BAGIAN 1 - PEMATERI SOSIALISASI

"Mamaaat, pemateri buat sosialisasi besok udah lo urus belum?" tanya Adisa--Ketua divisi kesehatan. Adisa itu ditunjuk sebagai ketua divisi kesehatan karena dia dan Mamat memang kebetulan dari anak fakultas kesehatan. Jadi tak heran kalau dia tau-menahu mengenai divisi ini. Kalau aku? Nggak usah ditanya, aku seorang korban tebang pilih teman-teman satu angkatan KKN yang memasukkanku secara paksa ke divisi kesehatan karena divisi lainnya sudah penuh.

Siang ini semua kelompok divisi melakukan tugasnya masing-masing. Termasuk devisiku, hari ini adalah agenda rapat anggota divisi untuk proker sosialisasi yang diadakan besok. Adisa yang memimpin rapat. Karena memang dia koordinator divisi. Mamat sekretaris divisi. Dito kriwil bendahara divisi. Dito, meskipun rambutnya bak mie pangsit yang dijual Bang Sobri, tapi jangan ragukan keahliannya dalam menghitung uang dan pembukuan keuangan. Ya secara, dia anak matematika tapi dimasukkan paksa ke divisi kesehatan. Jadinya mau tidak mau dia harus jadi bendahara divisi.

"Udah semua dong! Kebetulan Gue kenal sama pematerinya. Tapi masalahnya Gue nggak bisa jemput Bapaknya. Tau sendiri kan, Gue sibuk ngurus proker posyandu sama Pak RT,"

"Terus ini siapa yang jemput Bapaknya?"

"Ayana! Iya kan Ay?" jawab Mamat dengan entengnya.

"Hah? Yang bener aja Lo Mat! Gue kagak kenal juga gimana mukanya. Ah elah, terus nanti sore gue jemputnya dimana? Sama siapa? Ya masak sendiri sih!"

"Tinggal jemput doang Ay, Nanti Bapaknya minta dijemput depan gapura masuk pedesaan."

"Naik apaan?"

Mamat tampak menghela napas panjang, "Naik ojek mamang-mamang yang mangkal di depan posko. Soalnya sepedah motor disini udah banyak yang dipakai devisi lain. Nanti pulangnya bareng Bapaknya. Soalnya Bapaknya naik mobil."

"Kalo bapaknya nggak mau nebengin?"

"Lo ngesot aja dah ribet amat hidup Lo!" jawabnya seraya menjitak kepalaku.

"Bapaknya tadi bilang ke gue sendiri. Elah nih bocah! Dah, Gue mau urus proker posyandu dulu," ucapnya lagi dan kemudian meninggalkanku.

"Dit, temenin gue dong Dit? Jemput Bapaknya." pintaku ke Dito agar dia mau menemaniku menjemput pemateri sosialisasi.

"Ay, gue sibuk ngurus laporan keuangan devisi buat disetor besok." tolaknya seraya masih sibuk menghitung uang yang ada di genggamannya. Tega bener!

🌸🌸🌸

Aku terpaksa naik ojek Abang-abang yang mangkal di sebelah posko KKN-ku. Rasanya ingin menjitak kepalanya Si Mamat. Bisa-bisanya tanggung jawab ini diserahkan ke aku. Ditambah lagi beban harus menjemput Bapak pemateri sosialisasi. Kalau nanti tiba-tiba Bapaknya macem-macem sama aku bagaimana?

Aku mengedikkan bahuku. Ngeri!  Membayangkan hal-hal aneh yang bisa saja terjadi. Bayangkan saja, kalau ternyata pemateri sosialisasi Bapak-bapak kumisnya tebal, perutnya buncit, terus jokesnya garing di mobil. Dan satu lagi, nanti kalau Bapaknya mesum bagaimana?

Woii jangan sampai terjadi! Gue belum dilamar Sehun udah dinodai bapak-bapak! Nggak mauuu!

"Neng, udah sampai gapura?" ucap abang ojek yang ada di depanku. Dan aku masih mematung di atas motor miliknya.

"Oh, iya Bang!" Aku segera turun dari motornya.

"Ngelamun mulu Neng dari tadi." tanyanya menatap ke arahku.

"Kagak Bang, tadi cuma kepikiran tugas aja,"

"Yaudah, Balik dulu ya Neng, apa perlu ditemenin," tawar Abang Ojek tiba-tiba.

Mataku membulat sempurna, "Ka-kagak Bang Makasih," aku segera beranjak menjauh dari Abang Ojek tersebut setelah memberikan ongkos untuknya. Pikiran tentang bapak-bapak pemateri aja belum berakhir ini ditambah Abang ojek mau nemenin. Bisa-bisa ayan ditempat Gue!

Aku berjalan sedikit ke arah bangku kayu yang ada di samping gapura. Mamat benar-benar bikin emosi. Tanganku meraba-raba Sling bag yang aku bawa dan mengambil ponsel yang ada di dalamnya. Aku mencari kontak nomor Mamat yang ada di ponselku dan menelfonnya untuk menanyakan keberadaan Bapak pemateri yang sebenarnya sudah sampai mana.

"Heh Bajigur! Bapaknya lama banget anjirr Gue udah berasap disini dari tadi!" ucapku sedikit kencang memarahi Mamat yang ada di sebrang telepon.

"Sabar-sabar! Bentar lagi sampai," jawabnya enteng.

"Sabar mulu Lo, ubun-ubun Gue udah berasap ogeb!"

Din....Din....
Tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkanku. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depanku. Aku lantas mematikan sambungan telfon dari Mamat. Ini kali ya mobil bapak pemateri?

Serem banget mau naik! Takut di apa-apain!

Kaca mobil sedikit terbuka dan menampakkan seorang laki-laki mengenakan kemeja putih yang lengannya setengah di gulung. Sampai jam rolex yang melingkar di tangan kirinya terlihat. What! Apa-apaan! Bapak-bapak berkumis tebal dimana? Kok modelannya begini? Salah orang ini pasti. Ganteng cuy! Eh tapi, masih ganteng Sehun sih!

"Temannya Mamat?" tanyanya seraya melirik ke arahku.

Lah? Woii kok kenal Mamat?

"Eum, I-iya!" jawabku sedikit kikuk.

"Masuk!" titahnya ke arahku.

Apenih? Kok tiba-tiba nyuruh masuk? Ntar kalo Gue diculik gimana? Eh tapi kalo yang nyulik modelan begini kagak nape-nape gue ikhlas!

Aku berusaha menenangkan pikiran-pikiran kotor yang melayang di otakku. Begini nih! Kalau kebanyakan baca wattpad yang ada delapan belas coret. Pikiran jadi ikut kemana-mana. Tanganku mencoba membuka knop pintu mobil dengan pelan. Aku mengambil duduk di kursi depan sebelah Si Bapak pemateri.

"Nama kamu siapa?" tanyanya tanpa melirik ke arahku dan masih fokus menyetir.

"Ayana Pak,"

"Nama lengkap? Jurusan?" tanyanya lagi.

Woii nggak sekalian nih alamat, tanggal lahir, makanan kesukaan, minuman kesukaan, biar kayak ngisi biodata di binder jaman SD.

"Ayana Aurora Pamungkas. Tapi saya bukan anaknya Bambang Pamungkas ya Pak? Cuma nama saya aja yang kebetulan sama ada Pamungkasnya. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian."

Dia sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya dan masih fokus menyetir, "Nama panggilan?" tanyanya lagi.

Ini kenapa dah tanya nama mulu!

"Ayana Pak!"

"Ana?"

"Ayana Bapak,"

"Oh," jawabnya singkat seraya mengangguk-anggukan kepalanya lagi.

Ganteng-ganteng budeg amat!

"Sosialisasi buat besok lusa sudah berapa persen?"

"Tinggal menata ruangannya saja Pak,"

"Saya tanya berapa persen. Bukan tanya ruangannya."

Dahlah gue mau jadi ubur-ubur aja! Ganteng-ganteng ngeselin buat apa!

Aku memutar bola mataku. Kalau bukan pemateri sosialisasi untuk proker besok, ingin rasanya menjambak dan mengobrak-abrik wajahnya. Aku sedikit menghela napas lagi dan lagi. Stok kesabaran lama-lama habis hanya gara-gara bicara sama Si Bapak Pemateri. Sabar Ayana! orang sabar banyak gebetannya, "70 persen Pak," jawabku singkat.

"Sudah buat banner? Kemungkinan ada berapa orang yang mengikuti sosialisasi besok?" tanyanya lagi dengan santai. Lagi-lagi tanya. Tanya terus sampai sukses.

"Mending Bapak tanya Mamat, Dia yang tau segalanya Pak,"

Dia tiba-tiba menghentikan mobilnya secara mendadak dan melirik tajam ke arahku menandakan ketidaknyamanan saat aku menjawab pertanyaannya. Tatapannya seolah-olah ingin menerkamku. Habis riwayat kamu Ayana!

"Kalau ditanya sama yang lebih tua itu yang sopan."

Gue nggak sopan di bagian mananya anjirr? Tidak! Ayana jangan membuat masalah baru dengan orang yang tidak dikenal. Mungkin Si Bapak lagi PMS jadi emosinya kurang terkontrol. Ya, anggap saja begitu.

Aku segera memasang senyum ke arahnya. Takut tiba-tiba Si Bapak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena salahku. Eh, bukan salahku. Karena kesalahpahaman.

"Ma-maaf Pak maksud saya, saya memang tidak tahu lebih banyak mengenai sosialisasi besok. Yang tau datanya dan keseluruhannya Adisa sama Mamat. Karena memang mereka dari anak kesehatan dan lebih tahu dari saya." ucapku yang masih menunduk. Aku masih tak berani menatapnya. Serem coii!

Dia mengalihkan pandangannya ke arah jalan lagi dan mulai fokus menyetir. Tanpa menjawab permintaan maafku. Cih! Benar-benar sombong sekali. Tapi tak apa. Aku sedikit menghela napas lega karena tak jadi dimarahi dan diterkam. Kalau seperti ini terus bisa-bisa jantungku sudah tidak ada di tempat. Ah, mau cepet-cepet selesai KKN! Mimpi buruk seperti apalagi besok?

"Turun!" titahnya.

Aku melirik sekilas ke arah jendela. Oh, sudah sampai posko. Pantas saja dia menyuruhku untuk turun dari mobil. Aku kira dia menurunkanku di tengah jalan raya sendirian.

Tanganku membuka knop pintu mobil dengan pelan dan diikuti dengan dia yang juga turun dari mobil. Aku segera menutup pintu mobil kembali.

Brakk!

Aku terlonjak saat tak sengaja menutup pintu mobilnya terlalu keras. Bukan salahku! Aku tidak sengaja. Serius!

"Kalau nutup pintu mobil yang pelan. Ini mobil saya, bukan angkutan umum!" ucapnya dan kemudian memasang tatapan tajam ke arahku.

Ya Rabbi! Salah lagi. Beneran nggak sengaja woii bukan mau ngajak ribut!

Aku berjalan satu langkah di belakang Pak--Ah, tidak tahu siapa namanya. Dia berjalan ke arah Mamat yang sudah menyambutnya di depan pagar posko KKN. "Jadi rapat sama saya membahas sosialisasi besok?" tanyanya ke arah Mamat.

"Jadi Pak, nanti jam 7 malam ya?"

Dia mengangguk. Dan kemudian mengikuti Mamat yang masuk ke dalam. Aku kira dia hanya sekedar memberi materi buat sosialisasi besok. Boom! Nyatanya ada rapat paripurna bareng dia lagi. Sudah dipastikan hidupku tidak tenang sampai besok. Woii! Mamat bawa Badak Liar dari mana sih! Bikin emosi.

Bersambung....

Malang, 21 Juni 2020.

🤡🤡🤡

Woii ini cerita barunya Pak Jefri. Dah ya? Jan lupa vote komen sama sekalian follow jugaaa nih akun kalo suka. Biar aku cepet update part 2 nya. Ya pokoknya betah-betahin baca bacotan Ayana aja ya?

See you 🐻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top