[33] Curhatan Malam
Gue melirik sekali lagi ke arah ponsel gue yang menampilkan nama Lay di sana. Gue menunggu sampai telfon itu mati, baru kemudian gue mengeceknya lagi dan sudah melihat ada 6 panggilan tidak terjawab dari Lay.
Jujur aja, gue sebenernya nggak mau menghindar kayak gini. Tapi entah kenapa rasanya gue lagi nggak mau ketemu Lay dulu. Perasaan gue resah, dan juga nggak nyaman ketika gue bertatapan muka dengan Lay.
Entah karena efek gue yang lagi PMS karena moodnya jelek, atau karena sebenernya gue hanya takut untuk buat Lay kecewa.
Semenjak Lay udah balik dari China kemarin, bohong kalau gue udah nggak lagi memikirkan tentang perasaan gue dan Chanyeol yang akan ketahuan.
Kelakuan gue dan Chanyeol ketika Lay nggak ada di Indonesia.
Gue selalu memikirkan itu tiap hari, dan memang gue merasa bahwa semakin lama gue menutupi ini semua, pasti suatu saat bakal ketauan juga.
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.
"Rara? Lagi nunggu angkot? Atau dijemput?"
Gue menoleh, dan menemukan Caca yang sedang tersenyum ramah ke gue. Gue sedikit terkejut ketika melihat Caca yang muncul.
Padahal tadinya gue sama sekali nggak mau ada orang di sini. Istilahnya, gue lagi pengen sendirian.
Gue lagi duduk di kursi panjang di sisi jalan yang memang disediakan untuk duduk.
"Eh? Nggak, lagi duduk aja."
Caca duduk di sebelah gue. "Ohh, gitu. Gue lagi nunggu dijemput ayah gue, nih."
Gue manggut-manggut, bingung mau membalas apa.
Akhirnya keheningan melanda kami berdua. Gue yang sibuk main hape, dan Caca yang sedang natap lurus ke depan.
Sebenernya gue nggak bener-bener main hape, gue cuma nge-scroll nggak jelas aplikasi gue. Semua itu gue lakukan agar gue nggak terlalu merasa canggung dengan suasananya.
Kita nggak deket, sih. Makanya canggung kayak gini, yang buat gue pengen cepet-cepet si Caca ini dijemput.
Gue juga nggak tau kenapa susah untuk berinteraksi sama Caca. Padahal gue itu termasuk orang yang friendly.
"Oiya Ra, tadi lo dicariin Lay, lho."
Gue menurunkan hape gue, lalu menatap Caca dari samping. Gila, nggak mengherankan sih Lay sempet suka sama dia. Cantik banget, buset. Bening, udah gitu rambutnya keliatan halus banget.
Pas banget, beberapa helai rambut dia itu terbang ketika ada angin meniup.
Hhh, apalah gue yang rambutnya dicepol asal-asalan kayak mbok-mbok.
"Oh, emang iya?"
Caca ngangguk. Gue memutuskan kontak mata dengan Caca. Kemudian mengangguk, "Yaudah, nanti gue telfon dia."
"Ca? Lo emang sedekat itu sama Lay, ya?" Gue kaget saat mulut gue malah mengeluarkan pertanyaan itu.
Caca pun keliatan kaget. Tapi dia langsung menggeleng-geleng panik gitu. "Nggak kok, Ra. Kita cuma deket karena memang beberapa kali sekelompok."
Gue nggak membalas dan menatap Caca. Gue cuma nggak ngerti kenapa gue kayak gini. Di saat gue biasa aja melihat kedekatan Caca dan Lay, gue merasa harusnya gue jangan membiarkan begitu aja.
Otak gue berpikir, seharusnya gue jangan membiarkan Lay dekat dengan Caca yang dulunya pernah disukai sama Lay. Apalagi Caca cinta pertama Lay.
Bohong kalau gue nggak khawatir Lay bakal suka lagi sama Caca. Secara, Caca ini bisa dibilang hampir sempurna untuk seukuran perempuan seusianya. Cantik, pinter di akademik, baik, dan juga ramah.
Siapa yang nggak suka sama dia?
"Gue boleh minta sesuatu nggak, Ca?"
Caca keliatan gelagapan. Dia mungkin merasa kalau gue sedang menuduh dia melakukan yang nggak-nggak dengan Lay.
Tapi untuk kali ini aja, ijinin gue untuk egois. Ijinin gue untuk berbuat seharusnya sebagai cewek Lay.
"A-apa, Ra?"
Gue terdiam cukup lama. Kemudian menatap tepat ke arah Caca.
"Tolong jangan deket-deket sama Lay, bisa?"
💟💟💟
Gue membanting tubuh gue di kasur. Seusai gue mengerjakan tugas gue di ruang TV bareng Baekhyun, gue langsung tepar dan kelelahan.
Tumben aja gue lagi akur sama Baekhyun tadi, sampe ngerjain tugas aja bareng. Sampe itu anak bikinin gue mie instan tanpa gue suruh.
Dan ya, ternyata dia ada maunya gais. Emang anak kurang ajar. Dia ada minta gue buat comblangin sama Lisa.
Ya gue nolak dong. Gue udah bilang, kan kalo gue itu nggak suka kalo sahabat gue sendiri jadi kakak ipar.
Nggak tau kenapa, nggak suka aja.
Akhirnya Baekhyun ngambek sampe tugas selesai, tapi masih ngerjain bareng gue. Dia cuma nggak mau ajak bicara gue aja.
Gue bangun dari tidur dan duduk di tepi kasur. Niatnya gue pengen ganti baju, soalnya sehabis pulang dari kampus tadi, gue langsung kerjain tugas tanpa ganti baju dulu.
Mata gue menyipit ketika Chanyeol ada di seberang sana sambil menatap gue. Gue kaget, dong. Nggak nyadar kalo di jendela kamarnya dia lagi duduk gitu.
Terus gue mengernyit heran ketika Chanyeol membuka mulutnya, seperti mengatakan sesuatu.
Dia goblok apa gimana, ya? Udah tau itu jendela kamarnya ditutup, malah ngomong. Hhhh.
"Apasih, Yodaa?!!" Teriak gue kesal sambil menghampiri jendela kamar gue agar lebih dekat berbicara sama dia.
Chanyeol kemudian menggerutu sebentar, terus dia seperti mengambil sesuatu dan sibuk melihat ke bawah.
Gue nggak tau dia ngapain, tapi gue kemudian melihat dia yang sedang menunjukkan layar hapenya yang memperlihatkan chat room gue sama dia.
Gue pun akhirnya mengambil hape gue dan melihat ada notifikasi dari Chanyeol.
Yoda (1)
Yoda: dpt klsnya Pak Joon Gi gk?
Rara: dpt
Rara: knp?
Yoda: mau ppt materi 'move on' dr mantan dong
Rara: sent a file
Yoda: thanks
Read.
Setelahnya gue meletakkan hape gue di meja. Gue nengok sebentar ke seberang sana, Chanyeol udah nggak di depan jendela lagi, dia lagi duduk di tepi kasurnya dan sibuk dengan kertas-kertas dan juga buku. Mungkin dia lagi ngerjain tugas.
Gue mengambil hape lagi, mulai gabut. Jadi gue streaming MV NCT 127 yang Kick It bentar.
Tapi kemudian gue mendapat notif baru lagi dari Chanyeol. Gue membukanya.
Yoda (1)
Yoda: ra
Rara: hm?
Yoda: Lo baik-baik aja, kan?
Gue mengernyit heran. Kemudian gue menoleh lagi ke seberang sana. Chanyeol nggak lagi menatap ke arah gue, tapi dia sibuk dengan layar ponselnya.
Rara: baik
Rara: tumben lo nanyain
Yoda: gue nggak mau bertele-tele
Yoda: tp klo ada sesuatu yg buat lo resah, lo bisa cerita
Rara: sekalipun itu tentang Lay?
Yoda: gotcha!
Yoda: udah gue bilang pasti lo lg resah mikirin yang tadi kan?
Yoda: di sini posisi gue sebagai temen lo, bukan orang yang suka sama lo
Rara: lo gk cemburu?
Gue sedikit bingung sama Chanyeol. Kenapa dia seolah-olah biasa aja kalo menyangkut gue sama Lay. Apa dia udah secepat itu move on dr gue?
Yoda: cemburu
Yoda: tp perasaan gue saat ini bukan jadi prioritas gue
Yoda: prioritas gue sekarang itu memastikan kalo hubungan lo sama Lay baik
Kenapa Chanyeol jadi baik gini, sih? Gue jadi nggak enak hati sama dia. Secara, kita itu udah pernah saling mengaku perasaan masing-masing. Dan gue malu kalau misalnya malah curhat sama dia tentang Lay.
Gue nggak mau menyakiti Chanyeol. Gue nggak mau menyakiti siapapun.
Gue kaget ketika panggilan masuk dari Chanyeol muncul di layar hape gue. Gue natap Chanyeol di seberang sana dengan tatapan penuh tanya.
"Angkat."
Gue yang melihat gerakan mulutnya itu, mau nggak mau mengangkat telfon dari dia.
"Ngapain sih pake nelpon? Udah tau lagi ngirit kuota!"
"Ya elah, nanti gue beliin yang 50 GB sebulan. Berisik lo."
Holkay bebas.
"Kenapa, sih? Nggak biasanya lo perhatian kayak gini. Jangan bikin gue baper dong, yol. Gue nggak mau sampai jatuh hati sedalam-dalamnya sama lo. Gue nggak mau menyakiti hati Lay."
Gue langsung menutup mulut gue ketika gue keceplosan mengatakan sesuatu yang harusnya nggak gue katakan kepada Chanyeol.
Bangsat.
Chanyeol terkekeh kecil. "Jadi selama ini lo baper ya sama perlakuan gue?"
IYA, CAPLANG YODA!
"Ng-nggak!"
"Halah, nggak-nggak tapi gagap."
Gue spontan noleh ke jendela kamar Chanyeol dan masang muka kesel. Chanyeol yang melihat gue langsung ketawa. "Bacot ya lo!"
"Ra, mending lo galak begini daripada diem nggak semangat kayak orang depresi."
"Merhatiin banget si masnya."
"Ya kan cewek yang saya suka, mbak. Pasti diperhatiin lah."
Gue merasakan pipi gue memanas. Jantung gue juga udah mulai meronta-ronta.
"Chanyeol!"
Chanyeol ketawa puas, "Jadi? Udah siap curhat ke gue? Luapin aja semua kekesalan lo sama gue."
Kenapa Chanyeol kalo udah suka sama orang itu baik banget? Apa emang mungkin dulu gue salah besar ya dengan menganggap kalau Chanyeol itu dingin dan juga nggak punya perasaan?
Gue terdiam sebentar. "Gue nggak ngerti, kenapa gue merasa biasa aja ngeliat Lay sama Caca dekat."
"Tapi di sisi lain, gue nggak mau sampai Lay direbut sama orang lain. Gue merasa harus menjaga Lay dengan baik, biar dia nggak pindah ke orang lain."
"Lo tau, kan Caca itu cinta pertamanya dia. Cinta pertama selalu membekas di hati, yang susah banget untuk dilupakan."
"Kata siapa?"
"Apanya?"
"Kata siapa cinta pertama itu susah dilupain? Gue aja langsung lupa sama Airin, eh pindah sekarang ke lo."
"Ya mungkin karena Airin udah terlalu bejat kelakuannya karena main di belakang lo."
Chanyeol menghela napas di sana. "Percaya sama gue. Lay itu udah bener-bener cinta sama lo. Dia nggak bakal melepas lo gitu aja. Gue tau Lay. Gue kenal dia udah lama."
"Dan untuk perasaan lo yang biasa aja kalo melihat Caca sama Lay, gue rasa itu mungkin karena lo udah mulai bosen sama Lay. Dalam artian bosen yang sementara. Lo tau, kan di sebuah hubungan pasti ada fase dimana lo bosen sama pasangan."
Gue diam sebentar. Mungkin apa yang Chanyeol bilang itu bener.
Tapi entah kenapa gue masih merasa ada yang janggal. Nggak sesuai sama apa yang gue pikirkan.
Dan saat ini, bukannya memikirkan perihal gue dan juga Lay, gue malah memikirkan perasaan Chanyeol yang entah lagi baik-baik aja atau nggak mendengarkan curhatan gue.
"Yol, lo kenapa gini, sih?" Lirih gue pelan.
"Gini kenapa?"
"Kenapa lo jadi baik gini? Dan kenapa.. kenapa Lo mau dengerin curhatan gue tentang Lay. Harusnya lo cemburu, kan karena suka sama gue? Tapi kenapa seolah-olah lo baik-baik aja dan terus memotivasi gue untuk selalu mempertahankan hubungan sama Lay?"
Terdapat keheningan sementara di sana. Selama itu juga, gue berusaha untuk nggak meluapkan semua yang ada di pikiran gue.
"Gue nggak sejahat itu untuk berusaha merusak hubungan sahabat gue. Gue nggak sebejat itu. Lagian, gue seneng kalo lo juga seneng. Simple, kan?
"Kayaknya pepatah 'mencintai itu nggak harus memiliki' itu bener deh, Ra. Gue nggak bisa memiliki lo, karena dengan melihat lo bahagia sama Lay aja udah bikin gue tenang."
"Gue tau lo mau menjaga perasaan gue sama Lay. Dan untuk menjaga dan menghargai perasaan gue, lo cukup berhubungan baik sama Lay. Karena dengan begitu, gue bisa melihat lo dari belakang, Ra."
Chanyeol, kenapa lo bisa-bisanya bikin gue baper gini?
TBC
Always vote + comment ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top