BAGIAN 16 - (NOT) DATING
Aku berdiri di depan gerbang utama kampus untuk menunggu Pak Jefri menjemputku pulang. Sekitar dua puluh menit yang lalu aku menunggunya. Tapi Pak Jefri tak kunjung datang. Chat yang aku kirimkan juga belum dibaca juga sama Pak Jefri.
Niat apa nggak sih lu Badak.
Tepat hari ini, umur pernikahanku dengan Pak Jefri sudah berjalan dua bulan. Tapi tetap saja. Pak Jefri tetaplah Pak Jefri yang suka mengancam dengan embel-embel ingin membakar barang-barangku jika aku tidak menurut dengannya.
"Ay, pulang bareng yuk?" tiba-tiba Rafi sudah berdiri di depanku seraya menaiki motornya. Rafi ataupun teman kelasku belum mengetahui kalau aku sudah menikah. Pak Jefri juga tidak mempermasalahkan jika aku keluar dengan teman-teman kelasku untuk sekedar mengerjakan tugas di kafe. Meskipun terkadang beberapa kali aku sering mengerjakan tugas hanya berdua dengan Rafi.
"Nggak Raf, nunggu jemputan."
"Siapa? Kang Ojek? Lah, daripada Kang Ojek bayar mending nebeng gue gratis."
"Nggak ah, Lo kebiasaan sekarang bilangnya gratis. Ntar, Lo minta ganti traktiran lebih gede. Kan yang rugi gue,"
Din...Din...Din...
Suara klakson mobil mengagetkanku. Aku lantas menoleh sedikit ke kanan karena motor Rafi menghalangiku. Ternyata mobil Pak Jefri.
"Raf, duluan ya?" pamitku.
"Ay, kok tumben naik taksi online ke kampus?" ucap Rafi yang heran saat aku berjalan ke arah mobil Pak Jefri. Ya memang, biasanya aku lebih sering naik ojek online.
"Iya sekali-kali." Jawabku seraya terkekeh pelan ke arah Rafi.
Aku masuk ke dalam mobil Pak Jefri. Rafi masih mematung disana. Ia memperhatikanku masuk ke mobil Pak Jefri.
"Nungguin Bapak udah kayak nunggu antri sembako gratis. Lama banget, kaki saya sampek kesemutan," ucapku ke arah Pak Jefri yang mulai menginjak pedal gas mobil.
"Saya ada kerjaan banyak di rumah sakit."
"Kalau Bapak banyak kerjaan, tau gitu kan saya bareng temen saya aja. Biar Bapak nggak perlu repot-repot jemput saya."
Kaki Pak Jefri tiba-tiba menginjak rem mendadak. Ia lantas melirikku tajam, "Kalau begitu sekarang saja kamu bareng temen kamu itu!"
Kebiasaan kan bikin jantung gue lompat ke Pluto!
"Maksud saya, biar Bapak nggak capek-capek begini. Kan saya juga nggak mau ngerepotin Bapak."
Pak Jefri diam tak menanggapi jawaban yang aku lontarkan. Ia masih fokus menyetir. Tak menatapku sama sekali. Sekalinya menatapku, tatapannya tajam.
Serba salah kan gue!
"Bapak marah sama saya? Harusnya kan saya yang marah sama Bapak."
"Sudah saya bilang saya banyak masalah pekerjaan di rumah sakit." ujarnya dengan nada yang sedikit keras.
Kalo banyak kerjaan di rumah sakit kenapa yang jadi sasaran gue?
Mungkin hari ini mood Pak Jefri sedang berantakan. Kalau aku terus membantahnya, dia akan semakin marah. Jadi tidak apa-apa sesekali berbuat baik dengannya, "Bapak udah makan belum?"
Kurang baik apa gue sama Lo ya Badak?
Pak Jefri masih diam tak menjawab pertanyaanku. Kalau seperti ini terus bisa-bisa aku seperti terkurung dalam kandang macan. Aku lantas memberanikan diri untuk memutar lagu Day6 dengan judul Sweet Chaos di audio mobil. Tanganku perlahan memutar volume audio agar suaranya sedikit keras.
Pak Jefri melirikku tajam lagi. Tanpa aba-aba tangannya menyentuh tombol off untuk mematikan audio dalam mobil.
Dahlah gue mau jadi ubur-ubur aja!
Aku menghela napas panjang, "Pak, makan yuk Pak? Saya laper," bujukku ke arahnya.
"Saya yakin, bapak pasti belum makan juga." tambahku.
"Makan di restoran langganan saya aja. Restorannya dijamin aman, halal, bersih, terus seger. Soalnya banyak foto oppa disana. Kapan lagi kan Pak, bapak makan sama saya berdua. Saya traktir deh, itung-itung dating gitu. Soalnya SK pembimbing saya sudah keluar." ucapku lagi yang masih menunggu respon Pak Jefri.
Pak Jefri menolehku, "Hari ini SK pembimbing kamu keluar?"
Giliran bahas akademik aja Lo nyautnya cepet!
"Iya, saya udah dapat pembimbing skripsi. Makan yuk?" Ajakku ke arah Pak Jefri.
"Dimana?"
"Kan saya udah bilang makan di restoran langganan saya aja."
"Restorannya dimana?" tanyanya seraya menoleh sekilas ke arahku.
"Restoran Korea itu ada lampu merah depan, lurus dikit terus restorannya ada di kanan jalan warna merah," ucapku memberitahu Pak Jefri.
"Iya,"
Pak Jefri menyetujui ajakanku makan di salah satu Restoran Korea langgananku. Sebenarnya ini bukan jam makan siang atau makan malam. Tapi anggap saja makan sore. Karena ini masih jam empat sore. Belum masuk malam hari untuk dikatakan dinner.
Aku dan Pak Jefri berjalan beriringan masuk ke dalam salah satu Restoran yang menyediakan menu makanan Korea. Hampir semua menu disini bisa dikonsumsi oleh orang yang beragama Islam. Karena tidak ada kandungan babi dan sejenisnya.
Aku memilih tempat duduk dengan posisi hanya ada dua kursi yang berhadapan. Restorannya tampak sepi kalau jam-jam sore. Biasanya Restoran ini akan ramai di jam malam. Yang membuatku betah makan di restoran ini karena setiap temboknya ada TV LED yang menampilkan vidio-vidio KPop. Kalau begini kan, bukan hanya perut yang kenyang, tapi mata juga.
"Bapak mau pesan apa?" tanyaku sembari tanganku asik menggeser-geser menu makanan yang ada di iPad.
"Terserah kamu saja,"
"Pesen Kimchi ya?"
Pak Jefri mengangguk pasrah, "Hm,"
"Oke deh, saya pesen Kimchi 2, Spicy Beef Oden 2, Oden Soup, paket Korean BBQ 1, sama paket Chicken Set aja deh!" Jari jemariku menekan layar ipad yang menampilkan menu makanan. Aku lantas menekan menu-menu yang akan dipesan.
Sembari menunggu makanan datang. Aku memainkan ponselku. Sesekali melirik Pak Jefri yang ada di depanku. Dia dari tadi hanya diam. Tak mengajakku berbicara. Positif thinking aja, masalah pekerjaan di rumah sakit banyak. Jadi mood-nya berantakan.
"Ini pesanannya Kak," ucap salah satu pelayan Restoran.
"Bapak makan yang banyak, jangan diem mulu. Saya dari tadi kayak ngomong sama posternya Sehun. Didiemin mulu dari tadi." ucapku ke arah Pak Jefri sembari menyodorkan beberapa makanan di depan Pak Jefri.
Tangan Pak Jefri mulai mengambil sumpit dan sendok yang ada di atas meja. Ia mulai menyendok oden soul yang ada di depannya.
"Ini apa?" tanyanya seraya menunjuk Kimchi.
"Kimchi. Makan aja! Enak kok,"
Pak Jefri mulai menyendok Kimchi. Ia sedikit mengerutkan dahinya saat mencicipi Kimchi, "Rasanya Asam,"
"Ya emang Kimchi Rasanya asem Pak, kayak keteknya Gorila."
Pak Jefri tak menanggapi candaanku. Memang, berbicara sama Pak Jefri sama halnya dengan berbicara dengan tembok. Malah lebih enakkan berbicara dengan tembok.
"Kapan kamu mulai bimbingan pertama?" Tanyanya.
Masih sempet-sempetnya ya Badak bahas tugas akhir pas jam makan. Bikin gak mood makan aja.
"Nggak tau, belum kepikiran." jawabku asal.
Pak Jefri mendelik ke arahku seraya mengacungkan sumpit yang ia pegang, "Saya nggak mau tau, Nanti malam kamu harus nyicil proposal skripsinya!"
Dah ngalahin dosen kan! Emang Badak tiap hari nggak pernah bosen bahas beginian.
"Iya Pak iya, tapi kalau dalam 3 bulan ini saya bisa capai target seminar proposal, Bapak mau ngasih saya hadiah apa?"
Pak Jefri memutar bola matanya, "Jangan hadiah mulu yang ada dipikiran kamu. Kerjakan dulu tugas kamu! Saya tidak akan membelikan apapun kalau kamu masih leha-leha seperti ini." ucapnya sedikit kencang ke arahku. Untung, Restoran sepi.
"Saya kan cuma bercanda Pak minta hadiah tadi. Kenapa Bapak bentaknya beneran?"
"Saya nggak suka kamu kebanyakan main yang nggak jelas. Lupa kewajiban kamu!" bentaknya lagi.
"Bapak kenapa sih Pak, dari tadi uring-uringan begini. Perasaan biasanya Bapak nggak gini. Kalau ada masalah pekerjaan ya jangan saya yang kena juga. Saya kan nggak tau apa-apa."
Jadi nggak mood makan kan gue!
Pak Jefri tampak menghela napas panjang. Perlahan tangan kanannya memegang pelan tangan kiriku, "Saya minta maaf,"
Psikopat lama-lama ni orang!
Aku langsung sedikit menepis tangan Pak Jefri, "Jangan uring-uringan mulu makanya. Saya kan jadi pengen gampar mulut Bapak."
"Kenapa saya minta maaf ke kamu? Harusnya kamu yang minta maaf ke saya?"
Mulai ngajak ribut kan Badak!
Aku menghela napas panjang lagi dan lagi. Baru beberapa detik meminta maaf dan sekarang sudah mencari masalah lagi, "Lho! Kenapa saya yang harus minta maaf? Bapak kan yang salah." belaku lagi.
"Kamu yang udah bikin mood saya berantakan." ujarnya yang masih membela diri.
"Bapak juga bikin mood saya berantakan. Saya nungguin sampek lumutan. Bapak nggak nongol-nongol."
"Saya kan sudah bilang ada pekerjaan banyak di rumah sakit." jelasnya.
"Ya setidaknya chat saya dibalas. Biar saya nggak nungguin terlalu lama. Tau gitu kan saya ke kantin dulu."
Pak Jefri meletakkan sumpit yang ia pegang di atas meja, "Saya nggak ada waktu buat pegang hp tadi."
"Halah! Di depan saya Bapak pegang hp terus."
"Itu beda, urusan pekerjaan. Saya ada jadwal konsultasi sama pasien saya."
Aku berusaha mengumpulkan kesabaran yang sudah diobrak-abrik Pak Jefri kesekian kalinya, "Nggak bisa gitu dong Pak. Giliran saya yang gak bales chat Bapak. Bapak maki-makinya udah ngalahin demo sembako. Giliran Bapak nggak bales chat saya, Bapak alasannya ada pasienlah urusan pekerjaanlah. Nggak adil ini namanya. Saya tertindas mulu."
Pak Jefri menghela napas panjang, ia tiba-tiba mengulum senyum di depanku. Tidak tahu, senyum itu tulus atau tidak, "Saya nggak mau ribut sama kamu disini. Saya minta maaf. Udah, lanjutkan makanmu!" ucapnya pelan.
"Tumben minta maafnya tulus. Biasanya aja gengsi."
"Saya udah bilang, saya nggak mau ribut sama kamu disini." ucapnya penuh penekanan ke arahku.
"Tapi kan saya belum selesai ngomong-"
Pak Jefri tampak menghela napas lagi. Ia langsung memotong kalimat yang belum selesai aku ucapkan, "Hadiah seminar proposal album EXO,"
Aku membulatkan mata sempurna saat Pak Jefri tiba-tiba menawarkanku hadiah album. Masih tidak percaya, atau hanya alibi Badak agar tidak berdebat denganku disini.
"Bapak jangan bohong! Palingan juga buku metodologi penelitian lagi." ucapku tak percaya dengan omong kosongnya.
"Ya sudah kalau tidak percaya."
"Bapak beneran apa gimana? Bapak serius mau belikan saya album?"
"Enggak,"
"Enggak apa?"
"Saya nggak serius berikan hadiah itu. Saya tadi cuma bercanda."
"BAPAKKK!!!"
Bersambung....
Malang, 8 Juli 2020
🌸🌸🌸
Akhirnyaaa update. Tadi sempet gak ada ide dan stuck di jalan. Jadi nggak bisa update cepet. Semoga besok bisa update cepet lagi.
Makasih udah baca sampai sejauh ini cerita yang tidak jelas sama sekali wkwkwk makasih banyak udah vote udah komen juga nggak tau harus bilang apa. Kalau vote part ini tembus 20 vote aku usahakan update cepet deh. Tapi kalau nggak juga nggak papa aku tetep update kok jangan khawatir wkwkwk
Makasih udah nungguin makasih udah follow makasih udah baca dan makasih bangett udah komen 😭 monnangiss sekeboonn
Tetep tungguin Pak Jefri yang gengsinya naudzubillah dan Ayana yang gampangan disogok album ya gaesss wkwk tungguin kerandoman mereka.
See you next chapter.
Author nggak janji update cepet jadwal update nggak author tentukan jam nya yang penting update tungguin aja 🥰
Abaikan typoooo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top