[9] Shitty Accident

Gue mendengus.

Terus jadinya nggak kerjain tugasnya gitu? Gue, sih nggak mau ngerjain berdua sama Chanyeol. Gue takut dia bakal ngancem gue yang aneh-aneh lagi.

Sialan emang si Winwin sama Salsa. Bikin stress orang aja. Masih mending dipresentasiinnnya minggu depan, lah ini malah besok pagi.

Kayaknya nggak ada cara lain selain gue kerjain sama dia. Karena gue rasa kalo ngerjain sendiri gue nggak bakal mampu. Yah, tau lah otak gue minim banget.

"Ya terus kalo nggak ada mereka, nggak usah ngerjain gitu?" Gue menatap dia sinis. Chanyeol masih natap gue datar. Dia duduk di depan gue dengan jarak cukup jauh. "Mana sini kertasnya," dia mengambil alih kertas yang ada di tangan gue.

Akhirnya dia mau ngerjain juga. Yah, walaupun gue ragu hasilnya bakal bagus apa nggak, yang penting kita udah berusaha buat ngerjain.

Gue cuma ragu aja sama ini orang. Muka dia itu brengsek, biasanya, kan kalo orang brengsek umumnya otak mereka cetek. Jadi wajar aja kalo misalnya gue menebak dia otaknya sama kayak gue, sama-sama cetek.

Kalo orang bego ketemu orang bego, apa yang terjadi nantinya?

Kayaknya emang udah nasib nilai tugas gue kecil lagi.

"Ini gampang. Lo ketik apa yang ada di pikiran lo pas denger kata 'diselingkuhin pacar,' " kata dia santai sambil mengembalikan kertasnya ke gue.

Sialan, sok banget dia ngomong ini gampang.

Gue menatap dia kesal. "Gampang, gampang. Nih ngomong sama ketek gue!"

Chanyeol menyenderkan punggungnya di sofa. "Emang gampang, kok. Lonya aja yang bego."

Astatang. Masih gue seleding, ya belum gue liatin!

Karena udah gedeg banget, gue menatap dia tajam dan menggertakkan gigi. "Oh gitu? Coba gue tanya, menurut lo apa itu 'ditinggal pacar pas masih sayangnya'?" Gue senyum miring sambil menatap dia dengan tatapan menantang.

Mampusin aja dah, nggak bisa ngomong.

Chanyeol senyum miring, terus langsung balas menatap gue. "Saat kita masih menyimpan kepercayaan ke seseorang yang kita kira selalu ada buat kita. Dan nggak sadar ternyata mereka itu adalah orang yang salah buat kita. Kecewa udah biasa, bagian melupakan yang sulit."

Gue nggak tahu apa yang dia omongin, karena pas tadi dia ngomong, semua ucapannya itu berasa kayak bergema, dan nggak bisa gue denger dengan sempurna.

Ini gue yang budeg apa terlalu bego sama ucapan dia itu?

Gue menganga lebar sambil natap dia kaget. Kayaknya udah salah gue menganggap dia punya otak cetek. Karena gue sendiri lah yang berotak cetek di sini.

Seakan tersadar dengan keadaan, gue langsung merubah raut wajah gue dan menutup mulut gue yang sempat menganga tadi. Gue berdehem sambil sesekali ngelirik dia yang lagi natap gue penuh kemenangan.

Sialan! Dia tau kalo gue udah skak mat sama penjelasannya tadi.

"Ehem, tadi gimana ngerjainnya?" Gue menutupi rasa malu gue dengan mengalihkan perhatian gue ke laptop sambil pura-pura mengetik sesuatu di sana.

Chanyeol bangun dari tempatnya, terus tiba-tiba duduk di samping gue. Gue sedikit menjauh sambil natap dia penuh tanya. "Lo ngapain?"

Chanyeol ngambil laptop gue dan menatap hasil kerja gue yang sama sekali belum gue tulis. Iya, lah! Gimana mau ngerjain kalo gue aja nggak ngerti sama yang diomongin dia?

"Nggak guna juga sebenernya lo di sini, karena ujungnya juga bakal gue yang kerjain," dia mulai mengetikkan sesuatu di sana.

Tunggu-tunggu. Jadi menurut dia gue nggak bisa ngerjain gitu? Wah wah nggak bener ini! Penghinaan namanya!

Tapi, emang iya, sih. Gue nggak bisa ngerjain itu tugas.

Heheu.

"Yeuu songong banget lo mentang-mentang bisa ngerjain!" Omel gue ke dia.

"Gue nggak bakal songong kalo lo bego."

Ampas.

Gue dihujat mulu sama dia. Jadi gedeg sendiri lama-lama!

Gue menarik telinga dia yang caplang dengan gemas sambil marah-marah, "Ngomong sekali lagi gue sleding lo!"

Chanyeol meringis sambil natap gue tajam. "Bingung gue kenapa Lay bisa mau sama asu kayak lo."

"Yeu tayi ledik," gue menoyor kepala dia. Kayaknya menyiksa cowok bertelinga lebar ini udah jadi kegemaran baru buat gue.

Hmm, gue jadi penasaran sejarah sehun dkk ketemu sama ini orang.

"Btw, kok lo sama sehun dkk bisa sohiban lama? Ketemu dimana emang?"

Chanyeol masih mengetik, tapi dia menjawab pertanyaan gue. "Kita berdelapan itu udah kenal dari jaman orok. Jadi wajar sampe sekarang masih sama-sama."

"Terus kenapa gue nggak kenal elo? Maksudnya, kan gue juga sohiban sama mereka semua udah 1 tahun, tapi mereka nggak pernah cerita kalo punya sohib macem lo," kata gue dengan nada penuh penasaran.

Harusnya, kan mereka bilang kalo punya temen yang mirip sama Chanyeol EXO. Kan mereka tahu kalo gue cinta mati sama Chanyeol EXO.

"Itu karena gue udah lama tinggal di Korea. Jadi mungkin mereka nganggap kalo gue nggak bakal balik lagi ke sini," jawab dia dengan tangan yang masih sibuk mengetik.

Oh, jadi itu alasannya kenapa pas gue ceritain ada jelmaan Chanyeol jadi tetangga gue mereka kayak kaget gitu.

Tunggu-tunggu, tadi dia bilang dia tinggal di Korea, jadi dia beneran Chanyeol?!

"Lo itu Chanyeol atau bukan, sih?!"

Chanyeol natap gue aneh, "Lo mabok? Nama gue Chanyeol!"

Gue membenarkan posisi duduk gue dan menatap dia dalam. "Coba lo sebut apa kekuatan lo."

Gue harus memastikan apakah dia bener Chanyeol EXO atau bukan. Karena kalo dia beneran Chanyeol EXO, gue bakal nikahin dia di sini, sekarang juga.

"Gue manusia biasa, ya! Bukan power rangers!"

Yeu sialan!

Heuh, gue rasa dia beneran jelmaan Chanyeol. Nggak gue ragukan lagi ini, mah!

"Lagian lo di Korea ngapain?" Tanya gue kepo.

Dia berhenti mengetik terus menatap lurus ke layar laptop. "Liburan."

"Bohong. Mana ada liburan sampe lama gitu."

Chanyeol menghela nafas, terus natap gue jengah. "Gak usah ngepoin hidup orang kenapa, sih!"

Gue mendengus kesal. "Ya elah banyak bacot banget lo. Tinggal jawab apa susahnya!"

Chanyeol nggak ngubris omongan gue, dia masih berfokus sama apa yang diketiknya di laptop gue. Gue nggak tahu apa yang lagi diketiknya sekarang, karena kalo gue mencoba ngertiin materi yang ditulisnya, otak gue malah nambah cetek nantinya.

Ada yang kayak gitu nggak, sih?

Gue mendecak. "Gue boleh ngambil minum gak?"

Chanyeol mendesis ke gue, "Ngambil kue gue aja langsung nyomot. Mau minum malah permisi dulu," cibir Chanyeol yang dijawab cengiran sama gue.

Bener juga.

Gue langsung bangkit dari tempat duduk gue, dan mencari dapurnya.

Gila aja, gue nyari-nyari dapurnya daritadi nggak ketemu juga, saking luasnya ini rumah. Kaki gue sampe pegel jalan terus. Melihat rumah kayak gini gue jadi mengurungkan niat gue yang pengen punya rumah gede dan luas.

Setelah beberapa kali gue nyari, akhirnya tempat yang daritadi gue cari ketemu. Langsung aja gue minum di sana. Tenggorokan gue seret karena makan kue kering kayak tadi, makanya gue ngambil minumnya nggak bisa dibilang sedikit.

Gue jadi lupa arah ke ruang tamu.

Akhirnya gue mencoba nyari dan nggak butuh waktu lama gue menemukan Chanyeol yang masih berkutik sama ketikannya.

Gue sedikit melirik ke layar laptop gue.

Kalo boleh jujur, sih, nggak ada yang gue ngerti sama ketikan dia di sana. Gue bingung, deh. Ini dia yang kepinteran atau gue yang terlalu bego, sih?

Tiba-tiba aja Chanyeol bangun, terus natap gue. "Itu udah gue kerjain. Tinggal lo print. Jangan lupa suruh Salsa, Winwin hapalin dan pahami," Chanyeol membalikkan badannya, sebelum akhirnya dia menghadap gue lagi. "Lo juga hapalin sama pahami. Gue nggak mau nilai gue ikutan jelek cuma karena penguntit macam lo," Chanyeol natap gue dengan tatapan mengintimidasi.

"Gue bukan penguntit, ya!" Kata gue nggak terima.

Gue mendengus. Gue melangkan kaki gue, berniat untuk mengambil laptopnya, tapi tiba-tiba aja saat gue melangkahkan kaki gue yang satunya, gue kayak menginjak sesuatu yang basah dan akibatnya badan gue nggak bisa menyeimbangkan badan gue dengan benar, gue merasakan badan gue oleng, yang mau nggak mau gue harus mempertahankan keseimbangan dengan memegang sesuatu.

Gue nggak tahu apa yang gue tarik, karena gue cuma memejamkan mata gue takut.

Setelahnya gue cuma bisa merasakan punggung gue yang nyeri, dan kepala gue yang sakit. Sialan, belum pernah gue kepeleset kayak gitu dan berakhir tubuh bagian belakang gue yang duluan mendarat di lantai.

Badan gue terasa berat, dan gue nggak tahu sebabnya. Gue memutuskan buat membuka mata gue. Mata gue langsung bertatapan dengan mata itu, mata orang yang sekarang mukanya cuma beberapa centi dari muka gue.

JANTUNG GUE!!

MANA JANTUNG GUE?!!

Gue cuma nggak ngerti. Kenapa dia tiba-tiba ada diatas gue, dengan muka yang sama terkejutnya kayak gue?

"Chanyeo! Yol! Lo ada di dalem, kan?!"

Sialan! Sekarang kenapa gue malah denger suara Lay di luar?!

Gue semakin membelalakkan mata gue. "Itu siapa??!" Gue cuma bisa bertanya dengan nada panik setengah mati.

Sebelum Chanyeol menjawab pertanyaan gue, orang yang gue anggap Lay itu kembali teriak dari luar.

"Gue masuk, ya, yol!"

Sialan! Gue yakin sekarang kalo itu bener Lay. Bisa bahaya kalo dia nemu gue lagi dalam posisi kayak gini sama Chanyeol.

Gue mendorong badan gede Chanyeol dengan kekuatan penuh.

Gue udah mendengar suara orang membuka pintu dan suara derap langkah kaki orang mendekat ke sini.

SIALAN!

🌹🌹🌹

Masih inget kan Chanyeol sama Rara itu ngambil jurusan 'Ditinggal Pacar Pas Masih Sayangnya?'

Always vote + comment ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top