BAGIAN 2 - RAPAT PARIPURNA

Malam ini sebenarnya tidak begitu dingin. Hanya saja tatapan Badak Liar itu yang membuat dingin suasana. Maksud Aku, bukan badak liar yang di kurung di suaka margasatwa. Tapi badak liar yang jadi pemateri sosialisasi besok.

Sok ganteng!

Aku berusaha menahan mulutku yang tak terkontrol ingin mencibirnya. Coba bayangkan, dia saat ini sedang berbicara empat mata dengan Mamat. Mengabaikan aku, Adisa, dan Dito yang sudah duduk melingkar bersiap untuk rapat. Tatapan dan tindakannya tampak otoriter ke Mamat mengenai rancangan konsep sosialisasi untuk besok. Menyuruh ini-itu. Dan bodohnya, Mamat iya-iya aja tanpa membatah satupun. Rapat devisi kesehatan di gazebo belakang homestay yang ia sewa. Ya, dia menginap di homestay. Tidak mungkin lah dia menginap di posko KKN. Mana betah?

Semua anggota sudah berkumpul dan duduk melingkar. Tapi rapatnya tak kunjung dimulai. Si Bapak malah asyik ngobrol sama Mamat. Sesekali tertawa ringan. Kapan mulainya sih ini!

"Sudah lengkap kan anggotanya?" tanyanya seraya matanya mengabsen satu persatu dari kami.

"Ya dari tadi juga udah lengkap Anjirr!" gumamku pelan.

"Kamu bilang apa?"

"Hah? Ah ti-tidak Pak, maksud saya semua sudah lengkap," hampir cari masalah lagi. Kok bisa denger sih!Tahan Ayana!

"Sebelum saya mulai, saya mau memperkenalkan diri saya. Saya Jefri Alfareza salah satu dokter spesialis syaraf di rumah sakit Antara Putra. Kalian bisa panggil saya Pak Jefri saja."

Hah? Bentar-bentar! Kok namanya kayak nama sahabat Mumun yang jadi pocong yang matanya ijo itu. Aku sontak tertawa sedikit kencang. Ya bagaimana lagi, itu sinetron pocong kesukaan aku pas jaman SD. Tau kenapa aku ketawa? Matanya ijo kayak lampu lalu lintas.

"Kamu kenapa ketawa? Ada yang aneh?" Aku berusaha menelan salivaku saat tiba-tiba Pak Jefri menatap tajam ke arahku. Pak Jefri sedikit tersinggung saat aku tak sengaja tertawa. Nggak sengaja! Tapi ya salah aku sih! Bisa-bisanya tertawa di saat ada forum terbuka. Kan gak sopan!

"Ma-maaf Pak, saya nggak sengaja. Saat Bapak menyebut nama tadi, saya ingat keponakan saya yang lucu jadi saya reflex ketawa." Alibiku bohong. Bodo amat deh! Yang penting aman dari tatapan Badak liar.

"Tidak penting!" sahutnya.

Dih! Suka-suka saya mau penting atau tidak.

"Sebenarnya konsep kalian sudah bagus, hanya saja ada perubahan konsep yang ingin saya sarankan agar lebih menarik. Desa ini memang 80 persen banyak warganya yang usianya di atas 50 mengalami stroke. Saya tidak ingin, usai sosialisasi ini diadakan. Data pasien stroke semakin bertambah. Tujuan sosialisasi kan untuk menyadarkan dan memberi tambahan ilmu baru agar masyarakat atau warga sekitar bisa paham pentingnya kesehatan di usia lanjut. Stroke menjadi salah satu penyakit yang mematikan yang banyak terjadi diusia lanjut juga. Bahkan beberapa pasien saya, ada yang usianya muda terkena stroke karena pola makan dan hidup tidak sehat. Jadi, sosialisasi ini harus benar-benar dipikirkan secara matang konsep dan pelaksanaannya. Banner disini punya peranan penting. Orang melihat keunikan sosialisasi bukan dari pemateri atau materinya saja. Tapi juga dari tulisan informatif di banner. Jadi banner saya revisi sedikit untuk penambahan tulisan 'upaya pencegahan stroke dini'. Tulisan dibawah judul tema harus diganti. Warna desain terlalu gelap karena tulisan hampir tidak terlihat kalau dari jauh. Logo jangan diletakan disini-"

Gila gak tuh! Revisi banner aja udah kayak revisi tugas akhir. Gimana jadinya kalo dia jadi dosen gue! Kejang tiap hari yang ada.

"Ta-tapi Pak, kalau bannernya sudah dicetak sama Kang Banner gimana? Masak mau dicetak ulang?" tolakku saat Pak Jefri merevisi tulisan desain banner. Ya bagaimanapun kasihan Kang Banner harus kerja dua kali. Ongkosnya juga bisa mahal. Bisa-bisanya direvisi segala.

"Besok saya yang ngurus banner," jawabnya singkat tanpa melirikku.

"Mamat dan Dito, kalian bisa urus persiapan ruangan dan penataan untuk besok kan? Sesuai saran yang saya sampaikan tadi ke Mamat. Kalau butuh apa-apa bilang ke saya." ucapnya ke arah Mamat dan Dito.

"Siap Pak," jawab Mamat seraya menunjukkan jempol tangannya. Elah Mat! Banyak gaya.

"Adisa, kamu bisa mendata siapa saja undangan yang harus hadir kan? Sekalian hitung berapa kira-kira orang yang hadir di sosialisasi. Utamakan cari warga yang usianya 40 ke atas ya?" ucapnya pada Adisa.

"Iya Pak, saya sudah punya beberapa datanya. Tapi untuk data terperinci kayaknya kurang. Besok saya tanyakan lagi ke kepala desanya."

Pak Jefri kembali mengamati beberapa kertas yang ia pegang. Entah itu kertas apa? Mungkin kertas rancangan rundown dari Mamat.

"Eum, yang bagian mencetak banner kemarin siapa?" tanyanya ke arah kami.

"Saya sama Ayana Pak," jawab Dito.

Pak Jefri hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan seraya matanya masih mencermati kertas yang ia pegang, "Besok kamu ikut saya mengurus banner." ucapnya ke arahku.

"Nggak usah repot-repot Pak. Biar saya sama Dito aja yang kesana." jawabku menolak. Ya bagaimana juga dia kan pemateri masak mau ikut riweh mengurus persiapan sosialisasi ini.

"Dito biar mengerjakan tugasnya dengan Mamat. Nggak mungkin kamu suruh kerja dua kali. Saya nggak yakin kalau kamu sendiri yang mengurus banner. Saya juga nggak mau banner yang harusnya menarik malah jadi nggak bisa dibaca sama sekali."

Maksudnya apa bilang begitu? Ngajak ribut emang!

Aku menghela napas panjang, "Niat saya baik Pak, saya nggak mau Bapak ikut capek ngurus persiapan sosialisasi. Bapak fokus ke materi yang akan disampaikan besok aja."

"Saya sudah bilang ke Mamat. Saya akan bantu proker sosialisasi sampai tuntas. Bukan hanya sebagai pemateri saja. Tapi saya ikut andil dalam semua hal tentang proker ini. Saya juga punya tugas kerja yang sama dari rumah sakit. Jadi sekalian saya bantu proker kalian."

Buat apa sih ikut andil segala. Kan bukan tugas dia. Ya mending rebahan aja di homestay. Ngapain ikut capek-capek!

"Ta-tapi Pak-"

"Kamu bisa diam tidak? Dari tadi bicara kamu tidak berbobot."

Adisa sedikit menyenggolku. Ia mengisyaratkanku untuk tidak bicara lagi saat Pak Jefri sedang memimpin rapat. Bukan hanya Adisa. Dito dan Mamat juga menunjukkan tatapan tajamnya ke arahku. Mereka kenapa sih? Harusnya, jangan begini. Apa-apa harus diurus Pak Jefri. Kan kita bisa sendiri juga dan memiliki konsep yang berbeda sama Pak Jefri. Ah!

"Ada yang perlu ditanyakan lagi? Biar saya bantu." tawarnya seraya matanya menatap kami bergantian.

"Kayaknya cukup Pak, besok pagi kalau ada yang belum kelar. Kami tanyakan ke Bapak," jawab Adisa.

"Ya sudah, selamat istirahat. Besok pagi kalian harus bekerja keras. Saya tidak mau menggangu kesehatan kalian hanya gara-gara menyiapkan sosialisasi ini."

"Kami pamit dulu ya Pak," ucap Mamat mengawali dan beranjak dari duduknya. Dia bersalaman dengan Mamat dan Dito. Sedangkan denganku dan Adisa hanya menangkupkan tangannya di dada.

Untunglah rapatnya cuma bahas pembagian tugas masing-masing. Jadi tidak berlama-lama di Gazebo homestay-nya Pak Jefri. Huft, tapi sayang tetap saja besok mimpi buruk lagi. Bagian banner harusnya aku dengan Dito. Malah dialihkan aku sama Pak Jefri.

Aku, Adisa, Mamat, dan Dito berjalan menuju posko tanpa kendaraan. Ya memang homestay Pak Jefri dekat dengan posko. Jadi tak perlu diantar Pak Jefri atau naik ojek pengkolan.

"Gila sih Ayana, bantah mulu sama Pak Jefri." ucap Adisa membuka suara.

"Ay, proker kita tuh udah paling enak sedunia. Pak Jefri udah bela-belain bantu ini-itu. Kasih saran ini-itu. Lo malah bantah mulu kerjaannya. Kalo dendam kesumat jangan ke Pak Jefri. Orang sebaik dia, Lo dendamin." tambah Mamat.

"Tapi kan Gue-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatku Mamat sudah memotongnya, "Tuh kan mau bantah lagi. Gini ya Ay, Gue udah lama tetanggaan sama Pak Jefri. Dia orangnya ramah dan baik banget. Apalagi masalah kesehatan. Sama warga komplek aja tiap Minggu selalu minta data kesehatan di Pak RT. Minta Pak RT buat adain pengobatan gratis di komplek. Apalagi masalah begini. Kebetulan Pak Jefri bilang ke gue kalo dia ada tugas dari rumah sakit untuk penyuluhan di desa ini. Ya, gue sekalian bilang juga KKN di desa ini. Dan dengan baiknya, Pak Jefri mau bantu di proker sosialisasi. Kurang baik apa coba? Dia mau jadi pemateri dan tidak mau dibayar. Lo main ngerusak suasana aja pas tadi rapat. Takutnya kalo Lo cari gara-gara. Proker kita berantakan kalo Pak Jefri membatalkan. Awas aja sampai terjadi-"

"Dengerin penjelasan Gue dulu Bambank, Gue nggak berniat cari gara-gara. Gue cuma nggak mau dia ikut campur  bagian belakang urusan proker ini. Ya masak pemateri ikut riweh sih!"

"Apa salahnya Ay, kan tugas kita jadi makin ringan. Tadi aja nawarin Gue sama Mamat makan malam. Sayangnya kita udah makan. Coba kalo belum, mau pesen porsi double Gue." sahut Dito. Kriwil emang bener-bener urusan makan selalu maju garda paling depan. Di pikirannya kalo nggak duit ya makan.

Dreet...dreet...dreeett!
Ponsel Mamat berdering. Mamat berhenti sejenak dan membaca pesan singkat yang ada di ponselnya.

"Yes!" teriaknya.

Sontak membuat kami ikut penasaran karena Mamat tiba-tiba terlihat girang membaca pesan yang masuk, "Apaan Mat?" tanya Dito.

"Pak Jefri ngirim martabak sama terang bulan buat kita, sekarang makanannya udah ada di kordes."

"Beneran Lo?" tanya Dito memastikan.

"Nih kalian baca sendiri," Mamat menyodorkan ponselnya ke arah Dito. Aku dan Disa ikut melirik pesan yang dikirim Pak Jefri.

Pak Jefri
Mat, saya tadi beli martabak dan terang bulan. Jadi saya sekalian belikan untuk kalian. Makanannya saya titipkan ke Kordes kalian. Kalian bisa makan bareng temen KKN lainnya.

"Buset dah buset, Pak Jefri bener-bener baik banget."

Aku berdecak sebal mendengar Dito semakin memuji Pak Jefri. Aku yakin Pak Jefri mulai caper. Main sogok pakai makanan lagi. Apa kalau tidak caper? Udah caper sok ganteng. Dahlah!

"Beneran deh Gue seketika pengen jadi istrinya aja," ucap Adisa.

"Tobat Lo! dah punya istri." Dito menjitak kepala Adisa.

"Kagak, Pak Jefri masih jomblo." ucap Mamat membenarkan.

Bersambung...

Malang, 22 Juni 2020

🥀🥀🥀

Update lagi ye kan! Gabut soalnya Gue jadi update wkwkkw. Sekian part 2 nya. Tunggu part 3. Dan makasih udah sempetin baca sempetin komen dan follow lapak ini. See you bye bye.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top