BAGIAN 14 - HADIAH
"Bapak ngapain ngajak saya kesini sih?" ucapku saat Pak Jefri menghentikan mobilnya di depan salah satu tempat fitness.
"Memangnya salah?" tanyanya balik ke arahku.
"Ya enggak, tapi kan saya nggak tau harus ngapain disini? Lihatin Bapak ngangkat barbel?"
"Kata siapa kamu cuma lihatin saya angkat barbel?"
"Terus?"
"Kamu juga ikut olahraga."
Jan ngadi-ngadi lu Badak! Mending rebahan di rumah daripada Lo nyuruh gue angkat barbel disini.
Aku menghela napas panjang, saat mengetahui bahwa Pak Jefri mengajakku ke tempat fitness untuk olahraga.
"Badan saya sudah sehat Pak, nggak perlu olahraga. Rebahan juga udah bikin sehat,"
Pak Jefri tertawa mengejek, "Terlalu banyak tidur itu nggak sehat."
"Kata siapa?"
"Kata saya,"
"Kalo rebahannya nge-drakor kan bisa menambah kesehatan mata Pak."
Pak Jefri mengerutkan dahinya, "Siapa yang bilang?"
"Saya. Barusan,"
"Teori dari mana?" tanyanya seraya melirik sinis ke arahku.
"Dari saya lah, coba bayangin enaknya rebahan sambil maraton drakor bikin kesehatan mata jadi meningkat soalnya lihat oppa-oppa,"
Pak Jefri tersenyum miring, "Nggak usah banyak ngomong. Ayo turun!"
Pak Jefri membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya dan kemudian turun dari mobilnya. Aku masih diam tak menyusul Pak Jefri karena memang aku sama sekali tidak terlalu tertarik dengan olahraga. Apalagi di tempat fitness!
Tiba-tiba Pak Jefri membuka knop pintu mobil dari luar, dan membukakan seat belt yang melingkar di tubuhku. Pak Jefri menarik tanganku untuk turun dari mobil.
"Pak, Saya nggak mau!" pekikku saat Pak Jefri menarik tanganku dan mengajak masuk ke ruang fitness.
"Pak, saya kan udah bilang. Saya nggak terbiasa olahraga begini. Nanti kalau saya sakit bagaimana?"
"Nggak," jawabnya singkat.
"Saya lihatin Bapak aja deh! Saya hari ini lagi nggak mood olahraga Pak." ucapku yang masih berusaha membujuk Pak Jefri agar tidak menyuruhku ini-itu.
Pak Jefri mendelik ke arahku, "Cepetan!"
Aku mengabsen beberapa peralatan olahraga yang ada di ruangan fitness. Seumur hidup baru kali ini aku masuk di ruangan fitness. Aku biasanya kalau olahraga hanya lari pagi di lapangan atau bersepedah. Itupun jarang sekali.
"Ayo!" perintahnya lagi.
"Ayo apa? Bapak yang bener Pak, masak saya disuruh angkat barbel yang gedenya kayak paha gajah. Bapak mah enak kuat, lah saya? Yang ada tulang saya langsung lunak Pak."
"Kata siapa kamu saya suruh angkat barbel?"
"Terus?"
"Coba kamu naik Treadmill!"
"Treadmill? Treadmill yang mana?"
"Yang warna hitam paling pojok sendiri,"
Aku memicingkan mataku mengabsen alat-alat fitness yang ada di ruangan dan mencari alat yang dikatakan Pak Jefri tadi.
"Oh, yang lari-larian itu?"
"Hm,"
"Kenapa namanya treadmill? Udah kayak susu ibu hamil aja, treadmill,"
"Nggak usah banyak ngomong, cepetan naik!"
"Sekarang?"
"Iya, kamu gunakan alat treadmill selama 15 menit. Saya udah atur waktunya."
"Bapak mau bunuh saya perlahan apa gimana? 15 menit itu lama Pak, kaki saya bisa lembek nantinya,"
"Saya tidak menerima penolakan. 15 menit untuk kesehatan badan kamu, nanti kalau sudah, saya kasih hadiah buat kamu." bujuk Pak Jefri.
"Hadiah?" Aku membulatkan mataku saat Pak Jefri menawarkanku sebuah hadiah.
Nah, sekali-kali kek kasih apa gitu. Jangan ngajak ribut mulu!
"Hm," gumamnya singkat.
"Hadiahnya apaan?"
"Nanti kamu juga tau,"
"Jangan bikin penasaran dong Pak?"
"Cepetan kesana! Saya mau kesitu dulu." ucap Pak Jefri seraya tangannya menunjuk salah satu alat gym yang akan dia pakai.
"Pak, hadiahnya apa dulu?" tanyaku lagi.
"Nanti kamu juga tahu."
"Ya apa? Bapak kan nggak ngasih tau hadiahnya apa?"
"Kesukaan kamu," jawabnya seraya melirikku sekilas.
"Kesukaan saya? Apa? Album EXO? Album Day6? Lighstick? Album Seventeen? atau Denimalz?"
Pak Jefri terkekeh pelan, "Hm,"
Kok cuma hm? Berarti beneran nih Si Badak? Oke, mau setengah jam juga gue jabanin!
Aku melangkahkan kakiku ke arah alat treadmill yang terletak paling pojok ruangan. Masa bodo, dengan 15 menit. Yang terpenting dapat album gratis. Salah satu instruktur gym membantuku menggunakan alat tersebut. Karena memang aku tidak tahu cara menggunakan alat treadmill. Aku mulai menaiki alat treadmill dengan perlahan. Kecepatan alat yang diatur instruktur gym juga tidak terlalu cepat.
15 menit demi album gratis! Mayan kan gak usah nabung lagi gue!
Pak Jefri terlihat sedang menggunakan salah satu alat gym. Aku tidak tau namanya. Tapi saat aku tanyakan ke instruktur gym. Ternyata alat yang dipakai Pak Jefri adalah Air Walker. Jangan tanya aku itu alat untuk apa. Aku tidak tahu sama sekali. Aku taunya cuma Alan Walker.
14 menit 12 detik
Menggunakan alat treadmill selama hampir 15 menit napasku rasanya sudah pindah ke Pluto. Saat stopwatch menunjukkan angka 15, Aku mengisyaratkan instruktur gym untuk membantu menghentikan alat ini. Dan kakiku perlahan turun.
Aku mengambil duduk diantara alat-alat gym. Punggungku kusandarkan di sisi tembok. Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan olahraga disini. Apalagi aku tidak pernah olahraga. Rasanya punggungku ingin patah.
Pak Jefri perlahan berjalan ke arahku. Ia mengambil duduk di sampingku. Tangannya sedikit menggulung ujung lengan kaos putih pendek yang ia pakai sampai lengan kaosnya tidak terlihat. Tangan kiri Pak Jefri mengusap sedikit keringat yang ada di keningnya.
Ngap-ngapan gue lihat Pak Jefri cem gitu!
"Setelah ini saya ada urusan di rumah sakit. Kamu di rumah saja jaga rumah, Jangan kemana-mana!" perintahnya.
Padahal kan gue pengennya ghibah di kosan Karin!
"Bapak pulang jam berapa?" tanyaku ke arahnya.
"Nggak tentu,"
"Terus saya harus jaga pintu?"
"Saya sudah bawa duplikat kuncinya. Kamu nggak usah nunggu saya,"
Nah, gitu dong! Kan nggak ngerepotin gue.
"Tempat ini langganan Bapak?" tanyaku lagi.
"Hm," gumamnya.
"Disini ada ceweknya juga nggak?" Tanyaku penasaran.
"Kadang-kadang,"
"Pantesan,"
Pak Jefri mengerutkan dahinya, "Pantesan apa?"
"Pantesan suka nongkrong disini. Pasti suka lihat yang seksi-seksi."
Pak Jefri sontak menatapku tajam. Ia sedikit menggeser duduknya mendekat ke arahku, "Memang,"
Aku membulatkan mataku sempurna saat mendengar jawaban yang terucap dari mulut Pak Jefri, "PAK JEFRI!" teriakku.
Nggak ada akhlaknya nih Si Badak kalau lama-lama dibiarin!
Aku memukul keras lengan Pak Jefri berkali-kali. Sampai Pak Jefri merintih kesakitan. Tidak peduli! Badak mesum seperti ini harus dimusnahkan.
"Arrghhh! Berhenti memukul saya,"
"Nggak!"
"Berhenti!" seru Pak Jefri seraya kedua tangannya mengunci tanganku. Aku menatap sinis ke arah Pak Jefri yang ada di depanku.
"Saya tadi bercanda," ucapnya menatap ke arahku.
"Nggak percaya! Bapak kan juga laki-laki normal. Kucing kalau udah dikasih ikan pindang kan nggak ada yang nolak Pak. Apalagi kalau ikan pindangnya bohay, mana ada yang nolak?"
Pak Jefri mendelik ke arahku. Tangannya menjitak kepalaku tiba-tiba, "Saya tidak pernah melakukan hal-hal aneh yang kamu bayangin di kepala kamu,"
🌸🌸🌸
Malam ini aku sedikit bebas di rumah. Tidak ada Pak Jefri yang mengatur ini itu. Bahkan seharian di rumah tanpa Pak Jefri membuatku bisa menonton Drakor kapanpun itu.
Badak, Lo lembur di rumah sakit aja deh tiap hari! Biar gue bisa rebahan terus. Gak ada yang ganggu.
Pukul 3 pagi, tapi mataku masih belum mengantuk. Aku sudah berusaha memejamkan mataku agar tertidur. Tapi tetap saja, tidak bisa. Tanganku lantas mengambil laptop yang ada di atas nakas dan meletakkannya di atas pahaku. Aku menyenderkan punggungku di sisi ranjang untuk mengambil posisi ternyaman. Dan mulai memutar beberapa Vidio yang ada di YouTube. Vidio-vidio fancam EXO yang di unggah oleh beberapa fans.
"Jan ngadi-ngadi lu Hun! Buka-buka sembarangan." ucapku saat Sehun melakukan dance practice.
"Maksud lu ape tatapannya begitu? Mau bikin jantung gue ke lempar sampek Pluto?"
"Ya Gusti, Kaitem gak ada akhlaknya!"
Cklek!
Aku mengerutkan dahiku saat mendengar suara knop pintu kamar yang dibuka. Badak! Pak Jefri udah pulang. Aku segera menutup laptopku tanpa mematikannya terlebih dahulu. Dan berpura-pura tidur agar Pak Jefri tidak curiga sama sekali. Aku mendengar suara derap langkah Pak Jefri yang mendekat ke arahku.
"Saya tau kamu cuma pura-pura tidur!"
Ya Gusti, Alasan apalagi gue!
Aku perlahan membuka kelopak mataku. Pak Jefri duduk di samping ranjang sedang menatapku tajam.
"Eh Badak, udah pulang?"
"Maksudku, Bapak udah pulang Pak?" Aku meringis ke arah Pak Jefri yang menatapku tajam.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanyanya ketus ke arahku.
"Nungguin Bapak,"
"Jangan bohong!"
"Bener kok! Saya nungguin Bapak. Saya mau nagih hadiah yang Bapak janjikan ke saya tadi pagi. Mana hadiahnya sekarang?"
"Hadiah?" Ia mengerutkan dahinya seolah-olah lupa kalau berjanji ingin memberikan hadiah.
"Bapak jangan pura-pura pikun begini. Mentang-mentang udah tua. Saya udah berharap dari tadi siang. Sampai nggak bisa tidur,"
Ia sedikit berdehem, "Ada di tas saya,"
"Nah gitu dong! Tas Bapak mana?"
"Ketinggalan di rumah sakit," jawabnya dengan enteng.
"Pak, Jangan ngajak ribut!" pekikku. Rasanya ingin menjambak kepala Pak Jefri saat ini.
Ditanya baik-baik bukanya dijawab yang bener, malah ngajak ribut.
Pak Jefri beranjak dari duduknya. Tangannya sedikit melonggarkan ikatan dasi yang melingkar di lehernya. Ia mengambil tas kerjanya yang diletakkan di meja kamar. Dan mengambil sebuah paper bag berwarna biru dengan aksen pita kecil berwarna pink.
"Ini!" ucapnya seraya menyodorkan Paper bag yang ia pegang.
Mataku berbinar sempurna saat Pak Jefri memberikan Papar bag tersebut ke arahku, "Widih! Pakek dibungkus paper bag segala. Bapak mau belajar romantis ya?"
"Buka saja!"
Yakin nih gue isinya album. Soalnya agak berat! Kalo printilan nggak mungkin.
Aku perlahan membuka bingkisan paper bag yang diberikan Pak Jefri. Ini kenapa di bungkus pakai kertas lagi? Ribet amat! Aku lantas membuka kertas yang membalut isi dari bingkisan paper bag tersebut. Mataku membulat sempurna saat melihat isi paper bag yang diberikan Pak Jefri.
"Hadiah dari saya bagus kan?" tanyanya ke arahku.
Bagus bagus Pala Lo!
"Bapak ngapain beliin saya hadiah begini? Saya udah berharap tinggi biar dapat album EXO atau nggak printilan-printilan KPop lainnya. Udah tinggi-tinggi berharap. Eh, malah Bapak jatuhin saya pakek rudalnya Kim Jong Un. Sakit Pak diginiin!"
"Hadiah yang saya berikan juga akan kamu butuhin nantinya,"
"Ya tapi kan saya berharapnya Bapak ngasih saya Album, bukan ngasih saya buku metodologi penelitian,"
"Harusnya kamu bersyukur, masih saya belikan hadiah."
"Tau ah, Pak!"
Bersambung....
Malang, 5 Juli 2020
🌸🌸🌸
Maapkaaannn authorrr kemarin nggak update soalnya sakit gigi wkwk sekarang gantinya update ini panjang kan part-nya?
Makasih udah nungguin, makasih juga udah vote sama komen 😭 menangisss sekebon Pak Jefri kurang dari dua Minggu udah 1700 aja.
Abaikan typo dan sejenisnya yaaaa maapppp Jan ambil hatiii pokoknya tetep tungguin author update.
Yaudah ya gausah banyak bacot Authornya wwkwk
Terima kasihhh 😍😍😍
See you next chapter.
Jangan lupa rekomendasikankan cerita ini ke yang lain ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top