ini bagus banget, cocok di lo Ta. Percaya deh." bujuk Nadine. Thalita menatap mini dress itu sekali lagi, sungguh, dia tidak suka dengan baju itu. Terlalu terbuka.

"Engg..., tapi Nad, ini terlalu kebuka. Nggak sopan kayanya. Ini kaya baju mau konser." Sanggah Thalita.

"Ih, lo mah. Katanya mau tampil cantik biar Adipati senang." Gerutu Selia, raut gadis itu tampak kecewa, membuat Thalita merasa bersalah, "Ini udah paling cocok, gue yakin Shenina aja bakal kalah cantik ama lo."

"Heem bener. Shenina mah lewat." Nadine meyakinkan, "Sana, lo cobain dulu."

Mau tidak mau, Thalita mengangguk, demi membuat senang Adipati dia akan melakukan segalanya. Termasuk, berpenampilan seperti wanita murahan, ia ingin menyaingi Shenina. Dan Thalita percaya, dengan bantuan kedua teman nya, dia akan bisa tampil mengesankan.
Thalita lalu masuk kedalam fitting room dengan langkah ragu, dia tidak tahu saja dibelakang, kedua teman nya tersenyum miring.

𝒯𝒽𝒶𝓁𝒾𝓉𝒶'𝓈 𝒲𝑜𝓇𝓁𝒹

"Kalian yakin? ini aku nggak kemenoran?" tanya Thalita. Kini, dirinya sedang duduk di depan meja rias. Dari tadi pagi, kedua teman nya sibuk membantu nya berdandan.

"Yakin! Astaga, lo cantik banget," pekik Nadine, "Ini memang menor sih. Tapi bikin aura kecantikan lo tambah tahu."

"Pasti Adipati terpesona nih." Ujar Selia sambil berdecak, terdengar kagum di telinga Thalita.

Gadis itu tersenyum tipis memerhatikan wajahnya sendiri, walau tahu dirinya seperti wanita murahan, tapi tidak apa. Asalkan dia bisa menarik perhatian Adipati lagi, agar Adipati bisa kembali ke pelukan nya.

"Non Tata..." Suara mbak Ratih terdengar bersamaan ketukan pintu kamar Thalita, "Anu Non, di ruang tamu Den Adi sudah nunggu." Lanjut Mbak Ratih saat pintu terbuka. Thalita mengangguk sambil tersenyum, dia pamit pergi dan mematikan video call kemudian sekali lagi bercermin untuk memastikan diri bahwa yang dia lakukan sudah benar.

"H-hai, Adi." sapa Thalita canggung. Kini dirinya sudah berada didepan Adipati. Entah sejak kapan kencanggungan ini terjadi, aahh, mungkin sejak mereka memasuki SMA. Karena sebelum nya, Thalita dan Adipati baik-baik saja.

Mereka pasangan muda yang harmonis. Begitu kata teman-teman masa SMP nya.

Adipati mengangkat sebelah alis selagi meneliti Thalita dari ujung kepala sampai kaki. Rahang nya mengeras melihat pakaian menjijikkan yang gadis itu pakai, belum lagi, wajah nya yang kini bagaikan memakai topeng karena make up nya yang sangat tebal, sungguh membuat Adi muak, "Mau jual diri lo?" Adipati bertanya tanpa sungkan.

Thalita terkejut dengan suara dingin Adipati, biasanya pun memang dingin. Namun, entah kenapa, Thalita seperti mendegar nada yang sirat akan kemarahan. Namun melihat wajah datar Adipati, Thalita tidak bisa menebak apakah dugaan nya benar atau tidak.

"M-maksud kamu?"

"Kita mau ke pesta anak kecil. Bukan mau samperin om-om." sindir Adipati.

"Ya, aku tahu. Kita pergi ke acara nya keponakan kamu, 'kan?"

"Dan lo pake baju kaya gini?" Adipati menunjuk Thalita dari atas sampai bawah. Tidak lupa juga dia memberikan tatapan sinis dan raut wajah jijik.

Bukan hal baru memang mendapati Thalita yang dandan berlebihan. Namun kali ini, dengan mini dress menyala-nyala dan blush on merah tebal adalah hal terparah. Demi Tuhan, Adipati sungguh bingung, ada apa sebenarnya dengan gadis yang dulu sangat ia kagumi ini? Mengapa semakin hari semakin menjijikkan saja? Berbeda dengan Thalita saat SMP, yang sederhana namun tetap anggun dan cantik di mata Adipati.

"Kamu nggak suka ya?" gumam Thalita.

"Gue pergi sendiri aja." putus Adipati.

Mana mungkin dirinya bisa pergi dengan Thalita yang berpenampilan seperti perempuan nakal? Memang, harusnya dari awal dia mengajak Shenina saja. Ck, ini semua gara-gara orang tuanya, yang memaksa Adipati agar pergi dengan Thalita. Bikin mood berantakan saja. Decak Adi dalam hati.

"Tunggu Adi. A-aku pengen ikut." rengek Thalita, "Aku udah janji sama Freya mau datang."

"Nggak usah. Nggak sudi gue bawa lo, malu-maluin." Tanpa menoleh, Adipati menjawab. Matanya menatap serius layar ponsel yang sedang ia scroll mencari kontak kekasihnya. Setelah dapat, Adipati memilih option 'panggil' untuk menghubungi Shenina.

"Na..., aku jemput ya. Siap-siap dari sekarang." Suara Adi yang sedari tadi dingin pada Thalita, berubah lembut dalam hitungan detik saat panggilan nya terhubung dengan Shenina, Thalita tersenyum masam menyadari perbedaan itu, "Mm. Bye."

Thalita meremas ujung dress nya. Setelah dirinya berusaha yang terbaik dan semaksimal mungkin, kenapa hasilnya selalu bertolak belakang dengan apa yang dia harapkan? Tidak kah Adipati lihat pengorbanan Thalita yang rela berdandan seperti ini untuk menarik perhatian lelaki itu?

"Kamu ajak Shenina?" Tanya Thalita memastikan, walaupun ia sudah tahu jawaban nya.

"Mm."

"Terus aku gimana?"

"Terserah. Gue nggak sudi bareng lo." jawab Adipati sambil melangkah pergi menuju pintu utama.

Cepat-cepat Thalita mengejar langkah lebar kekasih nya itu, dirinya harus ikut, bagaimanapun caranya. karena dia sudah berjanji pada keponakan Adipati--Freya, bahwa dirinya akan hadir. Thalita tidak mau membuat gadis kecil itu sedih.

"Adi, Adi..., tunggu. Aku ikut." Thalita tergopoh mengejar langkah lebar Adipati. Dia kesusahan berjalan karena stiletto sialan nya.

"Lo nggak dengar? Gue mau jemput cewek gue." Jawab Adipati sinis.

"Nggak apa-apa. Aku ikut, kita berangkat bareng aja."

"GUE NGGAK SUDI! NGERTI NGGAK SIH?!" Bentak Adipati tepat di depan wajah Thalita. Gadis itu terlonjak kaget dengan wajah memucat.

"A-aku..., aku..." Thalita tidak bisa meneruskan kalimatnya. Suara nya menghilang karena bergetar kemudian tergantikan dengan isak tangis.

"Ck. Nyusahin aja sih lo." Adipati berucap kesal. Tanpa mengiharaukan Thalita yang menangis, lelaki itu naik kedalam mobil lalu duduk di balik kemudi, "Naik!!" Titahnya seraya membuka pintu penumpang dari dalam. Thalita mengangguk, walau menangis, ada senyum kecil terbit di bibirnya.

𝒯𝒽𝒶𝓁𝒾𝓉𝒶'𝓈 𝒲𝑜𝓇𝓁𝒹

Mobil Fortuner putih milik Adipati terparkir di halaman rumah Shenina. Kemudian lelaki itu merogoh ponsel nya guna memberitahukan bahwa dia sudah sampai.

Tak lama kemudian, Shenina keluar dengan dress panjang tanpa lengan berwarna hitam. Rambut panjang nya digulung berbentuk bun. Menyisakan anak-anak rambut di pelipis kanan-kirinya. Tampak sangat cantik dimata Adipati.

"Hai." Sapa Shenina senang. Dia mendekat pada jendela yang terbuka di kursi Adipati.

"Hai." Adipati menjawab dengan senyum tipis, "Cantik banget." Puji lelaki itu.

Shenina mengulum senyum saja menanggapi nya, "Boleh aku masuk?" tanya nya membuat Adipati mengangguk.

"Lo, turun. Pindah ke belakang." titah Adipati pada Thalita yang sejak tadi menahan rasa perih yang membuat hati nya berdenyut.

"Lho, ada Tata ternyata." Shenina terlihat kaget. Lalu, gadis itu tersenyum manis, "Hai Ta. Boleh gue duduk di sini?"

Thalita meneliti Shenina dari atas kepala sampai ujung kaki. Gadis itu memang memiliki kecantikan yang luar biasa. Walaupun wajah Shenina jutek, tapi tetap, tidak bisa menutupi aura kecantikan nya.

"Ta. Boleh, 'kan? Apa gue duduk di belakang aja?" Shenina hendak menggeser badan. Namun Thalita lebih dulu membuka pintu.

Tanpa paksaan Thalita pindah ke kursi belakang, mencoba menekan denyut sakit yang kian menjadi dalam dada nya. Sungguh miris kisah cinta nya, seorang tunangan yang mengalah pada pacar sang tunangan.

Thalita duduk menyandarkan badan nya sambil memandang keluar jendela, menulikan telinga nya dari kedua manusia di depan nya yang kini saling melempar kalimat manis. Saat dirasa hatinya sudah tidak kuat mendengar apapun dari depan sana, Thalita memilih memejamkan matanya, berharap dia bisa tidur selama perjalanan.

Tanpa gadis itu tahu, bahwa ada sepasang mata yang menatap nya dari pantulan spion tengah dengan tatapan sulit di artikan.

"Lo turun di sini."

Thalita mengerjap saat Adipati bersuara, "Apa Adi?"

"Lo. Turun. Di sini." Ulang Adi penuh tekanan.
Thalita menatap sekeliling, ternyata, mereka sudah berada di depan komplek rumah Freya.

"Kok, turun? Kan, baru sampai depan."

"Lo nggak ngerti-ngerti ya? Tadi, 'kan, gue bilang, gue nggak sudi datang bareng sama Lo." Adipati berkata tanpa mau repot menoleh ke belakang "Jadi, lo turun di sini sekarang."

"Terus aku ke sana nya gimana? Kan, lumayan jauh."

"Urusan lo lah."

"Adi, kasian Tata. Bareng aja, lagian bentaran lagi juga sampai, 'kan?"

"Nggak. Biarin dia turun, malu-maluin." Adipati menoleh dengan sorot mata dingin "Cepet turun Thalita!"

"T-tapi baju aku terlalu terbuka," Thalita memelas, "Aku nggak bawa jaket. A-aku malu kalau harus jalan sampai rumah Freya."

"Baru ada rasa malu lo?" Adipati mendengkus, "Cepet turun. Jangan nyari alasan."

Shenina hanya diam saja menyaksikan perdebatan antara Adipati dan Thalita. Ada senyum tipis terukir di bibirnya tanpa di sadari Adipati.

Setelah menghela napas panjang, akhirnya Thalita membuka pintu. Lalu dengan cepat, mobil putih itu melaju. Meninggalkan nya lagi, untuk kesekian kali.

Air mata Thalita turun tanpa bisa ia cegah. Sambil berjalan untuk menepi di sisi jalan, Thalita memeluk diri sendiri. Bukan kedinginan, karena nyatanya siang ini sangat panas.

Thalita justru merasa malu karena pakaian atas nya yang terlalu terbuka. Malu saat beberapa pasang mata, menatap aneh, meneliti pakaian nya.

Thalita merogoh sling bag nya, mengeluarkan ponsel lalu menghubungi salah satu teman nya, Nadine, "H-halo Nad."

"Kenapa Ta?"

"Bisa jemput aku ngnggak, Nad? Aku di turunin Adi di tengah perjalanan," lebih baik Thalita pulang, karena tidak mungkin ia datang dengan wakah berantakan. Lagi pula ia tadi berangkat terburu-buru, dan baru sadar bahwa kado nya untuk Freya ketinggalan.

"Duh, gue sama Selia udah sudah di dalam bioskop Ta. Nggak kedengaran ini, nanti lo telepon aja lagi ya?"

"Aku minta jemput Nad, aku di tinggalin Ad-" Belum sempat kalimat Thalita rampung, panggilan sudah di putus oleh Nadine.

Thalita kembali menelepon Nadine lalu Selia, tapi nomor kedua teman nya itu tidak aktif. Menatap sendu ponselnya, Thalita menarik napas panjang lalu ia hembuskan perlahan.

Pada akhirnya, ia selalu di tinggal sendirian.

Hari semakin siang, dan Thalita harus segera pulang jika tidak mau menjadi bahan tontonan di pinggir jalan. Dia kini sedang menunggu datang nya taksi ketika sebuah mobil Range Rover putih menepi di dekat nya.

Ekor mata Thalita melirik mobil itu, lalu ia melihat lelaki berperawakan gagah dan jangkung turun dari sana sambil melepas jaket nya. Thalita jelas tahu lelaki itu.

"Arion." sapa Thalita canggung saat si lelaki itu kini berdiri di depan nya.

Arion menatap Thalita dingin, kemudian tatapan nya semakin dingin saja saat turun memerhatikan pakaianThalita. Kembali, Thalita memeluk diri sendiri karena merasa malu dan tidak nyaman.

"Pakai ini." Arion memberikan jaket nya yang langsung Thalita terima tanpa penolakan.

"Lo mau kemana?" tanya Arion.

"Mau pulang."

"Perlu tebengan?"

"Eh? Nggak usah Ar, aku pakai taksi aja." jawab Thalita sungkan.

"Gue anterin, kalau lo memang butuh bantuan."
Thalita berpikir sekali lagi, lalu menggelengkan kepala dengan senyum kecil, "Nggak Ar. Aku tunggu taksi aja."

Arion menatap Thalita lama, membuat gadis itu memalingkan wajahnya, karena dia tahu pasti Arion ingin menertawakan dandanan nya yang sudah rusak.

Thalita di buat heran ketika tiba-tiba Arion berbalik dan melangkah menuju mobil, namun dengan cepat kembali lagi ke hadapan Thalita sambil menenteng sepasang..., sendal jepit?

Thalita mengerjapkan mata beberapa kali sambil menatap Arion. "Pakai itu. Kaki lo, lecet." kata lelaki itu dengan suara tanpa emosi.

Thalita segera menunduk, menatap kaki yang..., benar saja sudah memerah sementara kulitnya mengelupas.

Arion di depan nya menatap datar, lalu berdecak, "Pakai." titahnya saat Thalita masih saja diam.

"A-anu, aku nggak bisa jongkok. Nanti dress aku ke singkap soalnya." jelas Thalita salah tingkah.

Arion berjongkok, lalu tanpa di duga lelaki itu membantu Thalita melepas stiletto nya, kemudian mengganti itu dengan sendal jepit yang sangat nyaman.

Thalita mematung, lidah nya kelu. Dia hanya bisa diam, bahkan setelah Arion berdiri di hadapan nya.

"Gue ada di mobil. Kalau taksi yang lo tunggu nggak ada, lo ke sana aja. Ketuk kaca nya," lalu tanpa menunggu jawaban Thalita, Arion pergi begitu saja sambil menenteng stiletto milik gadis itu.

Thalita masih melongo di tempat nya, dia terkejut tentu saja. Lelaki paling di gilai 80% siswi di sekolahnya..., barusan berjongkok di hadapan nya? Betul kah?

𝒯𝒽𝒶𝓁𝒾𝓉𝒶'𝓈 𝒲𝑜𝓇𝓁𝒹

Bersambung...

Published : 30 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top