BAGIAN 12 - TOKO BUNGA
Pagi ini aku belajar memasak makanan apa saja yang bisa di masak. Kata Pak Jefri dia sudah membelikan beberapa bahan masakan dan ditaruh di kulkas. Karena hari ini kelas libur, jadi aku memanfaatkan pagiku untuk memasak sarapan. Biasanya kalau kelas libur, pasti aku habiskan buat bermanja-manjaan dengan kasur kesayangan sampai siang. Tapi sekarang tidak bisa, mulut Badak Liar pasti tak henti-hentinya mencibirku. Jadi aku membiasakan setiap pagi memasak untuk sarapan dan makan siang. Tidak tau enak atau tidak. Dari pada terus-terusan membeli. Kasihan Badak juga!
Tanganku membuka pintu kulkas untuk mengambil bahan-bahan memasak yang sudah tersedia. Aku mengambil kangkung, telur, bawang, cabai, dan beberapa bahan lainnya. Kalau masak aneka tumis dengan panduan resep di internet aku masih bisa. Tapi kalau memasak yang aneh-aneh dan melibatkan banyak bumbu seperti santan atau bumbu rumit lainnya aku tidak bisa. Ralat, bukan tidak bisa. Tapi belum bisa.
"Saya bantu!" seru Pak Jefri tiba-tiba saat ia melihatku sedang mengiris bawang di dapur. Pak Jefri memakai pakaian santai. Hanya kaos putih polos dan setelan joger pants warna hitam. Ia sengaja memakai pakaian seperti itu karena tidak pergi bekerja. Hari ini Pak Jefri masuk shift malam.
"Tumben Pak, baik!" cibirku.
"Saya tidak yakin kalau kamu yang masak sendiri, masakannya jadi enak."
"Kalau ada Bapak masakannya makin nggak enak,"
Pak Jefri melirikku tajam, "Nggak usah banyak ngomong. Saya udah lapar!"
Pak Jefri lantas mulai membantuku mengiris bawang, cabai, dan beberapa bahan masak lainnya. Sedangkan aku menyiapkan penggorengannya. Sembari menunggu minyak panas, Aku memasak nasi di rice cooker terlebih dahulu.
Aku memasukkan beberapa bumbu yang sudah siap untuk di tumis. Karena bahan masak hanya ada jamur, kangkung, dan telur. Ya sudah, aku memasak seadanya saja. Lagipula aku juga tidak bisa memasak yang ribet-ribet. Kalaupun nanti Si Badak komplain ini itu biarkan saja.
Pak Jefri duduk di ruang makan dan menunggu masakan siap. Ia hanya duduk-duduk seraya tangannya memainkan ponselnya. Sesekali tangannya menuangkan air putih ke dalam gelas. Maksudku gelas miliknya. Gelasku masih kosong dan dia tak ada inisiatif menyiapkan untukku juga.
"Ini Pak, makanannya!" ucapku seraya meletakkan tumis kangkung dan telur dadar yang sudah matang di meja ruang makan. Menu makan hari ini sama seperti menu makanku sehari-hari di kos. Ya, memang aku bisanya menu-menu seperti ini saja.
Aku mengambil duduk di depan Pak Jefri. Tanganku mulai mengambil nasi dan beberapa lauk untuk kumakan. Karena jujur aku juga sudah lapar dari tadi.
"Umi pernah bilang kebiasaan yang seharusnya dilakukan istri saat di meja makan adalah mengambilkan makanan untuk suami." serunya seraya masih fokus memainkan ponsel miliknya. Sebenarnya aku tahu kalau Pak Jefri menyindirku.
Aku menghela napas kasar, "Bilang aja Pak, kalau mau diambilin. Nggak usah pakek Umi bilang Umi bilang," aku lantas mengambil piring Pak Jefri dan mengambilkan sedikit nasi beserta lauk yang ada di meja makan.
"Nih!" ucapku seraya menaruh piring Pak Jefri di hadapannya.
"Saya hari ini masuk shift malam dan kerjaan saya banyak. Jadi saya harus makan banyak,"
Bilang aja porsinya kurang! Nggak usah belibet deh Lo, Badak!
Aku mengambil piring Pak Jefri lagi dan menambahkan sedikit nasi ke piringnya, "Nih!" ucapku dengan nada ketus.
"Kamu tidak ikhlas ngambilin saya makanan?"
Pagi-pagi udah mancing keributan aja!
Aku menghelas napas panjang, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kesabaran yang terbuang. Hari ini aku tidak mau mengotori mulutku untuk mencibir Pak Jefri. Jadi aku tidak mau menanggapi komentar dari Pak Jefri dengan membantahnya.
Bibirku kupaksa untuk menyunggingkan senyuman ke arah Pak Jefri, "Ikhlas Pak. Kan ini tugas saya sebagai istri."
"Bagus!" jawabnya singkat.
Bagus bagus Pala Lo gue tebas ya Badak!
"Kamu besok ada kelas?" tanyanya ke arahku.
"Libur,"
"Kuliah macam apa kamu libur terus,"
Aku menghela napas kasar lagi dan lagi. Sebenarnya Pak Jefri mau adu mulut atau makan di meja makan? Bikin darah tinggi naik aja.
"Memangnya Bapak dulu pas kuliah nggak pernah libur? Nggak pernah dosennya tiba-tiba minta ganti jadwal? Nggak pernah tiba-tiba dosennya lagi di luar kota? Meskipun kadang hampir semua mata kuliah nggak masuk di otak kalau kelas. Gini-gini saya nggak pernah bolos,"
Kebiasaan si badak kalau ngomong nggak pernah difilter, bikin emosi pagi-pagi!
"Siapa tau kamu diem-diem bolos. Bilangnya libur ternyata ada kelas." lagi-lagi ia mencibirku.
"Curigaan mulu sama saya! Nggak kebayang nanti kalau saya selingkuh dikit pasti langsung curiga."
"Kalau yang itu, saya nggak curiga,"
"Memangnya kenapa?"
"Memangnya ada yang mau sama kamu?"
Nggak bisa dibiarin lama-lama mulut Si Badak!
Aku tersenyum miring, "Memangnya ada juga perempuan yang mau sama Bapak?" cibirku kembali ke arah Pak Jefri.
"Ada-"
"-Cuma saya-nya yang nggak mau,"
Anjirrr sok ganteng! Pengen gue tabok aja.
"Terserah Bapak aja deh, saya capek debat hal-hal yang nggak penting kayak gini."
Aku lantas melanjutkan makanku tanpa mempedulikan Pak Jefri. Bisa-bisa tekanan darah pecah lama-lama kalau sudah debat dengan Pak Jefri. Mau bagaimanapun topiknya, dia selalu tidak mau dibantah. Tapi pandai sekali membantah. Nggak tau di luar sana seperti ini atau tidak kharakternya. Yang jelas menyebalkan kalau di rumah.
"Saya sudah selesai makan." ucapku yang mulai beranjak dari tempat duduk.
"Kamu mau kemana?" tanyanya ke arahku.
"Ya kan udah saya bilang, hari ini saya mau jenguk Mama."
"Tunggu bentar," ucapnya lagi menahanku.
"Memangnya ada apa?"
"Saya bilang tunggu ya tunggu."
Pak Jefri beranjak dari duduknya dan sedikit berlari menuju kamar. Tidak tahu mau apa. Aku mendudukkan kembali tubuhku di kursi sembari menunggu Pak Jefri.
Selang beberapa menit, ia kembali dengan membawa kunci mobil yang ada di tangannya dan memakai jaket denim untuk menutupi kaos putih yang ia pakai, "Ayo berangkat!"
Bilang aja mau nganter! Gengsi amat!
Aku tersenyum miring ke arah Pak Jefri. Tidak bisa ya gengsinya diturunkan sedikit? Pak Jefri melangkahkan kaki menuju mobilnya yang terparkir di garasi. Dan aku mengekor di belakangnya.
"Pak Jefri mau ikut jenguk Mama?" tanyaku ke arahnya saat sudah berada dalam mobil. Dan Pak Jefri mulai fokus menyetir.
"Saya sekalian ada urusan di rumah sakit,"
Aku mengerutkan dahiku, "Ada urusan kok nggak bawa tas?"
"Urusan sebentar sama temen,"
"Oh iya? Temen yang mana Pak? Emang Bapak punya temen?"
"Kalau nggak penting. Nggak usah ngomong!"
"Kan saya cuma tanya Pak,"
"Pertanyaanmu nggak penting,"
"Basa-basi aja Pak biar nggak krik-krik di mobil. Kanebonya belum dibasahi ya? Kaku amat,"
Kaki Pak Jefri tiba-tiba menginjak rem mendadak. Lagi dan lagi satu mobil dengan Pak Jefri sukses membuat serangan jantung tiba-tiba. Sampai kepalaku sedikit terbentur dashboard yang ada di depanku. Untungnya aku memakai sabuk pengaman, jadi benturannya tidak terlalu keras.
"Pak kalau mau ngerem mendadak tuh bilang," protesku.
Pak Jefri menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya, "Mau cepat sampai apa saya puter-puter dulu ke sembarang arah biar nggak sampai-sampai."
"Ya, cepet sampai lah!"
"Ya udah, nggak usah ngomong yang nggak penting!"
Tau gitu kan nggak usah dianter Pak Jefri kalau ujung-ujungnya ribut terus!
Berapa lama lagi aku harus memompa stok kesabaranku berhadapan dengan Pak Jefri? Kalau ada lelang suami sudah aku lelang sejak awal menikah. Sayangnya, aku tidak yakin ada yang betah berumah tangga dengan Pak Jefri. Alibinya saja yang sok semua orang mau dengan dia. Nyatanya, aku yakin tidak akan ada yang mau.
"Pak!" Aku tidak mau berdebat hal-hal yang tidak penting lagi. Jadi aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Hm," gumamnya singkat.
"Sebelum ke Mama, anterin saya beli bunga mawar pink ya di toko bunga! Soalnya Mama suka banget sama mawar pink. Beda sama saya nggak suka semua jenis bunga,"
"Saya nggak tanya kamu suka bunga atau tidak."
Sabar Ayana!
Aku mendelik ke arah Pak Jefri, "Anterin saya!"
"Iya,"
Pak Jefri memarkirkan mobilnya di depan toko bunga terdekat. Untung, di sepanjang jalan yang dilewati ada beberapa toko bunga jadi tak perlu mencari toko bunga ditempat yang arahnya agak jauh.
Aku turun terlebih dahulu dari mobil. Dan Pak Jefri menyusulku. Langkahku terhenti di depan salah satu bunga mawar yang berwarna pink. Bunganya tampak segar dan cantik. Pasti pemilik toko baru saja memetiknya.
"Mbak, saya mau bunga ini satu bouquet," ucapku ke arah salah satu pegawai bunga.
"Ditunggu ya mbak, saya rangkai dulu sebentar."
"Iya, 1 saja ya mbak,"
"2 bouquet, modelnya samain aja," ucap Pak Jefri tiba-tiba mengkoreksi pesanan bungaku.
"Lah? Saya kan butuhnya cuma satu Pak, Bapak mau kasih saya bunga juga?" ucapku ke arah Pak Jefri.
"GR kamu. Saya mau kasih bunganya ke kucing,"
"Bapak bisa aja nih ngelesnya. Kucing siapa? Memangnya sejak kapan kucing doyan bunga?"
Pak Jefri tak mempedulikan pertanyaanku, "Pesan 2 hand bouquet ya Mbak? Nanti notanya kasih ke saya," pinta Pak Jefri ke pegawai toko bunga tersebut.
Terhitung lima belas menit Pegawai toko merangkai bunga pesananku. Sorot mataku menatap lekat bunga yang telah dirangkai oleh penjaga toko. Cantik! Aku jadi tidak sabar ingin berikan bunga itu ke Mama.
"Ini bunga pesanannya. Pesanan hand bouquet ada dua. Jadi totalnya Rp. 800.000,"
Pak Jefri memberikan beberapa lembar uang ratusan ke penjaga kasir. Sebenarnya aku ingin pakai uangku sendiri untuk membayar. Tapi Pak Jefri menolak. Ya sudah, rejeki mana bisa ditolak.
"Pegangin bunga milik saya, jangan sampai rusak! Yang milik saya itu buat seseorang." perintahnya ke arahku seraya tangannya menyodorkan 2 bouquet bunga. Yang satu milikku dan yang satunya pesanan milik Pak Jefri.
Yaelah! udah nitip, maksa lagi!
Bersambung....
Malang, 3 Juni 2020
🌸🌸🌸
Segitu dulu yak gaesss! Besok lagi wkwkw btw bunganya aku dapat dari pinterest. Tapi di shoppe atau toko online lainnya kayaknya ada. Kalau mau nyari bunga kayak gitu. Itu author nyari disana gambarnya. Bukan di endorse ya 😭
Btw Pak Jefri mau ngasih bunga ke siapa sih gaya amat pakek jangan dirusak jangan dirusak wkwkw bilang aja ngasih ke siapa gitu kan author juga pengen dikasih pak Jefri wkwkw
Btw makasihh udah baca sampai sejauh ini. Makasih udah vote komen juga jangan lupa follow juga yak wkwk
Author pengen dong vote sama komennya di bawah biar semangat up lanjutannya.
Abaikan typo yak soalnya up malam tuh banyak khilafnya wkwkw
See you next chapter 🤡
Vote sama komen jangan lupa author tunggu besok buat semangatin author nulis. Besok nggak janji up tepat waktu ya karena ada tugas juga yg harus diselesaikan. Pokoknya yang penting up tungguin aja 🥰
Love you 🐻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top