[30] Got Overreact

Gue merapikan kemeja gue yang sedikit berantakan. Beberapa kali gue memperbaiki bedak dan juga lipstik gue di bibir di depan kaca cermin.

Perfect.

Pandangan gue dialihkan ke depan. Menunggu kehadiran Lay di sana. Gue berdiri sambil memegangi beberapa makanan untuk dimakan nanti siang bareng Lay dan juga Baekhyun.

Iya, si Baekhyun ikut. Dia bilang mau ngikut jemput Lay sekalian ngambil oleh-oleh dari Lay.

Lay itu tiap kali abis pulang dari China, selalu nggak pernah absen untuk bawa sesuatu. Padahal kami itu nggak pernah minta. Karena dasarnya emang Lay baik, jadi dia selalu beliin anak-anak ampas oleh-oleh.

Entah itu baju, sepatu, makanan, souvenir, atau bahkan peralatan dapur.

Emang kebaikan itu anak.

Gue bahkan sampai kesel ngedengerin ocehan Baekhyun di sebelah gue dengan kalimat yang sama tiap detiknya.

"Nanti Jian Bing punya gue, ya. Pokoknya jangan diambil!"

Jian Bing itu semacam crepes yang isinya daging sama sayur gitu. Jadi lebih mirip ke kebab tapi ini khas China. Baekhyun suka banget sama itu makanan, tiap kali Lay balik dari China, dia selalu nitip Lay beliin dia itu.

Untung aja Lay duitnya banyak. Jadi dia nggak keberatan suka dititipin pesen sama anak-anak ampas.

Gue memutar bola mata malas ketika mendengar ocehan Baekhyun. Tapi kemudian mata gue membulat ketika melihat sosok Lay dengan kacamata hitamnya dengan menggeret koper gedenya itu berjalan dari arah pintu masuk yang dikhususkan untuk orang-orang yang baru aja turun dari pesawat.


Gila, cakep banget cowok gue.

Gue melirik sedikit ke bawah, tepatnya baju yang sedang gue kenakan sekarang. Kalo dibanding sama Lay, kayaknya pakaian gue ini nggak layak disandingkan dengan penampilan Lay sekarang.

Gue cuma pakai kemeja hitam tipis dan celana jeans panjang warna biru muda. Dih, gembel banget gue.

Pantesan aja anak-anak kampus sering sinis ngeliat gue jalan bareng sama Lay.

Kadang gue bingung kenapa Lay bisa mau sama gue. Padahal di sekitar dia itu banyak banget cewek yang punya body goals, terus bening gitu deh. Apalagi kan dia asalnya dari China, pasti temen-temennya banyak dari China.

Gue menggeleng-gelengkan kepala untuk menghilangkan semua pemikiran-pemikiran negatif itu. Kemudian melambaikan tangan gue ke arah Lay yang ternyata udah menyadari keberadaan kami berdua.

Dia senyum dan langsung lari kayak anak kecil dengan tangannya yang terbuka lebar, siap untuk bawa gue ke pelukannya.

Gue terkekeh liat tingkahnya, dan sedikit kaget ketika badan Lay menubruk badan gue sedikit kenceng.

Buset, ini badan Lay kayak beton aja anjir. Keras banget pas nubruk gue.

Kita pelukan lumayan lama, sampai akhirnya gue lupa ternyata di samping gue masih ada makhluk hidup yang jomblo.

"EKHEM! KALO MAU MESUM MAH DI HOTEL AJA!"

Gue langsung melepaskan pelukannya dan natap Baekhyun nggak suka. "Ganggu!"

Lay senyum. "Kok lo tumben ngikut jemput gue," tanya dia natap Baekhyun.

Belum juga Baekhyun balas, gue udah mendahuluinya. "Biasa lah, ada maunya dia," cibir gue dengan nada sarkas.

Baekhyun cuma cengar-cengir. "Makanan gue lo bawa nggak?"

Lay mendengus, "Iya, nyet. Tenang aja."

"ASIK!"

Gue yang melihat Baekhyun joget-joget nggak jelas kayak gitu langsung menarik Lay menjauh, kemudian bisik-bisik ke dia sambil nutup wajah malu. "Lay, itu bukan kembaran gue sumpah!"

Lay ketawa, kemudian dia ngusap kepala gue lembut. Dia menarik dagu gue, dan mengangkatnya sehingga kini gue bisa melihat wajah Lay yang sumringah. "Kangen aku nggak?"

Gue natap dia sebentar. Bohong kalo gue nggak kangen. Gue bener-bener kangen sama manusia dongo depan gue ini. Tapi kemudian gue terdiam. Rasa-rasanya ada yang salah sama jantung gue.

Ini nggak kayak biasanya.

Seharusnya jantung gue berdetak lebih cepat. Perut gue terasa geli karena ada yang bertebrangan saat wajah Lay berada dekat dengan wajah gue, tapi jantung gue nggak bereaksi sedemikian rupa.

"Rara?"

Gue langsung natap langsung ke matanya. Gue senyum. Dengan malu-malu, gue ngangguk. "Kamu menanyakan sesuatu yang seharusnya kamu udah tau jawabannya."

"Ih gemes!" Tanpa memberi peringatan, Lay mencubit pipi gue, dan mengecup dahi gue.

Gue terdiam mematung. Tapi akhirnya gue menikmati kecupan manis dari Lay yang terasa hangat.

Gue nggak bisa menyangkal kalo gue rindu dengan Lay.

Biarkan gue menikmati waktu gue dengan Lay. Gue mau menjadi orang yang paling egois dulu, karena gue hanya ingin bahagia sama Lay saat ini, tanpa memedulikan perasaan gue yang lain.

Tolong jangan paksa gue untuk memikirkan sesuatu hal yang lain dalam konteks diluar hubungan gue dengan Lay. Jangan paksa gue untuk memikirkan bagaimana hubungan gue dengan Lay kedepannya.

Karena kenyataannya, gue masih sayang sama Lay.

🍁🍁🍁

"Aduh, udah 2 minggu nggak ketemu, akhirnya Tante ngeliat kamu lagi, Lay. Makin ganteng aja. Kamu di sana dikasih makan apa, sih? Kurusan, lho!"

Gue mendecak kesal mendengar suara Mama yang kegirangan begitu melihat ada Lay di belakang gue, di susul sama Baekhyun yang langsung ngambil oleh-oleh punya dia, dan duduk di meja makan.

Lay sih biasa aja diuyel-uyel sama Mama kayak gitu. Tapi guenya yang nggak biasa!

Gue membereskan semua oleh-oleh yang ada di tangan Lay, dan mulai menatanya dengan rapih. Gue sampai heran kenapa bisa sebanyak ini si Lay bawa oleh-oleh.

Bahkan tadi di jalan pulang, dia sempat ngomong kalo dia beliin Mama vaccum cleaner keluaran terbaru di China.

Seniat itu apa si Lay? Bukannya kenapa-napa, tapi gue jadinya malah nggak enak sama Lay. Gue jadi sering ngerepotin dia.

Gue jadi kesel sama Lay, kenapa dia selalu aja kayak gini.

Hingga ketika Mama cubit pipi Lay sambil ketawa-tawa kegirangan, gue menatap itu kaget dan langsung teriak.

"MA! UDAH! LAY MAU ISTIRAHAT, CAPEK DIA!"

Mama melirik ke gue dengan tatapan nggak suka, tapi Mama menyudahi acara cubit-cubitannya dan membiarkan Lay menghampiri gue yang lagi sibuk di ruang tamu.

"Itu punya kamu semua," Lay nunjuk ke salah satu plastik paling gede di antara semuanya.

Gue mengernyit. "Kamu beliin aku juga?"

Lay ketawa, "Iya lah! Masa cewek aku nggak dibeliin."

Berbanding dengan Lay yang terlihat senang, gue malah mengernyit nggak suka dengan ucapan Lay barusan. "Kamu kenapa beliin sebanyak ini, sih?"

Lay duduk di sofa sambil natap gue bingung. "Loh, emang kenapa?"

Gue memejamkan mata, takutnya gue tiba-tiba aja kelepasan dan malah marah-marah ke dia. Nggak tau kenapa kayaknya gue kesel banget sama dia.

"Kamu itu selalu beliin Mama sama aku sesuatu yang mahal banget, Lay. Oke, lah kalo kamu emang mau beliin buat anak-anak ampas yang lain. Tapi apa yang kamu beli buat aku dan Mama itu rasanya terlalu berlebihan. Aku padahal nggak minta kamu beliin," kata gue dengan diakhiri lirihan.

Gue takutnya suara gue malah meninggi, dan akhirnya malah bentak dia. Gue nggak mau pertemuan pertama gue sama dia ini jadi malah rusak.

Lay terdiam, nggak ada lagi wajah sumringah dia. "Menurut kamu itu berlebihan?"

Gue ngangguk kecil.

Lay natap gue tanpa ekspresi, tapi dengan pandangan yang teduh. "Aku cuma mau nyenengin kamu lho, Ra."

Gue menarik napas frustasi, "Tapi nggak kayak gini caranya, Lay. Aku tau ya kamu itu tiap kali beliin aku oleh-oleh selalu yang harganya mahal. Kamu kira aku nggak tau berapa harga dress sama alat make up yang kamu beliin waktu itu?" Gue natap dia dengan sarkas.

"Aku-"

"Udah, lah. Aku nggak mau ngomong apa-apa lagi. Aku mau beresin dulu ini semua," tukas gue pada akhirnya dan nggak mau mendengar jawaban dari dia lagi.

Mampus kan gue. Akhirnya gue juga yang malah marah-marah kayak gini. Padahal tadinya gue nggak mau ngebentak dia.

Gue berdiri membelakangi dia, dan gue sempet merasakan kalau Lay natap gue dengan pandangannya yang bikin gue semakin merasa bersalah.

Gue sebenernya nggak maksud kayak gitu. Gue cuma merasa nggak enak sama Lay, karena dia selalu beliin gue hal-hal yang nggak pernah gue minta. Gue tau dia punya banyak uang, tapi tetep aja ini semua nggak etis.

Gue bukan cewek matre yang apa-apa harus dibeliin sesuatu.

Gue menghela napas ketika mata gue udah nggak menemukan keberadaan Lay di sofa. Nggak tau dia dimana, mungkin lagi nyamperin Baekhyun di meja makan.

Ini untuk pertama kalinya kita berantem. Sebenernya gue juga nggak tau apa ini bisa disebut berantem atau nggak, tapi tatapan yang gue berikan ke Lay tadi emang bener-bener buat suasana jadi nggak nyaman.

Mungkin Lay juga kaget tiba-tiba gue protes nggak suka sama sikap Lay beliin ini semua. Padahal biasanya gue terima-terima aja dia beliin oleh-oleh, walau sebenarnya gue merasa nggak enak.

Selama ini gue membiarkan, karena gue rasa mungkin gue akan terbiasa. Tapi nyatanya nggak. Rasanya gue udah nggak bisa nerima perlakuan Lay lagi.

"Arghhhh! Kenapa sih jadi begini?!" Gue mengacak rambut gue frustasi, kemudian membanting diri gue di sofa.

Rasanya kepala gue udah mau meledak aja. Merasa pusing dengan semua yang ada di kepala gue saat ini. Banyak banget yang ada di pikiran gue sekarang.

"Ra, kamu bilang gih ke Chanyeol. Si Lay udah dateng. Kan biasanya Chanyeol, Lay, sama Baekhyun main PS bareng. Panggil temen-temen kamu yang lain juga. Mama mau masak banyak, nih," kata Mama yang udah ada di depan gue sambil pake apron kusamnya.

Setelah Mama bilang itu, dia langsung pergi tanpa menunggu jawaban gue.

Gue menghela napas lelah. Hnggh, rasanya gue pengen mati aja.

🌾🌾🌾

Sekarang gue udah ngumpul sama anak-anak ampas. Baru beberapa yang dateng. Mama udah mulai masak makanannya untuk kita makan.

Nggak biasanya si Mama ngadain acara makan-makan bareng untuk merayakan kedatangan Lay yang baru aja dari China. Tapi nggak papa, deh. Dapet makanan gratis lagi, hehe.

Mata gue memperhatikan satu-persatu anak ampas yang udah hadir. Hingga ketika ekor mata gue nggak menemukan sosok Lay, Baekhyun angkat bicara, menyadari siapa yang gue cari.

"Lay tadi pulang dulu. Mau beres-beres sama mandi. Nanti ke sini lagi. Bucin mulu euy. Pisah beberapa detik aja kayaknya tersiksa gitu ya."

"Bacot lo keset."

"Eh, si Chanyeol mana?" Tanya Suho yang lagi bagiin uang ke anak-anak.

Ngadain sayembara kali ah.

Gue berusaha nggak peduli dan menikmati pisang goreng yang baru aja matang.

"Tauk. Gue telfon gak diangkat."

Lalu tiba-tiba semua tatapan mereka mengarah pada gue, termasuk Mama yang lagi masak. Gue mengernyit dahi bingung. "Apa, sih? Tau kok tau kalo Rara cantik."

"Goblok. Panggil Chanyeol sana!"

"Nggak mau."

"Rara," tegur Mama yang membuat gue berdecak kesal. "Kenapa gak lo-lo aja pada. Pada nggak ada kerjaan, kan?"

Mendadak anak-anak pada langsung menyibukkan dirinya entah dengan ngebucin, bantuin Mama yang lagi masak, atau sibuk ngegibah macam Lisa dan Salsa.

Pada kayak anjing.

"Awas ya lo pada!" Gue akhirnya bangun dan jalan menuju rumah sebelah.

Gue berjalan gontai sambil sesekali menggerutu. Padahal tadinya hari ini itu gue mau jaga jarak sama Chanyeol. Iya, gue masih nyimpan perasaan sama dia, tapi gue tau ini udah nggak wajar.

Gue udah punya Lay. Dan gue nggak mau bikin dia kecewa. Move on dari Chanyeol kayaknya nggak sesulit yang gue pikir, gue rasa.

Gue memencet bell rumahnya. Nggak ada yang menyahut. Kemudian gue mengulang lagi, dan masih belum ada jawaban.

Akhirnya setelah gue memencet bel yang terkahir, gue tau kalau di rumah dia lagi nggak ada orang. Gue membalikkan tubuh gue dan berniat untuk segera pergi dari sana.

Tapi gerakan gue terhenti ketika gue melihat motor besar milik Chanyeol baru aja masuk ke garasi. Itu Chanyeol.

Dan dia nggak sendirian. Ada cewek yang dibonceng dibelakang dia.

Gue menatap dia datar. Chanyeol masih belum menyadari kehadiran gue.

"Chanyeol, bukain helm aku dong."

Rasanya gue mau muntah ketika suara yang disengajain lembut itu. Chanyeol sempat mendecak kesal dan juga enggan, tapi akhirnya dia melepaskan helm dari kepala cewek itu.

Gue terkejut ketika melihat siapa cewek itu. Itu Airin.

Ah, jadi ini yang bilang suka sama gue waktu itu? Segampang itu move on dari gue.

Chanyeol akhirnya nggak sengaja melihat gue yang masih berdiri kaku. Nggak tau apa yang gue lakuin di sini, tapi entah kenapa kaki gue terasa sulit untuk digerakin.

"Ra? Lo ngapain di sini?"

Chanyeol menghampiri gue dan meninggalkan Airin yang sempat gue liat menatap sinis ke arah gue.

Bodo amat, dasar genit.

"Lay udah dateng. Ada acara makan-makan sama yang lain," begitu selesai berbicara, gue langsung membalikkan tubuh gue tanpa menunggu jawaban dari dia.

Tapi lengan gue ditarik sama dia. "Lo kenapa?"

Gue natap dia tajam. "Apa?"

"Lagi kesel, ya?"

Bangsat, pake nanya lagi lo kuping gajah!

Gue nggak tau kenapa gue bisa sekesel ini ngeliat Chanyeol sama Airin.

"Lepas. Yang lain udah nunggu."

Chanyeol diam sesaat. Kemudian dia menghela napasnya. "Maaf, kalo gue punya salah. Iya, nanti gue ke rumah."

"Chanyeol! Aku udah laper banget nih! Kamu masih lama apa ngobrolnya?!"

Gue mendecak kesal menatap cewek itu dibelakang. "Sana urusin tuh cewek lo."

Chanyeol kali ini nggak menahan gue dan membiarkan gue meninggalkan dia berdua dengan Airin.

Entah kenapa semenjak saling ngaku perasaan kita masing-masing, Chanyeol lebih sering minta maaf ke gue.

-TBC-

Semakin bingung ini sebenarnya gue nulis apaan:(
Always vote + comment ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top