BAGIAN 6 - BADAK LIAR DIMANA-MANA
Rasanya kepala sedikit ringan dan suasana tidak seburuk saat Badak Liar menggangu kehidupanku. Ya, meskipun terkadang Badak tidak sepenuhnya menyebalkan. Terkadang baik. Tapi banyak buruknya. Tetap saja, hari-hari dengan Badak liar selalu bikin naik darah.
2 hari yang lalu, Badak liar sudah kembali ke Jakarta---Katanya Mamat. Aku juga tidak tahu pasti, karena aku tidak mengenal kehidupan Badak liar. Dan saat ini, giliranku dan teman-teman KKN yang kembali ke Jakarta. Itu artinya hari-hari berikutnya aku tidak bertemu Badak lagi.
"Ay, cepetan turun." Aku tersadar dari lamunanku saat Mamat teriak menyuruhku turun dari Bis. Oh, sudah sampai. Aku saat ini sudah kembali ke Jakarta lagi. Setelah satu bulan melakukan kegiatan KKN di salah satu desa yang ada di Bandung. Dan 5 hari terakhir bertemu dengan Badak Liar yang membuat darah tinggi naik terus-terusan. Giliran saat ini dan seterusnya, aku akan hidup normal lagi.
"Karina kemana sih!" gumamku mencari Karina yang katanya sudah berjanji ingin menjemputku disini. Karina adalah sahabatku. Sayangnya dia beda jurusan denganku. Dia mengambil jurusan Hubungan Internasional---Anak Fisip. Alasanku meminta jemput Karina, karena dia berbeda jadwal KKN denganku. Dia lebih dulu berangkat dan sekarang sudah kembali ke Jakarta 1 Minggu yang lalu. Dari pada aku harus naik ojek yang nantinya memakan ongkos banyak mending aku meminta Karina untuk menjemput. Tanggal tua, jadi naluri untuk berhemat terbesit di otak. Aku mengambil ponselku di saku jaketku dan mencoba menghubungi Karina.
"Hallo, Rin!" ucapku sedikit kencang.
"Iya Ay? Ada apa?"
"Ada apa? Woii Gue udah sampai ini. Lo dimana? Katanya mau jemput Gue."
"Ya Ampun, gue lupa. Beneran gue lupa Ay. Sorry Ay, gue nggak bisa jemput. Sekarang gue lagi nganterin Aldo beli sepatu."
"Sudah kuduga, yaudah deh! Hati-hati di jalan."
"Maaf ya Ay, gue bener-bener lupa."
"Iya nggak papa, nanti aku naik ojek online aja."
Bucin emang gak ada obatnya. Aku memutuskan sambungan teleponku dengan Karina. Sudah kuduga sih kalau Karina tidak menepati janji pasti pergi sama pacarnya. Ya memang, sedih sih resiko tidak enaknya mempunyai sahabat yang sudah punya pacar sedangkan diri sendiri masih jomblo. Pasti prioritas sahabatnya akan berpindah. Sayangnya, Sehun tak kunjung melamar biar nasib ini tidak begitu menyedihkan ketika ditinggal sahabat kencan dengan pacarnya masing-masing. Lupakan saja masalah Karina! Aku lantas mencari aplikasi ojek online yang ada di ponselku dan mulai memesannya. Aku ingin cepat-cepat sampai di kos.
"Mbak Ajana ya?" Tiba-tiba seorang driver ojek online menghampiriku.
Ajana?
"Ayana Pak, kok Ajana sih!"
Pengemudi tersebut memicingkan matanya membacanya ulang lagi, "Oh iya, Ayana. Saya pikir tulisannya tadi Ajana."
"Ye, Si Bapak. Nggak sekalian aja Terajana biar kayak lagu India."
Pengemudi tersebut terkekeh pelan, "Bisa aja Si Mbak. Ayo naik Mbak, mau naik di depan apa di belakang?"
"Di knalpot Pak kalo bisa. Ngajak becanda mulu si Bapak."
Aku tak menanggapi candaan Si Bapak pengemudi. Aku langsung naik saja di belakangnya. Tas ransel aku letakan di tengah. Aku hanya membawa Sling bag dan tas ransel saja. Tidak perlu membawa banyak barang.
Kampus dan Kosku hanya menempuh waktu sepuluh menit jadi tak memerlukan waktu lama untuk sampai. Aku segera turun dari motor Si Bapak. Tanganku meraba saku jaketku dan mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu.
"Ini Pak, Pas ya?" ucapku ke arah Si bapak.
"Iya Mbak,"
Aku berjalan menuju kamarku yang terletak di lantai satu. Ah, rasanya punggungku seperti ditusuk paku. Aku mulai merebahkan tubuhku di atas kasur. Setidaknya waktu satu jam cukup untuk mengistirahatkan tubuhku.
Dreett...Dreett...Dreettt....
Terdengar suara dering ponselku di dalam Sling bag. Aku sengaja tak mengangkatnya. Paling, panggilan dari Karina.
Jangan ganggu Rebahan gue dulu dong Rin! Kasur gue posesif ini.
Dreett....Dreett....Dreettt...
Suara dering ponselku lagi. Ini Karina mau apalagi? Suara dering ponsel tersebut tak henti-hentinya. Aku mulai geram karena suara tersebut menggangu jam tidurku.
Aku mengambil ponselku dari tas dan mulai mengangkat sambungan telepon tersebut dengan mata yang masih terpejam, "Rin, Lo gak ada akhlaknya apa gimana? Gue mau tidur Lo ganggu mulu. Lo tau sendiri kan kasur gue posesif kalau udah deket-deket gue," teriakku memarahi Karina.
"Ha-halo? Apa ini dengan Nak Ayana Aurora?"
Bentar-bentar! Siape nih? Kok tiba-tiba suara Ibu-Ibu. Nggak! aku kan nggak kenal Ibu-ibu komplek. Apa jangan-jangan Ibu Kos? Tapi kan aku sudah bayar uang bulanan. Tidak mungkin. Aku lantas sedikit menjauhkan ponselku dari telinga dan membaca nomor yang menelfonku. Bukan nomor Karina ternyata.
"Ha-hallo? Ma-maaf ini dengan siapa?"
"Nak, bisa ke rumah Tante sekarang?" Pintanya.
Ke rumah Tante? Tante siape?
"Tante teman Mama kamu. Tante sempat nyari nomor kamu lewat adik Mama kamu. Kamu bisa main kesini nggak Nak sekarang? Tante pengen banget ketemu kamu. Nanti alamatnya Tante kirim lewat chat ya?" tambahnya.
"Oh iya Tante, sekarang tante?"
"Iya sekarang juga nggak papa kalau kamu nggak sibuk. Tante pengen ketemu kamu,"
"Ya sudah saya siap-siap dulu."
"Makasih ya Nak,"
"Iya,"
Kok ada aja godaan pas mau rebahan! Aku meng-iya-kan saja permintaan dari tante yang mengaku teman Mama. Entahlah Mama juga tidak pernah cerita mengenai teman-temannya. Jadi aku tidak hafal. Sebenarnya, aku masih berniat untuk tidur. Tapi, kalau aku menolak permintaan Tante yang katanya teman Mama aku takut dia kecewa. Ya sudah, mungkin ada hal penting yang ingin ia bicarakan.
Aku beranjak untuk membersihkan diriku di kamar mandi. Tak membutuhkan waktu lama untuk mandi aku segera bersiap-siap untuk pergi ke alamat yang telah dikirim Tante tersebut. Alamat ini tidak terlalu jauh jadi mungkin pesan ojek online lagi untuk kesana.
Usai memesan ojek online, seorang pengemudi menghampiriku yang tengah berdiri di depan Kos, "Neng Ayana kan?"
"Nah, iya betul. Ayo Pak! Dipercepat sedikit ya Pak," aku tak mau lama-lama membuang-buang waktu.
"Iya Neng,"
Pengemudi tersebut mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata. Untung tidak macet seperti biasanya jadi bisa mempercepat waktu untuk sampai ke alamat tujuan.
"Dah sampai Neng!"
"Cepet juga Pak, sampai saya mau nyungsep ke bawah tadi." ucapku seraya tertawa pelan.
"Ya, katanya disuruh cepet, ya saya cepet."
Aku terkekeh pelan ke arah laki-laki paruh baya tersebut, "Makasih ya Pak, ini ongkosnya." Aku beranjak meninggalkan Bapak pengemudi yang masih mematung di tempat seraya menghitung uang pendapatannya.
"Bener kan ini rumahnya," gumamku pelan saat melihat rumah yang ada di depanku. Aku lantas memencet bel yang tersedia di samping pagar rumahnya.
Tak lama kemudian, seorang Ibu-ibu berusia mungkin sekitar 47 tahunan seusia Mama keluar dari dalam rumahnya. Ia terlihat tersenyum ke arahku, "Ayana kan?" tanyanya seraya membuka pagar rumahnya.
"I-iya Tante."
"Ayo masuk, Tante udah buat makanan banyak."
Loh? Makanan? Ini ceritanya ngundang syukuran apa gimana?
Aku berjalan mengekor di belakang Tante--tidak tahu namanya. Tante itu mengisyaratkanku untuk duduk di ruang tamu. Sedangkan ia masuk ke dapur untuk mengambil makanan.
Saat Tante itu pergi ke dapur, mataku mengabsen sudut ruangan rumah miliknya. Luas juga! Pasti kaya. Rumahnya luas dan sangat rapi. Aku tidak melihat sosok asisten rumah tangga disini. Apakah Tante itu merapikan sendiri rumah seluas ini?
"Di minum dulu!" ucapnya ketika ia keluar dari dapur dan membawa nampan berisi 2 gelas jus dan beberapa buah pancake.
"Tante, nggak usah repot-repot."
"Nggak repot kok, Tante malah seneng kamu kesini. Oh iya, kenalin saya Tante Rizka temen SMA mama kamu. ini album Poto waktu Tante sama mama kamu masih SMA. Lucu banget Mama kamu." ucapnya seraya memperlihatkan sebuah album poto yang ada di tangannya. Ia membuka satu persatu halaman album. Aku hanya tersenyum ringan. Jadi kangen Mama.
"Mama kamu itu selalu juara kelas dulu. Sampai Tante aja suka iri. Tiap hari buku terus yang dipegang. Hobi kita memang sama, suka koleksi novel." ucapnya antusias.
Mama pinter, kok aku bego ya?
Aku sedikit memicingkan mataku. Tak sengaja melihat sebuah bingkai poto seorang laki-laki yang terpajang di atas meja samping rak buku di ruang tamu. Bentar-bentar, sepertinya aku tak asing dengan laki-laki itu. Ah, tidak mungkin. Ya mungkin saja mirip, kan katanya manusia mempunyai 7 kembaran di dunia.
"Ayana? Ada apa?" tanya Tante tiba-tiba saat melihatku mengamati lebih jelas bingkai poto tersebut.
"Eum, Itu siapa Tante?" aku menunjuk bingkai poto itu dan memastikan siapa seseorang yang ada di bingkai poto tersebut.
Tante Rizka tertawa pelan, "Itu anak satu-satunya Tante. Tapi, dia tidak tinggal disini. Dia sudah punya rumah sendiri. Kadang pulang kesini sebulan sekali. Kenapa memangnya?"
"Namanya siapa Tante?" Aku memastikan lagi.
Tante Rizka tertawa lagi saat aku bertanya nama anaknya, "Kamu ini lucu banget persis Mama kamu. Nama anak Tante itu Jefri dia dokter spesialis syaraf di rumah sakit apa ya? Lupa namanya. Tapi katanya dia juga praktek di rumah sakit lain. Tante juga nggak hafal dimana aja prakteknya."
Mampus Lo Ayana! Ternyata anak Tante Rizka adalah Si Badak Liar. Eh, tapi tenang. Kan kata Tante Rizka Si Badak jarang pulang ke rumah orang tuanya. Jadi ada kemungkinan tidak akan ketemu lagi. Dunia memang sempit. Badak liar dimana-mana. Sampai bosan!
"Memangnya ada apa kok tiba-tiba tanya namanya anak Tante. Kamu kenal?"
"Cuma tau aja Tante, nggak kenal. Soalnya pernah jadi pemateri sosialisasi di KKN Ayana."
"Oh, kok bisa kebetulan gitu ya? Disana Jefri gimana? Pendiem banget ya? Soalnya di rumah jarang banget ngomong dari kecil emang tertutup."
Hah? Apa? Gak salah nih? Pendiem apanya anjir! Bikin orang darah tinggi mulu yang ada.
Bersambung....
Malang, 27 Juni 2020
❄️❄️❄️
Akhirnya update. Tengah malem update jadi abaikan typo yang bertebaran yak wkwkw. Soalnya kalo udah malem gini suka bikin khilaf bareng pak jefri anjay wkwk. Maksud aku bikin khilaf pas nulis cerita pak Jefri gitu wkwk. Jan lupa vote komen sama follow lapak author yak wkwk .
Yodah ya author ngantuk jadi sampai bertemu besok kalau ada ide lagi aku up cepet
See youu
Dari istrinya Pak Jefri wkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top